Jumat, 24 Agustus 2012

Apakah di Langit Benar-Benar Ada Surga?

Siang itu –seperti biasa—si gadis kurus menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar kota, sekedar menghirup sedikit oksigen bebas yang mungkin tak ia dapatkan disekolahnya yang penuh sesak oleh tekanan sosial. Ia juga senang menatap segala hiruk-pikuk keriuhan manusia-manusia disekitarnya.
Langit begitu cemerlang, tapi tetap penuh misteri seperti biasanya. Gadis kurus itu sangat tertarik dengan langit, menurutnya langit itu tinggi dan tiada batas. Ia bahkan berkeinginan untuk terbang dan menjelajahinya. “apakah di langit benar-benar ada surga?” bibirnya selalu merekah saat memikirkan itu, entahlah..
***
Si gadis kurus tidak suka ketika hari berganti begitu cepat, bukan itu sebenarnya yang ia tidak sukai tapi ia tidak suka sekolah. Ia tidak punya teman, si gadis kurus adalah tipe orang yang kurang pandai bergaul, dan terlalu mengalah pada segala sesuatu yang menimpa dirinya. Saat dia meminta mamanya agar menyekolahkannya di rumah saja, dia bahkan tidak sanggup mengungkapkan alasan dan semua kepahitan yang selalu menimpanya disekolah.

“ma, Ify pengen home schooling aja”
“kenapa sayang?”
Gadis itu diam, kemudian menggeleng dan pergi.
Selalu begitu,
Mamanya ingin Ify –si gadis kurus—bersekolah biasa saja, karena menurutnya itu bagus untuk pembelajaran sosialisasi, namun gadis itu malah mendapatkan banyak tekanan yang ia tidak ketahui.
“eh Ify udah dateng, liat PR matem dong” tanpa basa-basi teman-temannya langsung membongkar isi tas si gadis kurus. Si gadis kurus hanya diam pasrah
“fy minjem pulpen dong” teman-temannya selalu meminjam apapun pada Ify dan tidak mengembalikannya
“siapa yang mau nulis di depan?” kebanyakan guru selalu bertanya seperti ini
“Ify pak!” atau “Ify buuu!” teman-temannya selalu menjawab kompak
Atau saat spidol di kelas mulai habis Ify selalu disuruh mengisinya walau pun dia bukan petugas piket hari itu.
Dan banyak lagi, termasuk bully dan penindasan oleh senior. Entahlah ada masalah apa senior dengan Ify. Intinya sebagian besar anak-anak disekolah tidak suka pada Ify.
Tapi Ify tidak penah memprotes apapun. Dia percaya teman-temannya akan sadar suatu saat nanti. Namun kadang-kadang dia lelah dan ingin menghentikan semuanya, tapi percuma. Ia kadang benci dirinya sendiri karena teman-temannya sering mengejeknya ceking atau apapun itu. Tapi pada akhirnya dia selalu sadar ini semua pemberian Tuhan yang harus di syukuri.
***
Langit tak secerah biasanya, awan kelabu mengintari angkasa saling berkejaran satu sama lain, tak menunjukan keindahan dan keramahan seperti biasa. Ify, si gadis kurus itu merasakan sedikit kecewa, ia menatap ke luar ruangan dan mendengus. Perlahan waktu merangkak, bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini membuatnya senang tapi ia harus segera meninggalkan sekolah sebelum hujan besar datang.
“yah udah keburu hujan” tepat selangkah ia berlari menuju halaman depan. Dan byur!! Hujan mengguyurnya tanpa belas kasih. Si gadis kurus pun meringkik menuju koridor sambil menyiprat-nyipratkan air di tubuhnya ke segala arah.
“hey hati-hati dong” ternyata cipratan airnya mengenai Irva, teman sekelasnya yang gendut dan galak. Alisnya berkedut-kedut ketika menatap Ify
“maaf” Ify segera pergi, tidak ingin mendengarkan cacian dari Irva selanjutnya. Rasanya, melihat wajahnya saja dia sudah enggan dan ingin meloncat kesumur.
Ify berjalan di koridor menuju gerbang sekolahnya. Semua orang yang ada disana menatap Ify dengan tatapan yang memojokan, seakan-akan Ify adalah penjahat kelas kakap yang akan di adili di meja hijau, dan mereka adalah orang-orang yang ingin menjebloskannya ke penjara. Ify mengacuhkannya. Ia tidak bersalah sama sekali dan dia igin segera pulang
“udah terlanjur basah kok” dia mengulurkan tangan menyentuh hujan menggenggamnya dan dia tidak bisa merasakan sesuatu apapun ditelapak tangannya. Lalu si gadis kurus berlari dibawah rinai air itu dan tak terlihat lagi.
Hujan itu sama misteriusnya dengan langit, kadang-kadang menakutkan dan menenangkan. Namun kali ini beda, bagi si gadis kurus hujan itu menyenangkan. Untuk kali ini aja sih..
Berlari ditengah hujan itu asyik loh, dingin dan bebas. Kalo mama Ify tau anaknya hujan-hujannan pasti beliau bakal marah besar. Apalagi Ify hujan-hujannan sambil lari-larian dipinggir jalan. Apalagi sambil teriak-teriak sok ngalahin suara guntur.
“aku bebas! Aku bebas!” si gadis kurus terus-terusan berteriak dan berlari-lari, kakinya kadang-kadang dihentakan di genangan air, sampai seragamnya kecipratan dan kotor semua, dia tertawa puas lalu berlari lagi. Kadang juga dia bersenandung riang, melambaikan tangan pada orang-orang yang sedang berteduh dan menyapa hallo, orang-orang tentu menganggapnya sinting. Sampai akhirnya hujan mulai mereda dan waktu sudah senja, gadis itu tersadar udara mulai menusuk, dia menggigil dan berjalan dengan terseok-seok lalu berhenti disebuah gubuk yang sepertinya warung kopi. Ify duduk didepannya sekedar melepas lelah
“hey cewek manis kedinginan ya?” suara laki-laki tiba-tiba mengagetkannya, si gadis kurus menoleh dan melihat 3 pemuda dekil sudah di belakangnya, satu orang kurus dan berambut merah api, yang satu hitam dan tonggos, dan yang satunya gemuk dan keriting. Mereka terlihat seperti teller, tubuh Ify bergetar hebat saking kaget dan takutnya.
“abang temenin yuk!” kini wajah si gadis kurus langsung pucat pasi bak kertas hvs, mata-mata pemuda dekil itu berbinar-binar menjelajahi tubuh si gadis kurus.
“mau apa kalian?” Ify langsung berdiri, dan melangkah mundur menjauh
“cuma mau nemenin aja kok neng” si pemuda keriting mencolek pinggang Ify. Ify menepisnya dan langsung saja berlari, ketiga pemuda dekil itu mengejarnya. Dengan kekuatannya yang masih tersisa dia masih sanggup membelah angin, berlari secepat kilat. Ify tidak ingin menoleh kebelakang, sama sekali tidak mau.
Si gadis kurus terus berlari, melewati pasar, kios buah, air mancur, taman, lalu dia berbelok ke tikungan tajam jalan besar.
Ketiga pemuda dekil berhenti berlari, mengatur nafas lalu saling berpandangan.
“kita belum ngapa-ngapain die kan?” si rambut merah api menatap kosong kearah kerumunan didepannya, si tonggos dan si gendut menggeleng.
“oke ini bukan salah kita, ayo cabut” si rambut merah api lalu pergi mendahului kedua temannya, lalu keduanya mengikuti dengan mata diselimuti rasa takut dan bersalah.
***
kesenangan itu akhirnya berakhir petaka. Si gadis kurus terbaring tak berdaya dibalik ruangan berkaca, mulut dan hidungnya ditutupi oleh benda yang mengalirkan embusan oksigen keparu-parunya. Kepalanya dibalut oleh sesuatu yang tadinya berwarna putih, namun kini sudah menjadi merah semerah darah. Tangannya, kakinya, oh kalian tak bisa bayangkan betapa beruntungnya si gadis kurus masih di beri hidup. Tubuhnya yang ringkih nyaris remuk terlempar sejauh 50 meter.
Ibunda dan ayahandanya tak berhenti berucap doa, hanya ayah dan ibundanya.. tidak ada temannya sama sekali.
***
“apa di langit itu ada surga?” Ify bertanya pada seseorang cantik yang tengah menggandeng tangannya. Ify terlihat baik-baik saja, kulitnya tak tergores sama sekali bahkan ia terlihat sangat baik.
Si cantik tersenyum dan mengangguk, rambut dan gaunnya yang panjang berkibar-kibar anggun diterpa angin yang lembut, mahkota bunganya menyeruakan harum kembang setaman yang tak pernah Ify ciumi sebelumnya. 'siapa dia?' si gadis kurus menatap si cantik dengan penuh perhatian.
“ada, tentu saja. Kamu ingin melihatnya?” Ify mengangguk sangat antusias, senyum kebahagiaanpun tak bisa ia sembunyikan. Betapa bahagianya dia saat diajak menuju langit.
“baiklah ayo ikut aku” si cantik tenggadah menatap langit lalu udara menjadi sejuk, angin bertiup menderu dan tubuh keduanya melayang diudara.
“wah!!” Ify tekagum-kagum, ia terus saja tersenyum, dia menginjak-injak udara dan rasanya seperti menginjak tanah, seragam sekolahnya lalu berubah menjadi gaun putih yang sangat cantik. Dia terperangah lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi
“aku terbang!!!”
***
“maaf, putri bapak dan ibu sudah tiada” seketika, pekikan teriakan wanita setengah baya membahana di koridor rumah sakit.
***
esoknya, kabar duka itu sampai disekolah.
Teman-teman si gadis kurus terlihat merenung, entah bersedih entah menyesal. Irva si gendutpun terlihat merunduk dan diam, dalam hati dia menyesal tidak pernah berbuat baik pada Ify. Bahkan kini dia tengah berpikir. 'kenapa aku tidak menyukainya?'

Senin, 13 Agustus 2012

Villa Berhantu

“aku mencium sesuatu yang ngga beres disini” Ify memutar badannya, menatap pohon-pohon besar yang membisu disekeliling mereka. Sambil terus berjalan menuju lokasi penginapan.
“ngga beres kayak gimana Fy?” Sivia membelalak, menatap temannya yang berjalan mendahului sambil memperhatikan sekitar.
“biaya sewa villa ini murah banget Via, buat 1 malam cuma 150 ribu?!”
“bukannya itu bagus. Mm.. tapi jangan-jangan villa-nya jelek lagi” Ify mengangkat bahu. Sambil terus berjalan. Via dan banyak anak lainnya menguntit langkah Ify menuju villa yang dimaksudkan, beberapa berjalan jauh didepan gadis itu.
Akhirnya, bangunan yang akan dijadikan tempat menginap untuk acara latihan dasar kepemimpinan sudah kelihatan. Besar dan tua namun terlihat masih kokoh, disekelilingnya terdapat pohon-pohon besar yang rindang seperti pohon Mahoni dan beringin, daun-daun keringnya berserakan diseluas halaman, disana juga ada sebuah air mancur yang airnya tidak lagi mengalir. Rumput-rumput liarpun tumbuh dimana-mana membentuk belukar.
“waw!!!” Ify terbelalak saat menatapnya
“keren bukan?” Alvin sang ketua Osis tiba-tiba muncul dan tersenyum bangga dengan villa pilihannya itu. Ya, ini adalah pilihan Alvin.
“ya, tapi ini jadi semakin aneh” Ify mengetuk-ngetukan jari di dagu
“aneh?” Alvin menatap Ify tidak mengerti. Sivia memutar bola matanya, dia menatap Alvin dan berbisik pelan.
“menurutnya, harga sewanya terlalu murah untuk villa sebesar ini” Alvin tertawa dan berbisik pada Ify, namun dengan suara yang tidak bisa disebut bisikan –karena Sivia mendengarnya—
“mungkin karena villanya kotor dan tidak terurus. Atau bahkan berhantu” kedua gadis itu memelotot. Alvin langsung ngibrit sambil terbahak-bahak melihatnya.
“dasar sinting!” Sivia  mendengus
“lihat saja, aku tidak takut hantu!”
Sebenarnya mereka tidak menginap 1 hari, tapi 2. Mereka –sebagian—datang lebih awal daripada junior karena harus membersihkan villa ini terlebih dahulu sebelum digunakan. Itung-itung liburan juga, hehe –kata sivia—
“Angel, Zahra, kalian bersihin kamar tidur. Ify, Sivia, kalian bersihin halaman depan..” Ify dan Sivia mengangguk dan bergegas.
“urhhh, kalo tau gini aku kesininya besok. Aku kira kita tinggal nyiapin tempat dan selebihnya bisa senang-senang” Ify menatap Sivia sekilas lalu mulai menyapu daun-daun yang berserakan.
“nah, ini kita lagi nyiapin tempat”
“errrrr, tapikan ini dari nol banget” Sivia berbalik dan duduk, dia memeluk lutut.
“ayolah vi, abis ini pasti ada senang-senangnya” Ify mengedipkan mata, Sivia bangkit lalu dengan malas-malasan ikut membantu menyapu halaman.
Setelah selesai menyapu halaman depan, Sivia dan Ify bergegas menyimpan peralatan kebersihan seperti sapu, tempat sampah, dan serok sampah menuju gudang. Gudang tersebut terletak lumayan jauh di bagian belakang gedung, mereka harus melewati koridor yang sepi.
“Fy, aku mulai setuju deh sama kamu. Villa ini... mm..” Ify mempercepat langkahnya, Sivia ikut mempercepat langkahnya juga.
“Fy, jangan cepet-cepet dong jalannya” Sivia mencoba mensejajarkan langkahnya dengan Ify. Namun tiba-tiba..
“AAAAAA!!” keduanya berteriak, ternyata mereka berpapasan dengan seorang perempuan, dan dia bukanlah teman mereka. Wajahnya pucat, sorot matanya tajam, dan bibirnya kebiru-biruan. Ify dan Sivia langsung ngibrit menuju teman-temannya.
“huaaaaa.... kita ketemu kuntilanak!!” Sivia langsung histeris saat ditanya teman-temannya
“hush, ga boleh ngomong gitu ah. Mungkin kamu tadi ketemu..”
“ini air hangatnya...” seorang perempuan memberikan termos ukuran sedang pada Alvin
“huaaa!!!” Sivia dan Ify menutup wajah dan berteriak. Teman-temannya memandang heran.
“tadi saya ketemu mereka, tapi mereka malah berteriak dan lari” perempuan itu terlihat sedih “tadinya saya mau nitip kemereka karena saya ada urusan” Perempuan itu menatap Ify dan Sivia sekilas, lalu segera mengalihkannya pada Alvin
“ma..ma..maaf, temen-temen saya ini emang penakut teh” Sivia dan Ify melihat perempuan itu sekilas, perempuan itu tersenyum matanya berkilat-kilat dan wajahnya masih sepucat tadi, dia lalu pergi.
“siapa tadi Vin?” Alvin terlihat kesal, terlihat teman-teman yang lain mulai membubarkan diri
“kalian ini. Itu tuh teh Euis anaknya penjaga di villa ini” Sivia dan Ify saling berpandangan
“bukan hantu?” Sivia bertanya polos
“bukan lah!!!”
haripun semakin gelap, villa sudah dipersiapkan matang-matang untuk pelatihan dasar kepemimpinan esok hari. Kini mereka sedang mengobrol didepan perapian yang dinyalakan didepan villa, sedangkan para guru sedang mengobrol di dalam bersama pemilik penjaga villa yan tak lain adalah ayah teh Euis.
“kalian harus jaga sikap selama disini” suara teh Euis memecah keheningan, semua yang berada dalam acara api unggun memperhatikannya
“ini bukan tempat sembarangan” sorot matanya tetap lurus pada perapian
“maksud teh Euis apa?” Zahra menatap teh Euis tak mengerti, teh Euis menoleh dengan wajah dingin dan mata tajam kearah Zahra, bibirnya yang kebiru-biruan bergerak kaku
“kalian tentu tahu maksudku” matanya kembali meredup menatap api
“kalian jangan sok berani, jangan melakukan hal yang tidak sopan, dan kalian harus menjaga kebersihan tempat ini” Ify dan Sivia berpegangan tangan, menatap teh Euis yang menurut keduanya sangat misterius dan menakutkan.
“dan satu diantara kalian sudah melakukan suatu pantangan tersebut. Kalian hati-hati saja” tiba-tiba angin bertiup sangat kencang, perapianpun padam seketika. Api unggun pun memudar dalam gelisah kebisuan.
Tidak ada yang bicara lagi
Yang datang lebih awal hanyalah 9 orang yaitu 4 perempuan dan 5 laki-laki, perempuannya ada Ify, Sivia, Angel, dan Zahra. Laki-lakinya ada Alvin, Riko, Sion, Rio, dan Kiki. Tentu saja mereka –laki-laki dan perempuan-- tidur ditempat terpisah dan lumayan jauh jarak diantara keduanya.
“duh, Fy bener kata kamu. Villa ini...”
“hush, Sivia. Jangan ngomong yang macem-macem ah kamu” Angel memelototi Sivia
“udah ah, ayo tidur. Besok bakal jadi hari yang panjang banget” Zahra menguap dan menutupi tubuhnya dengan selembar selimut. Ify pun demikian, dia mencoba memejamkan matanya namun agak sulit tertidur. Matanya terpejam namun dia tidak tidur. Seketika disekitarnya menjadi begitu berisik, seperti ada orang bercakap-cakap bahkan berteriak dan berbisikpun ia bisa dengar dengan seksama. Suasananya ramai seperti pasar. Ify tahu teman-temannya sudah tidur, maka ia coba untuk tertidur dan berpura-pura tidak mendengar apa-apa. Ia bahkan tahu itu adalah hantu yang sedang mencoba mengganggunya.
Ify tidak menceritakan apapun tentang tadi malam –belum-- ia bersikap seolah villa ini baik-baik saja. Check in sudah dilakukan beberapa jam yang lalu dan kegiatan-kegiatan LDKS pun berjalan lancar. Sampai pada akhirnya kegiatan peloncoanpun dimulai... para junior melakukan penjelajahan malam dan para senior sengaja membuat hantu-hantuan. Kebetulan Ify kebagian jadi kuntilanak, sebenarnya Ify sudah menolak. Tapi ia setuju karena ia akan ditemani oleh Kiki, Irva, dan Rio yang akan jaga ditempat Ify beraksi.
“sut..” Ify melempar batu kearah ketiga temannya
“apaan sih Fy? Muka kamu nyeremin tau ga?” Irva nyeleneh. Mereka mengobrol ringan sampai akhirnya ada 2 orang anak yang menuju pos. Ify lalu menakut-nakuti ke 2 anak itu.
“ga takut, wlee. Ka Ify kan? Hayo ngaku” Ify hanya bengong melihat adik kelasnya itu, Rio, Kiki, dan Irva melihat kearahnya menahan tawa.
Lalu peserta berikutnya sekaligus terakhir. Ia, sendirian –karena temannya sakit ditengah perjalanan-- namanya Ray, dia mengabaikan Ify yang cekikikan diatas pohon, dia menoleh sekilas lalu berhenti dipohon yang lain. “ka kuntilanaknya banyak banget sih. Yang asli yang mana?” ... “astaga!” Ify langsung menoleh kearah sesuatu –atau seseorang-- yang sedang Ray ajak bicara. Ternyata sesosok mirip dirinya, dengan kostum yang sama pula. Ify langsung saja loncat dari pohon ketanah, ia tenggadah dan memang bukan hanya satu yang mirip dirinya, tapi banyak. Ray menatap Ify –asli—bingung.
“lanjutkan perjalanan kamu” dengan suara yang dibuat sewibawa mungkin Ify menyuruh Ray pergi melanjutkan perjalanan. Lalu dengan segara Ray mulai menjauh. Ray bukanlah penakut, tapi dia bukan orang sok juga. Setelah cukup lama Ray pergi, Ify berjalan kearah pos tapi sudah tidak ada siapa-siapa. 'sialan' dia menggerutu didalam hati. Sedangkan dia celingukan mencari Ray berharap bocah itu masih terlihat. Namun nyatanya dia sudah menghilang.
Ia pun terpaksa harus berjalan sendiri menuju villa, ia tidak bertemu manusia manapun –karena Ray adalah peserta terakhir-- dan sejauh apapun ia berjalan sepertinya Ify tidak sampai-sampai ke villa, lalu pikirannya melesat, dia yakin bahwa dia tersesat. Ify termenung sejenak, mengibaskan gaun kuntilanaknya yang terlalu panjang ‘duh, sial banget sih aku’ lalu sesaat kemudian sosok wanita dengan wajah buruk dan mata seputih tulang datang secara tiba-tiba dari langit menatapnya tajam dan beringsut mendekat. Ify berteriak lalu tidak mengingat apapun.
Saat terbangun Ify sudah berada di Villa, dia mendapati dirinya tengah terbaring lemas dikamar panitia putri dengan baju kuntilanaknya.
“fy, kamu udah sadar?” Sivia langsung berjingjit mendekati Ify. Pipinya basah.
Tak lama segerombolan panitia putra dan putri lainnya berdatangan bersama Pak Oni. Mereka hanya tersenyum aneh. Ify hanya diam, mengingat-ngingat mimpinya yang sangat buruk.
“kamu udah baikan?” Pak Oni membungkuk memeriksa panas di dahi Ify, gadis itu hanya mengangguk tidak mengerti.
“jam berapa sekarang?”
“jam lima..”
“aduh maaf ya aku ketiduran gini, acara stresingnya udahan deh” teman-temannya saling berpandangan, tapi Ify hanya biasa saja. Sebenarnya tidak biasa, dia berharap ini bukan tentang mimpi buruk itu.
Alvin, Ify, Sivia, dan teman-teman sudah lengser dari kepengurusan OSIS, sekarang sudah ada OSIS baru yang berketuakan Ray.
Para pengurus OSIS lama pun berbincang-bincang sekedar mengenang masa-masa kepemimpinan mereka. Tak lupa, merekapun membicarakan acara LDKS yang sangat mengesankan dan seru itu..
“waktu aku mandi tuh.. masa airnya nyala sendiri, padahal kerannya belum di puter. Hiy” Zahra bercerita sangat antusias. Tubuhnya bergetar seakan dia merinding.
“eh iya, waktu aku mau pipis. Tiba-tiba dibelakang ada teh Euis horor banget kan?” Sivia tak mau kalah bercerita, teman-temannya tertawa. Tentu saja mereka sedang membayangkan bagaimana ekspresi via saat ketemu teh Euis yang menurutnya sangat seram.
“aku juga pernah mimpi buruk” tawa seketika berhenti, semua mata tertuju pada Ify “Masa ada cewek yang tiba-tiba muncul dari langit trus mukanya nyeremin banget, dia kayak mau nerkam aku gitu deh” teman-temannya mendengarkan dengan patuh. “nyeremin ya?untung Cuma mimpi” tidak ada sahutan.
“...”
“kenapa kalian? Kok tiba-tiba diem?”
“ehem” Alvin berdehem keras sambil mengibaskan rambutnya yang sudah mulai gondrong. Sivia menatapnya jijik
“gini fy, mungkin ini saatnya kamu tahu yang sebenarnya” Ify mengerutkan kening
“gini Fy....” Sivia menghela nafas “itu bukan mimpi”
“apa? Jangan bercanda ah, ini bukan tanggal 1 april tau” Ify mengerucutkan bibir sambil alisnya berkedut-kedut karena otot wajahnya menegang
“serius Fy... jadi gini waktu pas udah si Ray –peserta terakhir—Kiki, Irva, Rio, dan kamu, mm yang ternyata bukan kamu balik ke Villa. Pas udah di daerah Villa tiba-tiba yang mirip kamu itu berhenti” “iya, dia gak ngomong-ngomong dari pertama balik, aku udah curiga sih” Irva memotong
“Shhh” Ify menatap Sivia kembali dengan serius “tiba-tiba kamu terbang, entah kemana kamu ilang. Kita panik banget trus teh Euis sama mang Asep nyariin kamu ke hutan, dan ternyata ketemu. Kamu katanya diketemuin diatas pohon asem, kamu tadinya mau diculik wewegombel itu”
“...”
“kamu gak apa-apa kan?”
“ya shock aja sih.. aku padahal ngarepnya itu mimpi doang, eh ternyata beneran”
“emang gimana sih kejadiannya Fy? Kok kamu bisa nyasar kehutan? Hutankan jauh? Lagian villa keliatan kalee dari pos 2” Irva berkomentar
“aku kira kalian bertiga ninggalin aku. Awalnya sih, si Ray malah ngajak ngomong kunti asli yang mirip aku. Masa dia nanya ‘kak, kok kuntilanaknya banyak banget sih?’ gimana ga shock pas ngeliat kepohon yang lain banyak banget yang mirip sama aku pake baju kunti itu”
“waduh berabe banget tuh.. untung teh Euis sama mang Asep sakti..”
“mungkin ini gara-gara aku ngomong sembaranagan waktu pas pertama kali datang kali yak”
“hahaha.. makannya jangan sok berani, sama teh Euis aja takut, kamu tuh”
“iya.. iya...”
 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template