Minggu, 26 Januari 2014

GONE

 hi, ini fanfiction korea yang pertama aku post di blog. sebelumnya sudah dipost  di AFF

tapi pengen post di blog aja hehehe.

maaf banget selama ini menghilang.

enjoy ya!!!

Characters

Byun Baekhyun & Baek Yerin

Description

a short story about love

Foreword

for Another Beautiful Word [writing competition]
“Dikehidupan yang akan datang aku ingin kita bersama-sama... lebih lama” Baekhyun tersenyum sendiri sambil menatap bulan yang sedang bersinar terang, gadis disampingnya hanya menautkan kedua alis sambil menatap Baekhyun dengan heran.

“Dikehidupan yang akan datang kita akan bersama-sama... lebih lama, bahkan selamanya”

***

Pagi itu hari senin.

Yerin bersenandung riang didepan cermin sambil menyisir rambut panjangnya, dia hampir tidak bisa berhenti tersenyum saking senangnya bisa kembali bersekolah di Korea. Sebelumnya Yerin di kirim ke Jepang untuk mengikuti program pertukaran pelajar tapi malah kebablasan sampai dua tahun karena orang tuanya lebih setuju Yerin menuntut ilmu di negeri sakura tersebut.

Sentuhan terakhir, Yerin mengikat rambutnya dengan ikatan ekor kuda lalu berdiri dihadapan cermin dengan ekspresi datar.

“kau cantik sekali Baek Yerin” gadis itu tersenyum genit memandangi refleksi dirinya dicermin, kemudian ia mulai terkikik geli mendapati dirinya bertingkah seperti orang gila.

Pagi itu hari Senin.

Yerin turun dari bus dan melenggang ke sekolah lamanya, ‘ya Tuhan rasanya seperti kemarin’

Dia sama sekali tidak mempedulikan bermacam-macam tatapan yang menghujaninya saat dia berjalan masuk ke gedung sekolah. Seperti biasa, kebanyakan siswa-siswi sekolah menengah berjalan ataupun berdiam diri dengan bergerombol seperti domba-domba, dan Baek Yerin adalah salah satu domba yang sedang tersesat. Sepertinya domba Baek Yerin dapat rumput banyak karena dia terlihat sedang bergembira sekali pagi ini.

‘3A’ Yerin memiringkan kepala sambil mengamati papan tanda pengenal kelas dengan saksama.

“Yerin?!” Yerin langsung menoleh ketika namanya disebut, apalagi suara yang memanggilnya sungguh familiar.

“Baekhyun?!!” Yerin refleks menyebut nama itu saat melihat pada orang yang menyebut namanya tadi, terdengar terlalu memekik memang, Baekhyun sampai menyernyit mendengar suara Yerin yang nyaring, tapi senyum dan keterkejutan tidak hilang dari wajah cowok itu.

Senyum Yerin semakin melebar mendapati Baekhyun didepannya, ini seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Baekhyun adalah alasan yang membuatnya sangat bahagia pagi ini. Kembali ke Korea, bersekolah di sekolah lama, dan bertemu Byun Baekhyun. Orang yang sangat dicintainya. Rasanya Yerin ingin memeluk Baekhyun saat itu juga.

“Yay, Baekhyun senang bertemu denganmu!!” bukannya memeluk cowok itu, Yerin malah melonjak-lonjak riang seperti anak kecil yang dibelikan mainan baru. Sedangkan Baekhyun masih memandangi Yerin dengan tatapan tidak percayanya.

“ya Tuhan, Yerin kapan kau kembali?” Yerin masih tetap tersenyum riang, gadis itu mengoyang-goyangkan tubuhnya ke keiri dan ke kanan sambil mengatupkan bibir menahan senyum.

“hari ini aku kembali dan tidak akan pergi lagi”

.

Siang itu di kafetaria, Yerin duduk berhadapan dengan Byun Baekhyun sambil mengobrol ringan tentang hal-hal yang terjadi saat keduanya tidak ada. Yerin bercerita betapa ia sangat merindukan suasana kota kecilnya yang damai dan tenang, merindukan Baekhyun yang selalu berisik. dia juga bercerita betapa mengerikannya pergaulan anak-anak remaja jepang.

“kau tahu, disana lesbian sedang trendi. Aku benar-benar tidak dapat membedakan mana orang yang masih normal dan mana yang tidak. Untungnya aku bisa menjaga diri dan tidak terjerumus perhgaulan seperti itu” Baekhyun mendengarkan dengan serius namun hanya tersenyum simpul menanggapi penuturan Yerin yang disertai gerutu tersebut.

Baekhyun sendiri hanya bercerita sedikit tentang hal-hal yang terjadi sejak Yerin pergi. Memang pada kenyataannya tidak banyak hal berarti yang terjadi, Baekhyun lebih menyibukan diri pada kegiatan belajar untuk menghabiskan waktunya karena tanpa Yerin hari-hari Baekhyun terasa kosong.

“aku senang sekali bisa bersekolah disini lagi”

“appa mu tidak marah kau sekolah di Korea lagi?”

“appa yang memintaku pindah, di Jepang sedang banyak gempa akhir-akhir ini apalagi didaerah tempat tinggalku. Appa khawatir katanya” Yerin mengangkat bahu dengan tampang tak acuh lalu menggigit sandwichnya dengan gigitan besar. Baekhyun tersenyum geli melihat wajah Yerin yang terlihat sangat lucu, kelakuan gadis itu ternyata tidak berubah.

“kau ternyata masih cerewet dan kekanakan seperti dulu” Yerin yang pada saat itu sedang  mengunyah langsung merengut dengan bibir monyong penuh makanan sembari menatap Baekhyun dengan sebal. Yang ditatap hanya terkikik geli melihat wajah Yerin yang semakin lucu.

‘kau bahkan masih semanis dulu’

“ya! Kekanakan? Memangnya kau sendiri sudah merasa dewasa hah?” setelah Yerin menelan sandwichnya, gadis itu buru-buru meneguk air dan memarahi Baekhyun, bukannya beringsut takut Baekhyun malah tertawa terbahak-bahak.

‘Yerin-ah, sungguh keajaiban bisa melihatmu kembali ke hadapanku. Apakah ini hadiah dari Tuhan sebelum aku pergi?’

.

Pagi itu hari minggu, Yerin menatap pemandangan disekitarnya dengan senyum mengembang. Dia merentangkan tangannya keatas sambil memejamkan mata. Angin pegunungan membelai wajahnya saat dia menghadap lembah.

Di belakangnya Byun Baekhyun berlari tergopoh-gopoh menuju Yerin. Dia terduduk bersimpuh saat melihat gadis itu tak jauh dari tempatnya, Yerin terlihat bahagia dan hal itu membuat Baekhyun bahagia juga.

“huh Baek kenapa kau jadi lelet begini sih” Yerin memukul Baekhyun dengan handuk kecilnya sambil mencibir, dulu Yerin dan Baekhyun sering lari pagi bersama setiap hari minggu dan Baekhyun dengan jailnya selalu meninggalkan Yerin dibelakang.

“aku ingin kau menang dariku kali ini, hehe”  Yerin hanya manyun menanggapi godaan yang dilontarkan Baekhyun, Yerin kemudian menarik tangan cowok itu dan menyeretnya ketepi menghadap lembah.

“Yerin”

“hm”

Keduanya sama sekali tidak menghadap satu sama lain, mereka sepertinya sedang tenggelam dalam pikiran masing-masing sambil menikmati pemandangan alam yang luar biasa. Setidaknya bagi Yerin pemandangan ini menakjubkan mengingat dia sudah lama tidak melihatnya sejak dua tahun yang lalu, namun bagi Baekhyun lembah ini sudah terlihat biasa-biasa saja. Jelas, dia selalu melewatinya setiap hari.

“Baekhyun kau tahu, aku sangat bahagia sekarang” Baekhyun menoleh menghadap Yerin dan tersenyum, gadis itu masih menatap lembah dihadapannya dengan mata berbinar-binar.

“aku sangat senang menghadapi kenyataan kalau saat ini kau ada disampingku, aku benar-benar sangat kesepian tanpamu” akhirnya Yerin menoleh menghadap Baekhyun, semburat merah terlihat jelas diwajahnya saat mendapati Baekhyun sedang menatapnya sambil nyengir. Dia menyesali kata-kata terakhirnya ‘aku pasti kelihatan bodoh’

“aku juga bahagia” Baekhyun mengatupkan bibir dan mulai menatap lembah lagi, dia  tidak terlihat bahagia sama sekali. Yerin mengerutkan kening memperhatikan ekspresi Baekhyun yang aneh.

“Baek, kau terlihat tidak bahagia” Yerin merapatkan tubuhnya pada Baekhyun sambil manyun, lagi-lagi senyum yang selalu menghangatkan hati Yerin terlihat kembali dan membuat rona merah muncul dipipi gadis itu.

“aku bahagia Yerin, aku juga sangat merindukanmu” semburat merah semakin jelas terlihat dipipi Yerin, membuatnya jadi tampak lebih manis. Baekhyun rasanya takan bosan menatap wajah gadis itu, dia sangat senang melihat pipi Yerin bersemu merah saat dirinya tersenyum.

‘aku tahu kau mencintaiku.. benarkan Baek Yerin?’

.

“Baek, kau tampak pucat. Apa kau baik-baik saja?” Yerin melambatkan laju langkahnya saat melihat Baekhyun yang terlihat tidak baik-baik saja dibelakangnya, wajahnya pucat sekali, dia terlihat kelelahan dan keringat deras mengucur dari pelipisnya. Bukan tipe keringat yang dihasilkan dari lari pagi.

Baekhyun menggeleng lemah lalu tersenyum jahil. Dengan cepat dia menyerobot mendahului langkah Yerin yang melambat gara-gara khawatir pada Baekhyun.

“Byun Baekhyun kau curang!!!” Yerin berteriak, dia berlari secepat yang ia bisa untuk menyusul Baekhyun tapi saat ditikungan Baekhyun tiba-tiba menghilang.

“Baek?” Yerin memanggil dengan suara pelan, hatinya melengos melihat kearah jurang disisi kiri jalan.

‘jangan-jangan....’ Dia berlari kearah jurang tersebut dan meneriaki nama Baekhyun dengan histeris.

“dasar bodoh, kau kira aku lompat kesana” Yerin menoleh dan mendapati Baekhyun sedang nyengir menatapnya, Yerin melotot kesal, langsung saja ia berjalan cepat kearah cowok itu dengan marah.

“kau! Kemana kau! Kau kira lucu membuat aku mengkhawatirkanmu!!” Yerin langsung menerjang Baekhyun, dia memukuli dada cowok itu dengan tangannya, wajahnya cemberut hampir menangis.

Baekhyun tertawa geli melihat kelakuan Yerin yang menurutnya sangat menggemaskan, dia sedikit terkejut melihat gadis itu begitu marah. Dengan kedua lengannya, Baekhyun membentengi diri dari pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan Yerin.

“kau kira itu lucu Byun Baekhyun?! Kau meninggalkanku dengan wajah pucatmu itu. Aku sangat mengkhawatirkanmu dasar bodoh!” saat itu Yerin tak dapat membendung tangisnya, air matanya jatuh begitu dia berhenti memukuli Baekhyun.

“maaf” hanya itu yang Baekhyun katakan. Dia tak tahan untuk tidak tertawa melihat wajah Yerin yang terlihat sangat bodoh. Tapi tentu saja menurutnya Yerin tetap kelihatan imut.

Gadis itu menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan tersedu, dia sungguh kesal dan malu. ‘dasar Baekhyun!!!! Aku pasti kelihatan tolol sekali sekarang’

Andai saat itu Yerin menatap mata Baekhyun, dia akan melihat kesedihan dan kebahagiaan tergambar jelas disana.

‘Yerin, kau begitu mengkhawatirkanku saat aku hilang beberapa saat saja, bagaimana jika aku menghilang selamanya?’

.

Sejak Yerin kembali dia merasakan perubahan yang sangat signifikan pada diri Baekhyun, cowok itu tidak banyak bicara seperti dulu, dia bahkan terlihat sangat pendiam. Yang Yerin lebih kaget adalah Baekhyun jadi super rajin dan pintar, sekarang dia lebih banyak mendengarkan daripada bercerita.

“Baek, kau aneh sekali. Sejak aku kembali kau tidak berisik seperti biasanya” suatu hari Yerin bertanya saat keduanya menunggu jam pelajaran dimulai.

“aku sudah tidak berisik semenjak kau pergi” Yerin manyun mendengar penuturan Baekhyun ‘bahkan dia hanya mengucapkan 7 kata!’

“aku kan sudah kembali sekarang” Baekhyun terdiam beberapa saat lalu menghela nafas berat dan tersenyum.

“aku ingin mendengar suaramu lebih sering, karena aku akan merindukannya”

“ya! Aku kan tidak akan pergi lagi!” Yerin langsung melotot dan cemberut sambil berteriak.

 “mungkin nanti aku yang akan pergi, hehe” Baekhyun tertawa garing sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“tidak boleh!”

rasanya Baekhyun ingin menangis saat itu juga.

.

“nih ambil, kalau perlu habiskan semua, kau tambah kurus saja sekarang, menyedihkan sekali” Yerin menyodorkan piring berisi brownis coklat hangat kehadapan Baekhyun, cowok itu nyengir, mengambil satu dan langsung melahapnya.

Gadis itu kemudian menaruh piring brownis tersebut diatas meja belajarnya yang berantakan oleh buku-buku tugas miliknya sendiri dan milik Baekhyun. Dia mendengus pelan lalu berjalan perlahan kearah balkon dimana Baekhyun berada sekarang.

“langitnya cerah ya” Baekhyun menatap langit dengan penuh kekaguman sambil menggigiti brownisnya, Yerin mengangguk setuju lalu hanya diam memperhatikan gerak-gerik cowok itu, betapa indahnya makhluk disampingnya saat disirami cahaya bulan.

Untuk sekian menit mereka hanya terdiam membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing.

“Yerin apakah kau percaya pada kehidupan setelah kematian?” tiba-tiba Baekhyun bertanya, kali ini dia menoleh dan menatap kearah Yerin, Yerin yang sedang melamun menatapi Baekhyun langsung gelagapan dan manyun pura-pura berpikir keras.

Gadis itu kemudian menarik nafas panjang, bersiap dengan jawabannya “ya, aku percaya. Apa kau percaya juga?”

Baekhyun melihat kearah langit kembali dengan tatapan kosong “aku masih bingung, tapi kuharap itu benar. Ku harap kehidupan disana lebih baik” Yerin menatap wajah Baekhyun dan menangkap keanaehan dalam garis wajahnya yang menekuk.

“eh, kenapa kau berbicara begitu?”

“tidak, hanya berharap saja mamangnya tidak boleh?” Yerin terdiam sambil terus memperhatikan cowok disampingnya yang terlihat sangat serius.

“Dikehidupan yang akan datang aku ingin kita bersama-sama... lebih lama” Baekhyun tersenyum sendiri sambil menatap bulan yang sedang bersinar terang, gadis disampingnya hanya menautkan kedua alis sambil menatap Baekhyun dengan heran.

“kau tambah aneh saja Baek ada apa denganmu?” Baekhyun menghela nafas dan tertawa, terlihat sangat manis dan menggemaskan, pipi Yerin sampai panas melihatnya.

“memang kapan sih aku tidak aneh?”

“bicaramu seperti Ahjusi saja tau” Yerin manyun sambil melemparkan pandangan kehalaman belakang rumahnya yang dihiasi lampu-lampu taman yang bersinar redup. Matanya menatap kosong.

‘Baekhyun aneh sekali’ hatinya terus merutuk, mengatakan bahwa ada yang tidak beres dalam diri Baekhyun, dia jadi pendiam, sering melamun, dan ... dia selalu terlihat pucat, dia tambah kurus, dan terkadang dia tiba-tiba berkeringat. ‘apa Baekhyun sakit?’

“Baekhyun?” Yerin menoleh kearah Baekhyun yang ternyata sedang melihat kearah taman belakang rumahnya juga, Baekhyun langsung memalingkan wajahnya pada Yerin, pelipisnya berkeringat, dia kelihatan lebih pucat.

“Baekhyun, apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?” Baekhyun tertawa kecil lalu menghadap kamar Yerin dan bersender dipenyangga besi balkon. Dia berhenti tertawa dan mulai menggigiti bibir bawahnya.

“aku tidak menyembunyikan apa-apa” hati Yerin rasanya sakit, dia bahkan bisa melihat jelas dari raut wajah Baekhyun kalau cowok itu menyembunyikan sesuatu. Dia tampak tidak sehat, dia jadi pemurung ‘apa dia sakit?’ benaknya terus meneriaki pertanyaan yang sama.

Baekhyun menghela nafas berat untuk kesekian kalinya, lalu menghadap kearah Yerin lagi. Matanya serasa berkunang-kunang, sekelilingnya berputar. Dan saat itu juga rasa sakit luar biasa semakin menerjang kepalanya.

“pembohong” suara Yerin serak, namun tegas dan mendominasi. Matanya berair. Baekhyun samar-samar bisa mendengar suara Yerin bercampur dengan dengung berisik yang bertalu-talu ditelinganya atau mungkin dikepalanya, walau bagaimanapun suara Yerin tetap terdengar cukup jelas dan merdu. Tapi sungguh arti kata yang diucapkan gadis itu membuat hati Baekhyun terluka. Dia tidak ingin membohongi Yerin.. dia hanya berusaha menyembunyikan hal ini. Bukan berbohong.

Baekhyun bingung harus menjawab apa, di satu sisi dia ingin terlihat baik-baik saja namun disisi lain kepalanya serasa akan meledak dan ingin Yerin menolongnya. Tapi tidak, gadis itu tidak boleh tahu, gadis itu harus melihatnya baik-baik saja.

Kepala Baekhyun  masih terasa amat sakit. Sekuat tenaga dia menjaga tubuhnya agar tetap tegak. ‘ku mohon jangan sekarang’ cowok itu meremas besi dingin yang membuatnya masih dapat berdiri.

Baekhyun beringsut menyandarkan punggungnya pada besi penyangga, nafasnya terlalu sesak. Kepalanya semakin sakit saja, tapi sesuai tekadnya dia berusaha agar tidak terlihat kesakitan.

Baekhyun tersenyum kecil, melirik kearah Yerin yang membeku disampingnya “hey, kenapa kau menangis? dengar Yerin tidak ada yang aku sembunyikan” sebisanya dia berusaha terlihat ceria.

Tanpa diduga, tangan Yerin terulur dengan lembut kearah wajah Baekhyun, Baekhyun tidak mencegah namun membiarkannya.

“kau sakit” Yerin berkata lirih sambil menyeka mimisan dari hidung Baekhyun.

Mata Baekhyun membulat, dia sangat terkejut melihat darah dijari Yerin, bisa-bisanya dia mimisan tanpa sepengetahuannya sendiri.

“Ah aku mimisan ya, aku memang terlalu lelah akhir-akhir ini. hahaha” Baekhyun tertawa garing sambil menyeka hidungnya yang penuh darah dengan tangan gemetar, Yerin hanya diam membeku, menangis.

‘Baekhyun sakit, dia tidak baik-baik saja.. penyakit apa yang dia derita? Kenapa dia bertanya tentang kehidupan setelah kematian? Apa dia tahu hidupnya sudah tidak lama?’

“Yerin kau punya tisu dikamarmu kan?” Baekhyun bertanya masih dengan tawanya yang terdengar seperti teriakan kesakitan ditelinga Yerin, gadis itu tidak menjawab namun membiarkan Baekhyun pergi masuk kekamarnya dan mengambil tisu.

Dengan kasar Baekhyun mencabuti tisu diatas meja, rasanya dia hampir gila karena rasa sakit ini terlalu luar biasa dan semakin bertubi-tubi, dia bahkan tidak sanggup memikirkan alasan apa yang akan diberikan pada Yerin, menyakinkannya bahwa dia baik-baik saja.

Mimisan ini hanya karena kelelahan, wajahnya juga pucat karena kelelahan, badannya kurus karena kelelahan, ya dia akan mengatakan pada Yerin kalau dia kelelahan. Namun dia sendiri ragu apakah dia masih sanggup untuk berdiri menghadapnya sekarang dan berkata bahwa dia kelelahan.

“Baekhyun!!” Yerin langsung berlari masuk kamarnya saat melihat tubuh Baekhyun ambruk begitu saja, dia berteriak dengan panik memanggil seluruh anggota keluarganya.

.

Cahaya putih membutakan menyambut Baekhyun saat dia baru saja membuka mata

‘apakah aku sudah mati?’

Kepalanya masih berdenyut hebat, dia mengerjap dan membuka mata lagi. Cahaya lampu neon yang menyilaukan menyambutnya kembali, cat dinding putih, bau obat-obatan. Ini tentunya rumah sakit.

“Baekhyun?” samar-samar Baekhyun mendengar suara Yerin, tapi dia terlalu pusing untuk menoleh. Genggaman ditangan kanannya mengerat hingga Baekhyun bisa merasakan kehangatan dari telapak tangan gadis itu menjalar keseluruh tubuhnya yang menggigil. Baekhyun tersenyum saat melihat wajah Yerin muncul dihadapannya. Bahkan pipi gadis itu masih tetap bersemu merah saat melihat senyumannya.

“kau akan sembuh Baekhyun” terdengar isak disela kata-kata yang diucapkan Yerin, Baekhyun menggeleng lemah seakan mengatakan bahwa hal itu adalah suatu kebohongan besar yang ia sendiri sudah tau kebenarannya. Dia tidak akan bertahan lama, dia tahu itu.

“maaf” Baekhyun berkata lirih, air matanya jatuh. Ia bahkan tak sanggup mengucapkan kalimat yang lebih panjang dari kata maaf. Dia ingin meminta maaf dengan kalimat yang panjang lebar, menjabarkan alasan-alasan pada Yerin atas segala yang ia sembunyikan darinya, dia ingin Yerin mengerti kenapa dia tidak terbuka tentang penyakitnya, dia ingin Yerin memaafkannya karena dia tidak ingin melihat Yerin khawatir dan sedih. Dia ingin Yerin memaafkannya karena dia tidak akan bisa menemani gadis itu lagi. Dia ingin Yerin memaafkannya karena sebentar lagi ia akan pergi.

Yerin hanya mengangguk samar, dia meremas tangan Baekhyun dan menangis. Andai saja Baekhyun bisa, dia ingin menyeka air mata yang jatuh dipipi Yerin, memeluknya dan berkata bahwa dia baik-baik saja, Yerin tidak perlu mengkhawatirkan Baekhyun, Baekhyun akan sembuh sebentar lagi dan semuanya akan kembali seperti semula. Tapi kenyataannya dia sendiri tidak bisa berbuat apa-apa. Keadaannya sekarang bahkan menjelaskan segalanya.

Baekhyun menarik nafas sambil memejamkan mata, merasakan manisnya aroma oksigen yang mungkin akan ia rindukan suatu saat nanti. Kemudian dengan senyum terbaiknya ia menatap Yerin.

I love you..” Baekhyun berkata lirih, senyumnya masih disana, namun terlihat seperti bercampur dengan kesedihan yang mendalam. Tangannya bergerak-gerak mengeratkan tautan ditangan Yerin, seakan-akan gadis itu yang akan pergi meninggalkannya.

Pipi Yerin merona, dia sama sekali tidak terlihat terkejut. Dia tahu Baekhyun mencintainya, dia juga yakin Baekhyun tahu Yerin mencintainya

I love you too” balasnya pelan dan manis sambil diiringi senyum hangat yang membuat hati Baekhyun tenang dan damai. Dengan lembut Yerin mengecup pipi orang yang sangat dicintainya itu.

“Dikehidupan yang akan datang kita akan bersama-sama... lebih lama, bahkan selamanya” Baekhyun mendengar suara Yerin berbisik lirih nan merdu, membuat sakit kepala yang menerjangnya berangsur hilang, membuat balok-balok yang menghimpit dadanya seakan hancur, membuat matanya semakin berat dan mengantuk.

Membuatnya tertidur dengan tenang dan damai.

-END-

Selasa, 13 Agustus 2013

Alessa dan Helena

“John, Alessa menghilang!” Natashamenjerit, john segera terbangun lalu berlari kekamar Alessa sambil mengenakansweater. Ia menuju kamar dimana istrinya berada. Lelaki itu segera memelukNatasha.
Natasha menangis, bahunya berguncang.
Waktu masih menunjukan pukul setengah 3malam
***
“apa rumahmu masih jauh?” Alessabertanya, langkahnya waspada melewati jalanan yang licin dan bersemak. Diaberjalang dibelakang punggung Helena.
“sebenarnya, aku tidak akan mengajakmukerumahku” Helena tidak berhenti, bahkan menolehpun tidak, namun tidak denganAlessa, gadis itu mengerutkan kening.
Helena tahu Alessa tidak mengikutilangkahnya.
“ayolah, aku hanya inginbersenang-senang denganmu. Mungkin berbagi cerita? Bagaimana? ....Kau tidakingin tahu tentang aku?”
Alessa terdiam lalu berjalan lagi,Helena menunggu sampai gadis itu berdiri sejajar dengannya lalu melangkahbersama-sama. Helena tersenyum, Alessa tidak. Dia bahkan tidak mengerti tentangini semua.
Helena berlari saat dia sudah menemukantanah lapang didepannya. Tidak benar-benar lapang sih. Cuma lebih sedikit semakdan salju. Dia lalu berbaring ditanah. Alessa berdiri, menatapnya seolah ingindi mengerti. Dia tidak ingin tiduran diatas tanah bersalju.
Helena lalu mengangkat kepalanya danduduk. Kali ini Alessa mengikuti. Ya, sepertinya Helena selalu tau, apa yang membuatAlessa nyaman.
“kamu ini seperti teman lamaku” Helenatersenyum, tidak pernah sejernih itu sebelumnya. Matanya menatap apapundisekitarnya dengan tatapan liar.
“hmm.. oh ya?” Helena mengangguk.
“dia Nina”
“dimana dia?” Helena terdiam, setelahnyamenghela nafas berat. Lalu Alessa merangkul bahu gadis bermata biru itu,seketika Helena tersenyum sedikit.
“menurutmu aku ini apa?” Helenabertanya, tidak memperdulikan pertanyaan Alessa barusan. Dia pikir Alessa tidakmenginginkan jawabannya.
Alessa mematung sejenak, lalumenyeringai dengan jahil.
“hantu?” Alessa tertawaterpingkal-pingkal membayangkan bahwa dirinya sedang mengobrol berdua denganhantu ditengah belantara, tidak ada yang akan menolong jika si Hantu maumenghisap darahnya ataupun sekedar membunuh.
Dia berniat bercanda. Tentu saja. Anehsekali padahal Alessa tidak suka bercanda.
“ya, mungkin jika kamu berpikir begitu.Aku hantu apa kamu takut?” Helena mengangkat tangannya bak nenek sihir yang maumencekik korbannya. Senyumnya menyeringai menakutkan.
“tidak, tentu saja tidak! Hahahaha”Alessa tertawa puas sekali. Helena tersenyum kecil.
“baiklah, apa menurutmu aku jahat?”Alessa berhenti tertawa.
“sedikit” Helena menoleh, lalu matanyamenajam.
“kamu menakutiku waktu itu. Lalu kamupergi begitu saja dan tidak mengunjungiku. Aku kesepian, sedikit sih.Orangtuaku sangat membosankan. Yaaahh.. walaupun aku takut kamu datang denganmuka menyeramkanmu lagi” Alessa mengakhiri kalimatnya dengan senyuman. Helenadiam saja, tidak memberiakan reaksi yang berarti.
“apa kau berpikir bahwa aku terkutukjuga?” Helena menggeram, hampir mengeluarkan sisi lain dari dirinya. Sisi lainyang membuat Alessa menjerit dan takut. Sisi lain yang membuat Alessamenganggapnya jahat.
“terkutuk? Terkutuk semacam apa ya?Mungkin kutukan semacam.... pangeran harus menciummu dan kau akan berubah jadikedinginan saat musim dingin tiba. Hahahaha...”
Helena nyengir. Alessa kembali tertawa,dia membayangkan Helena mengetuk jendela kamarnya dengan pakaian hangat dariwol yang sangat tebal, semacam orang-orang eskimo. Itu sangat lucu dan trendy.Helena lalu diam lagi, mungkin dia sedang memikirkan pertanyaan berikutnya.
“Alessa, bagaimana kalau aku ini hantuterkutuk yang ingin membunuhmu?” Alessa terdiam, berpikir sejanak. Lalu tertawalagi.
“kalau begitu lakukan!” Alessatersenyum, lalu tertawa lagi.
--
Sejak semalam, John dan Natasha mencariAlessa kemana-mana. mereka menanyakan pada tetangga terdekat namun tentu sajatidak ada. Lalu pada jam 5 pagi. Entah, Natasha berfirasat bahwa Alessa pergiketempat itu. Tempat Helena dan Nina, tempat dimana dia berada saat mimpi-mimpianeh itu. John tidak punya pilihan kecuali mengikuti Natasha.
Natasha mengingat-ingat jalan menujutempat yang sedang ia pikirkan, mungkin tempat ataupun rutenya agak berbedakarena sudah berpuluh-puluh tahun berlalu.
Mereka berdua beberapa kali tersesat,namun tak pernah menyerah dan mengeluh. Sebenarnya John iya, tapi tidak denganNatasha, dia takut dengan segala kemungkinan yang berputar-putar diotaknyaterhadap Alessa. Sedangkan John tidak mengalami mimpi itu, tidak mempercayaikeberadaan Helena, dan apapun yang tidak masuk akal.
Sampai akhirnya, langit berubah menjadiberwarna lebih cerah. Natasha menemukan tanah lapang. Benar saja Alessatergeletak disana. Disebelah gundukan tanah bersalju.
“Alessa!” Natasha berteriak sakingsenangnya. Namun Alessa tak bergerak, kemungkinannya dia mati. ‘Oh tidak!’Natasha tidak ingin itu terjadi. Dia lalu menghampiri anaknya. John, tentu sajamengikuti.
“Alessa?” mata Alessa mengerjap-ngerjap,mencoba mengumpulkan kesadaran sepenuh mungkin. Tapi gadis itu sangatmengantuk. Dia terkulai lagi.
“John gendong dia!” John mengais tubuhAlessa, lalu meletakannya dipunggung. John tidak kelihatan begitu senang. Diaterlihat sangat lelah dan mengantuk. Natasha menyesal harus membangunkannya.Padahal sepertinya ia sanggup mencari Alessa sendirian. John menatap Natashaseakan berkata ‘ayo kita pulang’ Natasha tersenyum kecil dan mengangguk seakanmenjawab ‘iya’.
John berjalan didepan, namun Natashabelum beranjak. John tahu itu. Dia berbalik tapi dia terlalu lelah untukberteriak menyuruh istrinya mengikuti.
“aku dibelakangmu kok” Natashaberteriak, John melanjutkan berjalan menuju rumah tanpa ingin memastikan.
Natasha menatap gundukan tanah berselimutsalju. Dia melihat nisan, bukan nisan salib. Namun batu. Ya tentu saja batukarang biasa, besarnya hampir sekepala. Ada ukiran disana jelas sekali. “Nina”memang hanya itu. Ukirannya amatiran sekali. Tidak rapi, seperti ditoreh olehbatu tajam begitu saja.
“kamu sudah tahu terlalu jauh” Natashatersengal saat mendapati suara tepat berasal dari belakangnya. Dia menolehsegera, sangat refleks ‘Helena?!’
“ya, aku Helena!” Natasha mengerutkandahinya ‘bagaimana bisa?’
“tentu saja bisa!” Helena menatapnya galak.Natasha lalu berniat untuk tidak mengatakan apapun dalam hatinya.
“apa kamu pikir aku ini terkutuk?”Natasha menggeleng pelan, dia ketakutan. Tentu saja.
“bahkan kamu sudah tau semuanya. Hmmm..mungkin tidak semua”
Natasha bingung sekelilingnya berputardan kepalanya pusing. Lalu dia melihat Nina berdiri dihadapan Helena denganmuka pucat dan tubuh lunglai dikamar anaknya. Dia hafal betul kejadian ini, tapitentu saja dia tidak menjadi Nina sekarang. Dia menjadi dirinya sendiri.Menyaksikan betapa menyeramkannya anak 13 tahun yang saling membantai.
 Bibir Nina tersenyum, punggungnya tertusukpisau. Ditusukkan oleh Alexander, tentu saja Alexander berada dibelakang Ninadengan muka pucat pasi. Helena berteriak-teriak memanggil Nina dan mengutukAlexander. Lalu Helena mengambil pisau daging yang digunakannya--jugaAlexander-- untuk membunuh. Alexander menahannya, tapi tentu saja ia tak bisa.Kekuatan helena berlipat-lipat saat amarahnya memuncak. dan dengan seketikagadis itu menebas leher Alexander hingga hampir putus. Sama dengan ayah danibunya—atau bukan sama sekali--.
Natasha melihat Helena menangis,berteriak bahwa dia menyesal. Bukan karena ia membunuh keluarganya. Tapi diatelah membiarkan Nina terbunuh. Tragis sekali. Sampai akhirnya natasha menyaksikanHelena menusuk dadanya sendiri. Menusuk—mungkin—tepat dijantung. Iya merintih,tak langsung mati. Dia berbaring, memegang tangan nina lalu tersenyum. Natashabelum bisa memastikan Helena benar-benar mati.
Dan semuanya berputar lagi sebelum Natashatau jawabannya. Natasha kembali dihadapan Helena. Bulu kuduknya jadi merinding.
“bagaimana menurutmu?”
“menyedihkan?” Natasha menjawabalih-alih jawabannya seperti pertanyaan. Helena tersenyum.
“memang. Kau tau aku masih hidup”Natasha mengangkat wajahnya, sekedar memastikan apakah kaki gadis itu menyentuhtanah. Dan ya, tentu, jelas sekali. Dia juga berpikir apakah itu modelpernyataan atau pertanyaan. Gadis ini memang aneh.
“jangan ceritakan pada siapapun” Natashamengangguk, walau tidak mengerti.
***
Cuaca tidak sedingin biasanya, musimdingin akan segera berakhir, berganti dengan musim semi yang hangat. Alessamenghitung cokelat dilacinya. Lalu seseorang datang membuat jantungnya hampirmeloncat.
“Helena!!!!” Helena tertawa, yap..tertawa seperti manusia pada umumnya.
“mau cokelat?” Alessa mengacungkansebatang cokelat didepan wajah gadis pucat itu.
“boleh juga” Helena lalu membukabungkusnya dan mulai mengunyah cokelat batangan pemberian Alessa tersebutdengan penuh minat dan penghayatan.
“hahaha... aku baru pertama kalimelihatmu bertingkah seperti manusia” Alessa tertawa. Terpingkal tak tertahan.Gadis bermata biru didepannya sering membuatnya tertawa akhir-akhir ini. Helenamengacungkan jari-jarinya hendak mencekik.
“sini kamu!” Helena berteriak. Alessaberlari mengelilingi kamar sambil tertawa menghindari Helena. Lalu hap!, Helenamenangkap tubuh Alessa dan berguling dikasur. Helena menjulurkan tangannyakeleher Alessa. Sesaat hening. Lalu terdengar suara tawa membahana. Helena menggelitikAlessa membuat perut Alessa kram karena tertawa berlebih.
Natasha mendengarkan. Tentu saja. Tapitidak apa-apa kok!
------END-------
 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template