Kamis, 25 Agustus 2011

MIRAGE (aku akan mencintaimu.. siapapun kamu.. apapun kamu. : part 4.)

Alvin menatap Shilla dalam, sambil digenggamnya tangan gadis itu. dia sudah sekarat, dia membutuhkan sesuatu yang membuatnya pulih .. pandangannya beralih keluar jendela, diluar sangat gelap dan dingin, dia menerawang jauh, entah bagaimana reaksi kekasihnya jika mengetahui dia yang sebenarnya.

Alvin lalu berpaling menatap mata indah itu lagi, dimana ketulusan cinta bisa dia lihat. Dia semakin tidak berani membongkar rahasianya. Dia takut kehilangan Shilla, dia takut kehilanan cintanya. Tapi dia sudah putuskan, apapun yang terjadi nanti itulah yang terbaik, dan jalan itu yang akhirnya akan dia ambil.

“Shilla ..” suara Alvin terdengar ragu, “bagaimana kalau aku itu bukan manusia?” kedua alis Shilla saling bertemu, dia menatap Alvin aneh.

“jadi menurut kamu, kamu itu bukan manusia? Kamu setan... atau malaikat?? Kamu bercanda? hahaha” Shilla tertawa, gelak tawanya hampir terdengar seperti tangisan. Shilla tau Alvin tidak bercanda.

“aku serius, aku bukan manusia..” Shilla menatap Alvin memelas, dia menggigit bibir menahan tangisan, dia tidak ingin percaya, tapi dia harus percaya.

“aku vampire, Shilla..” dan akhirnya Alvin membongkar rahasia terbesarnya, dia mengalihkan pandangannya dari Shilla, dia tidak sanggup menatap gadis itu. tangisan Shilla pecah, dia menangis didepan Alvin. Dan Alvin tidak mau melihat air mata Shilla.

“maafin aku..” entah apa yang Shilla rasakan hanya dia yang tau, yang pasti dia sungguh menyesali Alvin itu apa.. dia tidak menyangka Alvin itu apa. Bagaimana bisa? Shilla tidak mengerti.

Shilla menangis sejadi-jadinya perasaannya kacau, rasanya dia ingin berteriak dan protes kepada Tuhan tentang Alvin. Kenapa Tuhan menjadikan dia dan Alvin itu berbeda? Kenapa?

Alvin tidak berani melakukan apa-apa dia hanya menatap Shilla kasihan, sesungguhnya kalau dia bisa, dia ingin memeluk gadis itu.

“jadi gimana? Apa kita putus aja Shill? Kamu terlalu berharga buat aku” Shilla menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin kehilangan Alvin. Setelah apa yang terjadi, dia tidak ingin melepaskan Alvin.. tidak akan! Dan setelah dia tau Alvin itu apa, seakan janji pada dirinya luntur.. dia ingin pergi dari Alvin, namun tidak bisa, tidak bisa!!

“ya, dan pada akhirnya kamu akan ninggalin aku... aku tau Shill, kamu gak usah khawatir aku akan tersinggung. Aku akan menerima keputusan kamu, seperti kamu bisa menerima kejujuran aku” Alvin tersenyum pahit, Shilla menggeleng pelan sambil menangis.

“Alviiinn... aku mencintai kamu... siapapun kamu..apapun kamu.. aku akan selalu mencintai kamu” dan akhirnya Shilla sudah memutuskan. Dia akan terus bersama Alvin, siapapun Alvin.. apapun Alvin..

Alvin tersenyum, bibirnya kaku dan semakin sulit untuk tergerak, dia sudah semakin sekarat.. dia butuh sesuatu yang membuatnya bertahan.. dia butuh darah..

“aku percaya.. dan sekarang aku sekarat Shilla, aku hampir mati..”

Shilla mulai panik, dia tau yang bisa membuat seorang vampire bertahan hanyalah darah.. namun dimana dia harus mencarinya.. bagaimana kalau tiba-tiba Alvin jadi ganas dan membunuh Shilla.. seperti Dea, dan ya.. apa Alvin yang membunuh Dea saat itu, bukankah Dea mati dengan luka gigitan di leher? Tentu itu ulah vampire ... Shilla mulai ketakutan, tidak pernah terbayang di benaknya kalau dia akan berpacaran dengan seorang vampire atau ini hanya kebetulan saja.. dan suatu saat dia akan lepas dari Alvin... tapi dia itu sangat sempurna .. dia tidak ingin melepaskannya..

“apa yang bisa aku lakukan?” Shilla mulai panik saat Alvin mulai kejang

“tidak ada Shilla, aku akan mati” alvin berkata lirih dan bergetar

Shilla menatap Alvin tajam “nggak, kamu gak boleh mati. Bukankah vampire hanya butuh darah? Aku rela memberikan darahku untuk kamu”

Alvin sudah semakin sekarat, dia menatap Shilla dalam.. tubuhnya mengejang “nggak.. kamu gak tau rasanya kayak apa Shill.. aku gak mau kamu menderita..”

Shilla menangis lagi “aku juga, aku gak mau ngheliat kamu menderita, ayo.. aku rela vin. Aku gak mau kehilangan kamu lagi.. jangan membuatku menangis lebih lama vin..” suaranya parau.. dia sudah tidak sanggup melihat Alvin seperti itu
“baiklah.. aku janji Shilla hanya untuk kali ini..” Shilla tersenyum dan menyeka air matanya “kemarilah...” Shilla mendekatkan wajahnya ke depan Alvin. Alvinpun berusaha untuk bangkit dari perbaringan. Jantung Shilla berpacu dengan cepat, seakan yang didepannya bukan Alvin melainkan seekor monster yang siap memangsanya... Lalu Shilla menyibakan rambut panjangnya yang terurai. Dan Alvin mulai menyentuh lehernya. Mentapnya seperti bayi didepan susu ibunya. Shilla menggigit bibir bawahnya, ketakutan diapun menutup mata. Dan dia mulai merasakan benda tajam menancap di lehernya. “argghhhh..” Shilla mengerang. Sakit luar biasa turut dia rasakan di sekujur tubuhnya dia meremas baju Alvin.. dan dia benar-benar ingin pergi saat itu juga. Namun perlahan rasa sakit itu pudar..  dan semakin menghilang. yang ada hanya sebuah kenikmatan.. dia benar-benar merasa rileks dan damai, lalu Alvin melepaskan gigitnnya dan itu juga sakit, kenikmatan dan kedamaianpun semakin meghilang dan pada akhirnya Shilla merasakan sekelilingnya seakan berputar dan Shilla rasa dia akan mati..

---
Shilla mengerjapkan matanya pelan, dia menatap kesekeliling. Dia sedang berbaring dikamarnya, sendiri. Tanpa Pricill maupun Ify. dan... apa tadi itu mimpi? Dia meraba lehernya dan luka gigitan itu masih ada. Sisa-sisa kesakitannyapun masih dia rasakan. Tapi bukankah tadi dia memakai baju hangat dan sekarang dia memakai baju tidur.. ini aneh, lalu kemana Alvin?

Dia lalu memutuskan untuk menanyakan hal ini pada kedua sahabatnya nanti disekolah. Namun saat dia melihat jam, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi, tentu saja ini sudah sangat terlambat.

“tan, semalem Ify sama Pricill nginep gak?” tante Lidya menatap Shilla aneh, kedua alis tebalnya menyatu.

“lho emang kamu gak tau? Bukannya semalam kalian ngobrol-ngobrol dikamar kamu, kamu gak ngerasa tidur sama mereka?” tante Lidya menyodorkn roti dengan selai cokelat pada Shilla. Dan dengan sigap Shilla mengambilnya.

“mm.. iya sih, yah mungkin aku lupa. Atau karena aku tidur paling cepet dan bangun paling lambat.... O iya tante aku pergi dulu ya..” Shilla langsung bergegas, dia hendak pergi kerumah Alvin. Dia ingin memastikan sesuatu yang mengganjal hatinya.

“mau kemana?” tante Lidya berteriak, namun Shilla tak menyahut sama sekali “hati-hati” dan pada akhirnya itu yang tante Lidya ucapkan pada Shilla. Shilla hanya melambaikan tangan dibalik jendela mobilnya.
---

Shilla mengetuk pintu rumah Alvin, rumah itu tampak sepi. Berkali-kali dia mengetuk pintu kayu tersebut namun tidak ada yang menyahut. Apa Alvin sekolah? Atau tadi itu mimpi dan Alvin belum ketemu? Tapi luka dilehernya...?? Shilla bertanya pada hatinya sendiri, hatinya mulai gelisah.

Saat dia hendak kembali, pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya berdiri diambang pintu, dia menatap Shilla tajam. Dia Zevana, wanita yang diberi kepercayaan oleh Alvin untuk menjaga rumahnya. Shillapun tidak mengerti setiap ia bertemu pandang dengan wanita itu, dia selalu menatapnya tajam dan seakan penuh dendam. Entahlah, Shilla hanya bisa mencoba untuk mengabaikan tatapan wanita itu dan bersikap biasa.

“Alvin lagi keluar, tapi dia menyuruh kamu menunggu” Shilla mengangkat satu alisnya, jadi Alvin tau Shilla akan datang? Dan ya, seharusnya dia tau Alvin itu aneh dan kemarin dia mengakui kalo dirinya vampire..

Sudah hampir 20 menit Shilla menunggu, namun Alvin tidak kunjung datang, dia hanya ditemani rasa bosan dan Zeva.. ya ya Zeva.. wanita itu menghilang begitu saja.

Shilla menatap keluar jendela, dia melihat seekor burung gagak besar bertengger didahan pohon ek, burung itu seperti memperhatikan Shilla dan burung gagak itu tidak seperti burung gagak biasa. Tanpa Shilla sadari Alvin sudah ada diambang pintu dan burung itupun pergi.

“Alvin..” dengan refleks Shilla berdiri

“ada apa? Kamu liat apa?” Alvin mengikuti arah pandangan Shilla, dan tentu Alvin tidak menemukan apa-apa, karena gagak itu telah pergi.

“oh bukan apa-apa ko..” Shilla tersenyum

Shilla menatap Alvin, antara rasa ragu, takut dan penasaran. Dia ingin menanyakan perihal semalam tapi.. ya, Shilla menyadari dengan siapa dia berhadapan, sekarang dia tengah berhadapan dengan Vampire

“maaf semalam pasti sakit” Alvin menyodorkan softdrink pada Shilla, hanya satu softdrink, dan itu untuk Shilla.

“ya, rasanya aneh banget, haha.. dan apa? Kamu benar-benar vampire ya? Aku fikir semalam itu mimpi” dengan terburu-buru Shilla meneguk softdrinknya, dia gugup ya.. mungkin seharusnya dia tidak mengatakan itu barusan
Alvin menyandarkan punggungnya di sofa, dia hanya tersenyum masam menanggapi Shilla.

“jadi.. kamu berfikiran aku yang membunuh Dea? Iya kan?” Shilla menundukan kepala. Ya dia memang berfikiran demikian, Dea meninggal dengan luka robek dilehernya, dan dia di temukan tanpa sedikitpun darah ditubuhnya. Tentu saja hanya seorang vampire yang bisa melakukan hal itu. Menyedot darah hingga tidak tersisa..

“kamu berfikiran hanya aku vampire di kota ini?” Shilla mengangkat wajahnya dan menatap Alvin.

“apa kamu tidak pernah berfikiran kalau kakaku itu vampire juga?” Cakka? Shilla mengerutkan dahi, dan ya Shilla pernah berfikiran kalau dia memang bukan manusia.

“jadi.. Cakka..???”

“ya, dia yang membunuh Dea.. dia juga yang membunuh orang-orang kota lainnya. Dia itu pembunuh besar Shilla”

“dan kamu juga..” Shilla bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela. Dia menerawang menatap langit “kamu juga membunuh gadis yang bernama  Sivia.. Siapa gadis itu Alvin? Kenapa kamu membunuhnya?”

Kening Alvin berkerut, dia langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Shilla.

“kamu..”

“iya aku tau! Dan yang belum aku tau siapa Sivia itu dan kenapa kamu membunuhnya?”

Alvin diam, sebenarnya dia tidak ingin membuka lembar masa lalunya dan sekarang dia harus.. harus mengingat segala rasa yang membuatnya gila

“Sivia itu.....” Alvin menarik nafas panjang dan dia mulai memutar otaknya, dan kembali mengingat masa lalunya

***



yaaahhh bersambung lagi (y)
maaf ya ngaret, thanks for reading ({})

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template