Kamis, 25 Agustus 2011

MIRAGE (akhirnya Alvin... : part 3)

Jantung Shilla berpacu dengan cepat, dia tentu tengah memikirkan keadaan Alvin, dia tengah kehausan, tengah kesakitan.. Alviiinn..

“aku lemah, dia selalu mengatakan aku yang lemah.. dia pembunuh!, tapi aku juga pembunuh.. aku membunuh Sivia, mungkin aku pantas mati.. ya, kenapa aku tidak mati saja?”

“nggaaakk!!” ucap Shilla memekik, dalam sekejap dia menghentikan semuanya. Kecuali derita yang Alvin rasakan.

“Shilla!!”jerit Pricilla dengan tajam pada saat yang bersamaan. Namun, kepala Ify terkulai kedepan dan kata-katanyapun terhenti. Ketakutan, Shillapun menyadari apa yang telah dilakukannya.

“Ify, lo gak papa? Lo bisa nemuin dia lagi kan Fy? Please jawab gue! Tadi gue gak maksud...”

Kepala Ify terangkat, kali ini matanya terbuka. Namun tidak tertuju kelilin maupun Shilla. Matanya memandang lurus kedepan tanpa ekspresi. Saat berbicara suaranya berbeda, tentu itu bukan suara Ify, jantung Shilla berdegup kencang. Dia pernah mendengar suara itu sebelum di kuburan.

“Shilla” suara itu berkata “jangan pergi kemanapun, jangan pergi keluar sana, jangan pergi ke jembatan. itu kematian.. kematianmu menunggu disana..” Lalu tubuh Ifypun terkulai lagi.

“Ify!” Shilla mengguncang tubuh Ify “Ify!!” Shilla hampir menjerit dan Ify tak kunjung terbangun “Ify!!!”

“erghhh.. apa? Aduh lepasin.. sakit tauk!” suara Ify terdengar lemah, tapi sepertinya dia baik-baik saja.

“lo gak papa?”

“ya, sepertinya.. tapi rasanya kok aneh banget yak” Ify mendongkak keatas, dan memijit-mijit keningnya “apa itu tadi Shilla? Soal pembunuhan itu?”

“lo inget soal itu?”

“iya gue inget semuanya, gue gak bisa lepas dari sana, rasanya terbelenggu dan buruk banget. Tapi apa artinya?”

“bukan berarti apa-apa” ucap Shilla “mungkin Alvin lagi berhalusinasi, itu aja” Shilla juga tidak mengerti, menurutnya Alvin tidak berhalusinasi, dia benar-benar membunuh gadis bernama Sivia itu. Tapi siapa gadis bernama Sivia itu? Ada hubungan apa dengan Alvin? Mengapa Alvin sampai membunuh gadis itu

Pricilla menyela “Alvin? Jadi menurut loe Ify benar-benar menjadi Alvin tadi?”

Shilla mengangguk, kepalanya terasa pening saat dia berpaling. “ya, gue rasa itu memang Alvin, itu pasti dia. Dan gue rasa Ify bahkan ngasih tau dimana Alvin berada, dibawah jembatan, didalam air” Shilla bergegas menuju lemari pakaiannya, dan mengambil tiga buah baju hangat, lalu dua dari tiga baju tersebut dilemparkan ke atas kasur.

“kita pergi sekarang?” mata Pricilla membesar, tangannya menggenggam baju hangat yang dilempar Shilla tadi. Shilla hanya mengangguk sambil memakai baju hangatnya.

“lo gila, ini uda malem.. lagian saljunya deres banget Shil” Shilla menatap Pricill tajam.

“Cill, Alvin sekarat! Gue gak bisa biarin dia kesakitan..” wajah Shilla memelas “ kalo lo gak mau ikut juga gak papa, gue bisa sendiri” lalu mata Shilla memancarkan amarah, dia menatap Pricilla sedemikian. Shilla juga melirik ke arah Ify yang masih terdiam dan tidak mengatakan apapun juga tidak melakukan apapun.

“Shill, tapi gimana sama omongan Ify tadi? Kematian lo Shill.. kematian lo nunggu diluar sana..” suara Pricill melemah, dia menatap Shilla kasihan.

“gue gak peduli!” Shilla lalu pergi.. Pricill menatap Ify yang sedari tadi diam. Ify hanya mengangkat bahunya.

“okelah.. kita turutin kemauan dia” mereka berdua lalu menguntit Shilla.

---
Dimobil, mereka tidak mengobrol banyak. Kini Pricilla dan Ify merasa sangat bersalah pada tante Lidya karena tidak bisa menjaga Shilla agar tidak keluar mencari Alvin. Malah mereka ikut serta mencari Alvin bersama Shilla. Ini sangat konyol.
Mobil Shilla berhenti di dekat sebuah jembatan, tadak jauh dari kuburan yang tadi siang dia kunjungi. Tanpa ragu, gadis itu langsung turun dari mobilnya dan langsung menuju tujuannya. Diikuti Pricilla dan Ify dibelakang Shilla.

Suasana dijembatan sangat mencekam. Jembatan itu sangat sepi dan tidak pernah dilalui orang lagi. Mungkin karena sudah tua dan tidak layak pakai. Jembatan itu menghubungkan kesebuah desa, namun desa itu hanya tinggal sejarah.. beberapa tahun lalu entah bagaimana desa itu porak poranda dan seluruh penghuninya menghilang..

Dengan penerangan sekedar lampu mobil, mereka tetap melanjutkan misi mencari Alvin.

“Alvin!!” Shilla berteriak ke air sungai, suara Shilla bergema. Salju turun tidak begitu deras hanya saja Angin berhembus begitu kencang hingga menembus baju hangat mereka bertiga. Pricilla dan Ify memeluk tubuhnya sendiri sangat erat. Tidak untuk Shilla dia berjalan kesamping jembatan.

Shilla menatap kedua sahabatnya, tidak ada sahutan sama sekali. Hanya sebuah tatapan kelelahan dan kedinginan yang menyelimuti mata-mata indah itu. Lalu tanpa basa-basi Shilla turun kebawah jembatan melalui sebuah tangga yang terbuat dari beton tepat disisi jembatan tua tersebut.

“Shill..” suara Pricill terdengar parau, matanya berkaca-kaca dia benar-benar mempercayai ramalan Ify tadi. Shilla menoleh, “gue ikut” ucap Pricilla.

Shilla hanya tersenyum “gak usah, lo berdua tunggu disini aja, gue gak lama kok”

“tapi Shil...” dua alis Shilla bertemu satu sama lain, dia menatap Pricill seakan berkata ‘ada apa lagi?’ ... “hati-hati ya..” Shilla mengangguk seraya tersenyum, kali ini dia terus menuruni tangga disamping jembatan untuk menggapai air sungai. Keadaan disana sangat licin oleh es yang mengerak, Shilla menuruninya dengan sangat hati-hati..

“Alvin!!... kamu denger aku gak?.. Alvin.. katakan sesuatu jika kamu ada dibawah sana.. viinnn..” sudah keseluruh pelosok jembatan mata Shilla memandang, namun sosok yang dia cari tidak ada disana. Dia menghembuskan nafas kecewa. “mungkin bukan dijembatan ini” dia berbalik menaiki tangga.

Sedangkan Pricill sedang gelisah menunggu kembalinya Shilla. Ify tak mengatakan apapun sedari tadi. Dia hanya diam dengan tatapan kosong.

“Pricilla..” suara itu, Pricilla tentu mengenali suara itu suara lain yang keluar dari mulut Ify, suara yang mengatakan bahwa kematian Shilla menanti dijembatan “sesuatu yang buruk itu akan tiba..” Pricilla mengerutkan keningnya “sesuatu yang buruk itu akan menimpamu” Pricill semaklin tidak mengerti, perasaannya mulai kacau, dia takut, dia takut hal buruk itu benar-benar akan terjadi. Dia benar-benar mempercayai ramalan.

Shilla muncul bersamaan dengan pingsannya Ify “Ify!!” Shilla langsung berlari kearahnya, Pricilla hanya diam. “Cill ada apa?” Pricilla hanya diam, menatap Ify dengan ketakutan. Bibirnya kaku tak bisa mengucap apapun.

“Shill, gue takut..” Pricilla masih diam mematung suaranya bergetar, entah karena takut atau karena kedinginan.

“tadi.. suara itu balik lagi..”

Shilla mengangkat satu alisnya “suara apa?”

“suara yang ngomong kalo kematian lo menanti di jembatan..” .... “suara itu bilang sesuatu yang buruk akan menimpa gue Shil, gue takut” mata Pricilla melirik kesegala penjuru, memastikan bahwa tidak ada monster atau sejenisnya yang sedang mengawasi dia disana.

“lo percaya?”

Pricilla diam, dan diam itu tentu berarti YA!!

Shilla tertawa, suaranya memekik.. terdengar menyeramkan ditelinga Pricilla dia lalu menutup telinganya dan matanya rapat “lo percaya? Mana?.. katanya kematian gue menanti? Gak ada kan? Dan lo percaya sama suara itu sekarang? Ckck Pricill, Pricill itu cuma sugesti, kalo lo percaya, hal itu bisa aja terjadi, mau lo?” Pricill menggeleng, namun bagaimanapun dia mempercayai ramalan sejak Dea diramalkan meninggal dan Dea benar-benar meninggal. Dan sekarang dia harus menerima ramalan yang buruk.

---
Lagi-lagi Shilla gagal menemukan Alvin, dia semakin gelisah. Sedangkan Ify belum sadarkan diri sedari tadi dan Pricilla masih terlihat ketakutan. Tiba-tiba di tengah jalan terparkir sebuah mobil dengan keadaan lampu menyala. Dan menghasilkan sebuah bayangan seluit hitam berbentuk sesosok manusia atau ...

“siapa itu Shil?” Pricill terlihat semakin ketakutan, dia meringkukan badannya diatas jok mobil. Sedangkan Ify belum sadar dan terlihat mulai membeku karena udara begitu dingin.

Shilla tidak menyahut, jantungnya berpacu dengan keras.. apa itu Cakka? Hatinya tambah gelisah. Seluit itu lalu berjalan menghampiri mobil Shilla. Shilla diam, tak tergerak untuk menghindar atau apapun itu. Sosok itu semakin terlihat jelas diterpa cahaya mobil Shilla.. sosok itu laki-laki, dan Shilla semakin mengenali sosok itu dia ...

“Gabriel?!” huh.. baru saja Shilla ingin mencabik-cabik lelaki itu kalau memang dia Cakka, dan ternyata dia Gabriel, teman satu sekolah Shilla yang sangat perhatian padanya.

“lo ngapain? Bikin jantungan tau gak!?” Gabriel tersenyum, Pricilla yang duduk di jok belakangpun terlihat lebih rileks.

“tentu nguntit kalian.. lo pikir gue bakal ngebiarin cewek-cewek kayak kalian, keluar malem-malem gini tanpa pengawasan. Hmm no no no ...” Shilla mengangkat alis kirinya lebih tinggi dari alis kanan. ‘Tentu dengan perintah tante Lidya’, Shilla bergumam sendiri.

“kalian ngapain malem-malem gini ke jembatan itu”

“kita nyariin Alvin, menurut petunjuk dia ada di suatu tempat yang gelap dan dingin, nggak pernah mendapat sinar matahari dan dia berada di genangan air sampai ke leher. Dan pastinya tempat itu tersembunyi banget. Lo tau tempat itu dimana?”

Gabriel diam sejenak, dia mengerutkan alis dan terlihat sedang berfikir keras “menurut gue sih di sumur ya, mungkin sumur tua yang gak satu orangpun mau ngambil air disana...” lalu dia terlihat berfikir lagi “gue tau.. ayo ikut gue”

Gabriel dan Shilla meninggalkan mobil mereka, juga Ify dan Pricilla. Ify belum sadar dan Pricilla terlihat sangat kelelahan. Mereka berjalan melewati jembatan tua yang tadi Shilla datangi dan menuju mantan pemukiman yang sudah tinggal sejarah.

Gabriel dan Shilla berjalan dengan saling berpegangan tangan karena suasana disana begitu gelap. Tidak ada cahaya yang menerangi langkah mereka, hanya cahaya bulan yang terlihat sangat samar.. binatang-binatang malam saling bersahutan, membuat malam semakin mencekam.

Mereka berhenti disebuah sumur tua, sumur itu ditutup oleh kayu yang sudah berlumut, dan diatasnya terdapat dua batu besar yang berguna penyangga kayu agar tidak goyah dari posisinya. Gabriel dan Shilla lalu menyingkirkan batu tersebut dan mulai membuka penutup sumur. Perasaan Shilla mulai tidak tentu, dia harap dia bisa menemukan Alvin disini.. bisa segera memeluk tubuhnya, dia sudah lelah mencari kekasihnya itu.

“Alviinn!!” Shilla berteriak kedalam sumur “Alvin.. ini aku Shilla..”

“Shilla?” suara dari dalam sumur menyahut

Shilla hampir melonjak dari posisinya, dia sangat senang mendengar suara itu lagi.. “iya Vin ini Shilla, kamu baik-baik aja kan?”

“ya, tapi gimana kamu ..”

“kamu sabar ya, aku pasti akan ngeluarin kamu dari sana” tanpa menanggapi pertanyaan Alvin, Shilla langsung melemparkan seutas tali yang sudah dia persiapkan. “kamu tangkep talinya ya..”

“ya..” suara Alvin terdengar begitu lemah dan pasrah

Dengan sekuat tenaga Shilla dan Gabriel mengangkat tubuh Alvin.

“Vin lo baik-baik aja kan?”

“ya.. suara siapa disana?”

“Gabriel..”

Dan akhirnya tubuh Alvin berhasil dikeluarkan dari sumur, keadaan Alvin sungguh mengenaskan, dia sudah seperti mayat hidup. Kulitnya sangat pucat dan dingin, bibirnya biru, seluruh tubuhnya basah kuyup, dan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Dia ambruk dilangkahnya yang pertama, tentu Shilla dan Gabriel harus menggendongnya sampai ke mobil, tidak sedikit pula luka yang didapat Shilla dan Gabriel. Tangan mereka lecet, karena menarik tali tadi..

Shilla langsung membawa Alvin ke rumahnya. Rumah Alvin sangat jauh dari keramaian. Jadi kedatangannya tidak akan menghebohkan masyarakat. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi sejauh ini usaha Shilla tidak sia-sia. Alvin digotong Gabriel menuju kamarnya lalu dia meletakannya di atas kasur. Kamar Alvin sangat berantakan, pecahan kaca berserakan dimana-mana. Kenapa Zeva penjaga rumah Alvin tidak membereskannya? Dan dimana dia sekarang?

Ify sudah sadar dan Pricilla sudah agak tenang.

“huftt.. akhirnya Alvin ketemu juga” Pricilla berdiri disamping Ify

“tapi, gimana dia bisa bertahan? Manusia biasa tentu gak bisa bertahan di sumur dalam kurun waktu seharian atau bahkan 2 jam saja” Ify menanggapi, dia mengerutkan kening, menandakan bahwa dia sedang berfikir keras.

“jadi lo pengen Alvin mati?” Shilla menatap Ify tajam

“nggaak, tapi ya aneh aja.. ya kecuali dia bukan manusia sih ya?” Shilla tidak memperdulikan ucapan Ify barusan, pandangan Shilla beralih ke Alvin, bajunya yang basah harus segera diganti. Dan dia meminta tolong pada Gabriel agar mengganti pakaian Alvin.

“dia sekarat, kenapa kita gak manggil dokter?”

“Alvin phobia dokter, atau segala jenis yang berhubungan dengan medis”

“aneh banget cowok lo” Shilla hanya mengangkat bahu, dia juga sebenarnya tidak tega melihat Alvin seperi itu tapi ya bagaimana dia tidak ingin Alvin marah kalau Shilla memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.

Gabriel keluar dari kamar Alvin..

“dia siuman, dan pengen ngomong berdua sama lo..” Pricilla dan Ify saling bertatapan sambil tersenyum “dan gak ada yang boleh nguping.. kita tunggu di mobil aja” Gabriel menyeret Pricilla sekaligus Ify..

“Iel apa-apaan sih...” dan mereka berdua sudah hampir menuruni tangga terakhir.

Shilla memasuki kamar Alvin. Alvin menyambut Shilla dengan seulas senyuman. Shilla lalu duduk ditepi tempat tidur Alvin.

“Shilla..” suara Alvin bergetar dan pelan “aku ingin memberi tahumu sebuah rahasia besar.... Aku tidak bisa menyembunyikan rahasia ini lebih lama dari kamu, aku harap nanti kamu bisa menerima semua kenyataan ini. aku tidak mau membohongi kamu...aku sangat menyayangi kamu.. walau nantinya kamu akan ninggalin aku, aku siap. aku tidak ingin kebohongan ini tersimpan lebih lama” Shilla tersenyum, lalu gadis itu meraih tangan Alvin dan menggenggamnya erat.

“aku akan menerimanya .. apapun itu aku akan tetap mencintai kamu ..."
***




apaya rahasianya?
next part akan terungkap :)

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template