Rabu, 07 September 2011

MIRAGE (sebuah rahasia yang terungkap : part 7)

Shilla masih memandangi mereka dengan tajam. Sesekali dia menyeka air mata yang tak dapat dia bendung lagi. Dia menangis, walau hanya beberapa tetes air mata.

Cakka, lelaki itu tidak terlihat seperti biasanya, matanya yang penuh teka-teki berubah menjadi kelabu. Entahlah, sepertinya dia menyesal telah membunuh Alvin.

“Cakka... apa lo yang uda ngebunuh Alvin?” suara Shilla tegas, namun terdapat isakan disela kalimatnya. Cakka menatap Shilla sekejap, lalu dia melenggang menuju jendela dengan tenang. Dia menatap langit dengan pandangan menerawang.

“menurutmu?”

Bibir Shilla bergetar, gadis itu menatap Cakka dengan tajam seakan ingin menusuk jantung lelaki itu dengan tatapannya.

“Shill, lo kenapa sih? Alvin pantas mati. Dia hampir ngebunuh lo Shil, lo inget kan?!” tiba-tiba Pricilla ikut berteriak. Suaranya memekik, memecah keheningan yang berlangsung cepat. Namun percuma Shilla tidak mendengarkan ocehan Pricilla. Dia tetap menatap Cakka seperti itu.

“ya, aku membunuh Alvin,kenapa? apa kamu marah padaku Shilla?”

Gadis itu gusar, lalu dia mencopot selang infus ditangannya, dan melenggang menghampiri Cakka. Kedua sahabatnya tidak bisa mencegah, dan Cakka hanya diam ditempat, menunggu gadis itu datang dan menanti apa yang akan dia lakukan. Mungkin menamparnya atau mungkin membunuhnya.

Langkah Shilla terlihat sangat berat, gerakannya lamban dan sempoyongan. Namun perlahan gadis itu telah berdiri didepan Cakka.

Waktu seakan berhenti berputar, Shilla diam seribu bahasa. Namun tatapannya lebih dari kata-kata. Cakka hanya diam, seolah tenang dan tau bahwa semuanya akan baik-baik saja.

“kenapa kamu membunuh Alvin?” nada suaranya lirih, hampir samar oleh deruan angin musim dingin. Cakka tidak menjawab, dia hanya tersenyum.

“apa kamu ingin melindungiku?”

“atau kamu tidak ingin siapapun menyakitiku?”

“atau kamu ingin melihat aku menderita dengan membunuhnya”

“atau...”

“aku hanya ingin menghentikannya!”

Shilla diam, suasana menjadi sepi kembali. Pricilla dan Ify hanya melihat keduanya seperti menonton sebuah film, entah film romantis atau horor yang mereka bayangkan.

“menghentikan apa? Dia baik-baik saja. Kamu hanya membuatku tambah menderita. AKU MENCINTAI ALVIN!! Siapapun dia!”

“kamu mencintai pembunuh Shilla?”

“kamu pembunuhnya! Kamu membunuh Alvin!”

“Alvin juga membunuh! Dia membunuh warga kota, membunuh temanmu, membunuh orang tuamu, dan dia hampir membunuh kamu juga sahabat-sahabatmu! Jadi siapa yang lebih pembunuh. Dia atau aku?” Cakka sedikit berteriak, lalu dia mengambil nafas dan menghembuskannya perlahan.

“apa kamu bilang? Orang tuaku?.........” Shilla terlihat tidak percya dan perlahan wajahnya menunjukan bahwa gadis iti sedih, dia lalu teringat pada sosok orang tuanya walau wajah-wajah itu sudah samar .. Shilla masih bisa mengingat senyuman mereka, gadis itu kehilangan orang tuanya sejak berumur 5 tahun. Mereka dibunuh saat tengah malam. Polisi menduga, itu pembunuhan akibat balas dendam. Karena tidak ada berang berharga apapun yang menghilang.

“iya, orang tuamu... kamu pasti tau sendiri perbedaan usiamu dengan Alvin.. hh.. kamu tidak tau ya dia membenci keluargamu” Shilla mengerutkan dahi, dan itu artinya gadis itu bertanya ‘mengapa?’

“ Dia mencintai ibumu dan ibu kamupun begitu, mereka pacaran, dan saat ibumu mengetahui Alvin adalah vampire dia jadi menghindar dari Alvin dan mulai menjauhinya, dan pada akhirnya mereka putus. Alvin tidak menerima, dia sangat menyayangi ibumu dan tidak ingin melepaskannya. Alvin lalu pergi ke italia, entah untuk apa aku tidak tahu dan saat kembali kesini dia mendapati ibumu sudah menikah dengan lelaki lain dan dia sudah mempunyai anak yaitu kamu, dia marah.. lalu berencana membunuh keluargamu...beserta kamu...”

“lalu kenapa dia tidak membunuhku?  Orang tuaku mati bukan karena gigitan vampire ko, jadi aku pikir bukan Alvin yang membunuh mereka!”

“dia memang tidak membunuh mereka dengan taringnya, dia memakai parang. Bahkan dia bilang padaku, bahwa dia tidak sudi meminum darah ibumu juga ayahmu. soal dia tidak membunuh kamu dia bilang dia punya rencana dan inilah rencananya... rencananya sukses, Alvin telah membuatmu jatuh cinta padanya...namun sayang, hasratnya untuk membunuhmu harus selesai ditanganku, aku menghentikannya! Aku hanya ingin menghentikannya Shilla..”
“Oh ya, apa kamu ingat Sivia Shilla? Dia itu ibumuu... via.. Sivia” dan ya, Shilla tidak pernah berfikiran bahwa ibunya bernama lengkap Sivia. Dia hanya mengenalnya dengan nama Via saja.. ‘oh tuhaaann’

Shilla terdiam... matanya kini berubah menjadi sayu, dia ingin menangis. Tapi entahlah, sepertinya air matanya sudah habis, dia sudah lelah menangis, menangis hanya membuatnya terlihat lemah, hanya membuatnya seakan tak berdaya.. namun dadanya sesak jika tidak menangis.. dia menarik nafas, dan butiran air bening mengalir dipipinya.. Ify dan Pricilla ikut terhanyut, sedangkan Cakka hanya terdiam tanpa berusaha menghentikan laju air mata yang semamkin deras dipipi gadis bernama Shilla itu...


THE END~


0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template