Sabtu, 29 September 2012

Alessa dan Helena

Angin bertiup mendayu, menyapu dedaunan dihalaman rumah baru keluarga Frudgie yang masih berantakan. Ilalang jingga setinggi 1 meter masih terdapat didepan pagar besi dan juga disekitar pohon ek yang daunnya meranggas. Tepat diantara jumputan tinggi ilalang didepan pagar besi terdapat kotak surat yang tiangnya miring ke arah barat. Alessa Frudgie memperhatikannya sambil berauyun-ayun diatas ban mobil yang terikat ke pohon ek meranggas. Alessa Frudgie adalah anak semata wayang dari John Frudgie dan Natasha Frudgie, dan Alessa senang memperhatikan sesuatu.
Musim gugur hampir berakhir dan musim dingin hampir tiba, angin bertiup sangat kencang setiap harinya. Pohon ek besar di depan rumah keluarga Frudgie daunnya hanya tinggal beberapa helai. Sampai akhirnya, helai terakhir jatuh pada malam dimana Alessa memperhatikannya lewat jendela.
“knock knock...” Natasha Frudgie muncul dari balik pintu kamar Alessa, dia menutup pintu itu kembali setelah dia berada didalam. Lalu wanita tengah baya itu berjalan melenggak kearah jendela dimana anaknya berdiri.
“sedang melihat apa?” Natasha menopang dagunya diatas kepala Alessa, sambil tanggannya dilingkarkan dileher gadis yang sangat dicintainya itu.
“bukan apa-apa Mom” Alessa mengelus tangan ibunya sesaat lalu membalikan tubuh hingga mereka berdua berhadapan.
“aku hanya meresa tidak nyaman dirumah baru kita” Alessa menunduk dengan nafas dalam seakan-akan berkilo-kilo batu ditempelkan dibelakang kepalanya hingga membuat kepalanya berat dan dadanya sesak. Natasha segera meraih dagu gadis itu dan perlahan mengangkatnya hingga mata mereka bertemu pandang.
“kamu tahu bukan? Kita tidak punya pilihan. Ayahmu bekerja di kota ini sekarang, dan disinilah kita tinggal. Kita tidak mungkin tetap dirumah lama karena kau tahu...”
“aku mengerti” Alessa tersenyum, terlihat dipaksakan namun senyumnya mampu membuat Natasha tersenyum juga. Mereka lalu berpelukan.
***
Alessa berumur 13 tahun, bertubuh ringkih dengan kulit pucat. jari-jarinya panjang dan kurus, rambutnya lurus panjang berjuntai berwarna cokelat kehitaman, wajahnya cantik mirip ibunya, matanya bulat dan indah namun tidak bersinar, bibirnya manis namun senyumnya hampir menghilang, pipinya merah tapi bukan karena merona.
Alessa suka berayun-ayun, ia ingin sekali bisa terbang. Menurutnya dengan berayun dia bisa meresakan dirinya terbang. Dia tidak suka naik kendaraan, dia tidak suka sekolah, dia tidak suka makan daging, dia juga tidak suka berbicara kepada orang lain.
Krak!!
Kaki telanjang Alessa menginjak dahan kering dengan bunyi krak yang cukup keras tepat pada langkahnya yang ketiga belas, Alessa tidak sengaja menginjaknya karena matanya tengah mengawasi kalau-kalau orang tuanya menemukan anaknya menyelinap pergi keluar rumah selarut ini.
Satu lagi, Alessa tidak suka memakai alas kaki, ayah dan ibunya selalu mengingatkan tapi dia tidak pernah mendengar. Akibatnya telapak kaki Alessa kasar dan penuh luka goresan. Tapi baginya bukan masalah yang harus ditanggapi serius. Dia malah sudah terbiasa dengan ini.
Saat dia sudah berada sekitar 4 meter dari jendela kamarnya --ya jendela kamarnya adalah pintu yang membawanya keatas tanah yang dipayungi kegelapan ini-- dia berlari segera menuju ban mobil yang terikat pada pohon ek yang telah gundul, Alessa duduk diatas benda bulat itu dan kemudian melangkah mundur untuk ancang-ancang. Dia menarik nafas dalam-dalam sambil memejamkan mata. Dia mengangkat kakinya dan Wingggg!! Angin malam musim gugur merasuki kulit Alessa saat dia berayun-ayun, angin itu seperti menghisap segela kepenatannya dan melepaskannya keudara dengan kurun waktu yang sangat cepat. Gadis itu menambah kecepatan ayunannya semakin cepat dan cepat.
Srekkk.. Srekk.. Srekk!! Alessa menghentikan laju ayunannya dengan cara mengadukan kakinya yang telanjang dengan tanah, tanah yang dipijaknya mengepulkan debu kelabu yang sangat tebal dan dia mengaduh karena kakinya menjadi panas dan sakit. Keningnya berkerut menatap sekeliling dengan waspada
Srekkk.. Srekk.. Srekk... gadis itu turun dari ayunan dan mengawasi sekitar “siapa itu?”
Tidak ada yang menjawab, bunyi srekk itu malah terdengar semakin mendekat dan jelas.
Alessa mulai berputar-putar dan merasa ketakutan, matanya mengawasi ilalang disekitar tempat ia berdiri, gadis itu lalu melemparinya dengan batu kerikil, bunyi srekk itu tidak terdengar lagi setelah itu. Namun selang beberapa waktu, saat Alessa mencoba menenangkan diri, bunyi semak-semak bergemersik terdengar begitu mengganggu. Matanya menatap ilalang dengan awas, seakan-akan dia siap berlari saat sesuatu yang menakutkan muncul dari sana, Alessa menarik nafas pendek-pendek mencoba menghirup oksigen lebih sering dari yang dia bisa.
Bunyi gemerisik itu semakin dekat terdengar, Alessa mundur kebelakang dengan nafas masih tersengal. apapun yang muncul gadis itu berharap dia bisa berlari kembali kerumahnya sekarang juga, tapi nyatanya dia tidak melakukan itu. Dia tidak bisa.
“siapa itu?” Alessa bertanya sekali lagi dengan suara bergetar, dia harap tidak ada yang menjawab pertanyaannya barusan, sebenarnya dia berharap tidak ada siapapun dibalik semak itu atau apapun, angin bertiup semakin kencang dan malam sudah semakin larut. Kegelapan dan angin malam mengingatkan Alessa pada hantu tanpa kepala yang diceritakan ibunya beberapa tahun yang lalu.
“selamat malam Alessa Frudgie” jantung Alessa hampir saja berhenti berdetak ketika sebuah siluit gadis seumurannya muncul dari semak ilalang dan menyapanya seakan teman baik.
Alessa mundur beberapa langkah, dengan CO2 masih berada didalam dadanya. Siluit gadis itu semakin mendekat, membuat Alessa semakin ketakutan. wajahnya mulai terlihat berwujud dan matanya berwarna biru terlihat berkilat-kilat. Tiga langkah gadis itu maju kedepan, Alessa sudah bisa melihat tubuhnya secara utuh.
“si..siapa kau?” Gadis itu tersenyum tepat saat Alessa sudah bisa melihat rupanya secara keseluruhan. Gadis itu terlihat seperti gadis 13 tahun lainnya, hanya senyum dan matanya sedikit terlihat jahat dan menakutkan. Baju yang dipakainya kuno dan kulitnya lebih pucat dari Alessa.
“aku Helena Wudson” gadis yang bernama Helena itu mengulurkan tangan, rambutnya yang mirip Alessa berkibar tertiup angin dan seketika wangi melati menyeruak diudara. Alessa mengabaikan wangi yang menusuk hidungnya tersebut dan malah dengan senang hati menjabat tangan Helena.
Tangan gadis itu sedingin es namun Alessa tidak memperhatikan dan malah mengabaikan hal itu. Alessa tersenyum pada teman barunya. Tak pernah ia lakukan sebelumnya.
“apa tadi?”
“apa?” Helena melangkah mendekati ban mobil dan duduk disana, ia berayun-ayun kecil sambil menatap Alessa dengan tatapan aneh.
“suara tadi”
“oh, itu.. bukan apa-apa kok” Helena berancang-ancang mundur, ia mengangkat tumit kakinya lalu mengangkatnnya dan membiarkan dirinya berayun-ayun. Satu hal yang menarik, dia tidak memakai alas kaki juga.
“kau ini siapa? Dimana rumahmu?” entah kenapa Alessa kini jadi banyak bicara
“aku? Seperti yang kau tahu, aku Helena Wudson, dan rumahku tidak jauh dari sini”
“apa yang kau lakukan disini malam-malam begini?”
“menurutmu kamu sendiri sedang apa?” Helena menghentikan laju ayunannya dengan cara yang dilakukan Alessa tadi, namun dia tidak mengaduh dan terlihat baik-baik saja walaupun debu yang mengepul lebih banyak dari Alessa tadi
“aku hanya mencari udara segar”
“sepertinya akupun begitu” Alessa mengerutkan dahi
“sudah sangat malam, lebih baik aku pulang dan kau juga. Mmm.. Helena, bagaimana kalau kau kerumahku besok siang?” Helena mengangguk
“oke, sampai jumpa besok!” Helena masih berayun-ayun kecil dibawah pohon ek gundul saat Alessa berlari meninggalkannya. Matanya memperhatikan Alessa dengan seksama, seakan tak ingin lepas dari sosok teman barunya itu. Tangannya melambai membalas lambaian tangan Alessa saat dia hendak mengerek gorden.
Helena tersenyum, senyum aneh yang seharusnya tak tersungging dari bibir gadis 13 tahun. Helena tertawa, lalu tubuhnya melayang dan hilang bagaikan asap.

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template