Minggu, 28 Agustus 2011

MIRAGE (siapa yang harus aku percaya : part 5)

Alvin diam sejenak, dia membalikan badan membelakangi Shilla. Berkali-kali lelaki itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya cepat. seperti ada seseatu menghimpit dadanya.

“apa ini harus aku ceritakan Shilla?” Alvin duduk kembali. Dia tanpak gelisah dan bingung. Jika dia harus bercerita, dia tidak tau harus mulai dari mana

“tentu, aku pacar kamu Alvin.. aku berhak tau” Shilla membalikan badannya menghadap Alvin, namun laki-laki itu membelakanginya. Dia tidak bisa menatap mata Alvin. Lalu dia kembali menghadap jendela

“baiklah.. jika kamu memaksa, aku akan menceritakannya. Tapi jangan pernah membenci aku karena ini Shilla” Alvin lalu berjalan gontai menuju sofa dan duduk diatasnya. Dia tidak mengangkat wajah sama sekali.

Untuk kesekian kalinya dia menarik nafas, namun kali ini dia menarik nafas dengan cepat.. dia mulai berbicara “Sivia dulu pacarku.. dia sangat mencintaiku, akupun begitu. Namun kecintaannya padaku terlalu berlebihan dia meminta diubah untuk menjadi sepertiku..” Alvin menghela nafas dan Shilla mulai merasa tegang. Angin dari luar mengembus sampai kedalam ruangan. Tapi Shilla tidak tergerak.

“dan bodohnya aku, aku malah menyetujui keinginannya dan merubahnya menjadi vampire” senyum kepedihan itu mulai nampak diwajah Alvin, dia mulai mengangkat wajah dan menerawang dalam ingatannya  “dia kesakitan.. ya, kesakitan. seperti yang lainnya, namun aku kehilangan kontrol dan menjadi kasihan kepadanya. Aku menghentikan aksiku untuk merubahnya menjadi vampire. Dia kesakitan, aku tidak tega. Terlanjur, aku menyuntikan racun sudah terlalu banyak.. dia kejang... seharusnya aku tidak berhenti saat itu. Dan aku berhenti. Dia sekarat.. lalu pada akhirnya, aku gagal merubahnya menjadi vampire, dia meninggal..” suaranya semakin tinggi .. lalu pada akhirnya merendah, dan semakin rendah “aku benci pada diriku, aku benci pada Sivia, kenapa dia harus meninggalkan aku, kenapa dia ingin dirubah sepertiku, aku benci.. aku benci..” nafas Alvin tersengal, lalu tatapannya berubah menjadi tajam “aku pembunuh! Aku membunuh Sivia, lalu saat itu.. aku mulai membuh manusia dan mengisap darahnya.. sampai aku ketemu kamu.. aku berjanji pada diriku sendiri, aku..”

Shilla berlari menuju Alvin. Dia memeluk lelaki itu. Dan menangis disana “maaf...” Shilla tidak tau entah apa yang harus dia katakan, dia membenci pembunuh.. ya, dia membenci pembunuh. Dulu ayah dan ibunya mati dibunuh, dan dia sangaaaatt benci pada pembunuh.. tapi saat ini dia mencintai seorang pembunuh.

“ya, mungkin aku harus menyadari kalau aku bukan manusia.. aku vampire, dan vampire itu pembunuh” pipi Shilla sudah basah, dan sekarang dia tidak ingin mendengar apapun dari mulut Alvin. tidak ingin!

Tanpa membalas pelukan Shilla, Alvin kembali bercerita.. entah karena ingin, atau karena dia memang harus menceritakannya “aku juga tidak menyangka, Cakka menginginkan Sivia.. dia marah kepadaku karena membuatnya mati, dan tanpa aku ketahui Sivia juga diam-diam berhubungan dengan Cakka.. lalu saat itu aku merasa aku pantas membunuh Sivia” bibirnya tersenyum, namun dimatanya tergores sebuah kesedihan dan penyesalan.

Shilla melepaskan pelukannya, gadis itu menatap Alvin, tatapannya beda dari yang tadi..

“dan sekarang, dia menginginkan kamu Shilla. Aku tidak tahu apa aku akan membunuh kamu juga kalau kamu berpaling padanya.. dan aku akan menjadi seorang pembunuh lagi” Alvin tersenyum, dia menatap Shilla dalam. Gadis itu mengerutkan keningnya..

“kamu mau membunuh aku vin?” suara Shilla bergetar, hampir samar..

Alvin berdiri, berjalan menuju jendela, dia meanatap keluar, .. langit masih dihiasi butiran salju. Namun langit sangat cerah untuk ukuran musim dingin, dia tersenyum. “hahahahaha” Shilla tersentak, tawa Alvin hampir membuat jantungnya melompat. “hahaha ya nggaak lah, aku gak mau mengulang kesalahan yang kedua kalinya, kamu fikir aku bodoh? hahaha” Alvin masih tertawa.

“mm, gimana kalau aku seperti via? Gimana kalau aku juga selingkuh sama Cakka?”

Alvin tersenyum “mmm, gimana ya? hahaha.. aku percaya kamu ko, kamu gak mungkin kayak gitu”

---
Hari ini salju tak seganas kemarin, setelah menemui Alvin dia langsung bergegas menemui sahabatnya. Dia menyetir mobil menuju rumah Ify. Setibanya disana dia langsung disambut dengan gembira.

“hai Shill, lo sekolah gak tadi?” Shilla tidak menanggapi pertanyaan Ify, dia langsung masuk saja saat Ify menyilahkan.
“gue ngantuk banget, jadi gak sekolah deh” tambahnya lagi, sambil terus berjalan didepan Shilla. Dia memang seperti itu, kadang Shilla berfikir Ify punya kepribadian ganda gara-gara sikapnya yang suka berubah-ubah tiap waktu.

Seperti biasa Shilla sedang asyik melihat lukisan-lukisan disepanjang koridor rumah Ify. Dia selalu saja tertarik pada lukisan klasik tersebut walau sudah ratusan kali melihatnya. Sampai akhirnya dia harus berhenti memandangi lukisan-lukisan itu karena Ify sudah menghilang dan pasti dia sudah berada dikamarnya.

“fy, kemarin pas dirumah Alvin..” Shilla begitu saja melemparkan tubuhnya dikasur Ify.

“haha iya.. lo katanya ketiduran, tapi gue kira lo pingsan.. soalnya gabisa dibangunin sih.. ngapain sih lo sampe ketiduran gitu?”

Shilla diam, dia tidak mau menjawab pertanyaan Ify barusan. Itu sama saja dengan membuka rahasia Alvin. Dia juga tidak ingin berbohong, tapi ...  “trus yang ngeganti baju gue siapa?”

“pricill..” Shilla mengerutkan keningnya, ternyata dia datang ketempat yang salah.. “gue tidur, soalnya ngantuk banget sih hehe..”

“uda pingsan juga” Shilla memukul Ify dengan bantal..

Dan.. suara gagak tiba-tiba terdengar ditengah candaan mereka. Shilla lalu teringat pada gagak hitam yang dia lihat waktu dia berada dirumah Alvin. Shilla dan Ify saling pandang. Shilla berjalan kejendela dan melihat sekeliling. Gagak itu sedang bertengger di pohon cemara dan seperti yang dia lihat saat dirumah Alvin, dia seperti memperhatikan Shilla.Dan kenapa gagak itu mengikutinya.

“gagak!” Ify mengerutkan kening “itu... kematian?! Shill seseorang akan mati Shill”

“cuman gagak kok ah.. gausah aneh-aneh deh Fy” dia kembali menutup jendela dan berjalan menuju Ify.

“tapi gagak itu..”

“sttt udahlah gausah negative thinking”

---
Dalam hati sesungguhnya ada keyakinan bahwa burung gagak memang burung kematian. Setiap ada yang meninggal selalu terdengar suara gagak. Saat Dea akan meninggal gagak besar terlihat bertengger diatap gedung. Dia jadi takut, bagaimana kalau dia akan mati.. atau Ify.. atau ...

Gadis itu tiba-tiba membanting stir kekanan jalan, dan menginjak remnya kuat-kuat. “siaaall!!” dia bannya tergelincir karena jalanan amat licin.

Seseorang berdiri ditengah jalan, itu yang membuat Shilla membanting stir ketepi jalan. Shilla langsung turun dari mobil dan menghampiri orang yang menghentikan perjalanannya itu, dia berjalan cepat..

“lo gak tau ya, ini jalan umum?!” Shilla berteriak, tidak peduli siapa yang dihadapinya. Dia juga tidak peduli.

Angin tiba-tiba berhembus dengan kencang, seakan suatu kekuatan menariknya untuk datang. Orang itu membalikan badannya menghadap Shilla. Hampir saja caciannya akan dia lontarkan kembali, namun kata-katanya tertelan kembali, dia tidak menyangka siapa yang dia hadapi.

Orang itu tersenyum, kini segala marah Shilla berubah menjadi ketakutan.

“mau apa lo?” Shilla mundur dengan perlahan kala orang itu maju mendekatinya. Shilla memandang sekitar berharap dia bisa menemukan orang lain.

“kenapa takut Shilla?” dia terus menghampiri Shilla. Mulut Shilla seakan kaku.

“kamu tau aku itu apa?... Dan kamu fikir aku akan membunuhmu, iya kan?” Shilla menggeleng pelan.

“aku tau apa yang kamu fikirkan Shilla..” nada suaranya halus namun sangat menusuk, dia menghentikan langkahnya begitupun Shilla. Mereka saling diam mematung.

“apa yang lo tau tentang gue?.. hah?” dia tertawa, membuat Shilla merinding.. ditambah angin berhembus kencang menembus baju hangatnya

“aku tau segalanya, aku tau apa yang ada difikiranmu...” suaranya pelan dan hampir tidak terdengar “dan kamu juga tau aku ini apa? Iya kan? Aku vampire Dan aku bisa membunuhmu kapan saja..” Shilla memeluk tubuhnya, dia takut, dan angin berhembus sangat tidak bersahabat. Di sekitarnya hanya ada salju dan pepohonan. Dia ingin berteriak namun percuma. Dan ya, berteriak hanya membuatnya seakan takut pada Cakka.. dan dia memang takut. Dia ingin pergi dari sana sekarang juga.

“oh ya Shilla, kenapa kamu berpacaran dengan seorang pembunuh? Bukannya kamu benci pembunuh ya?” gigi Shilla bergemaretak, gadis itu diam dalam ketakutan dan emosi. Tapi bagaimanapun lelaki ini benar.

“gue memang benci pembunuh! Tapi Alvin bukan pembunuh lagi!” ucapnya tegas. Cakka tersenyum, mulutnya terlihat kejam dan matanya menatap Shilla dengan lekat.

“dan kamu percaya?.... Ya ya ya ..  sepetinya adiku itu sudah mencuci otakmu, hati-hati kamu korban selanjutnya lho.. hahaha” tawanya memecah keheningan. Shilla merinding, dia baru menyadari kalau Cakka itu bukan manusia. Dia itu vampire. Dia juga tidak tau vampire itu setan atau bukan.

Shilla mengerutkan kening “maksud lo?” tawa lelaki itu berhenti. Membuat suasana menjadi hening kembali. Seperti dikuburan. Ya seperti dikuburan, saat Shilla mencari Alvin.

“kamu tentu sudah tau tentang Sivia.. apa kamu fikir yang diceritakan Alvin itu benar?”

“tentu. Alvin gak akan ngebohongin gue!” namun, dalam hatinya yang terdalam dia menjadi ragu dengan apa yang Alvin katakan. Sebenarnya siapa yang benar? Apa maksud kata-kata Cakka?

“dia berbohong! Sivia tidak minta untuk dirubah menjadi vampire!” tatapannya menajam, seakan menusuk jantung Shilla yang sedari tadi berpacu dengan cepat. “dia juga berbohong tentang temanmu yang mati itu. Aku tidak membunuhnya Shilla.. Alvin membohongimu” Shilla diam sejenak, tidak langsung menanggapi pernyataan Cakka barusan. Dia bingung, entah dia harus percaya pada siapa.

“itu terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku sudah kasih tau. O iya, sebaiknya kamu menjauhi adikku” Cakka tersenyum. Shilla merundukan kepalanya untuk befikir.

“jadi..” dia mengangkat wajah “Cakka!” Shilla menatap sekeliling, dia tidak menemukan Cakka di depannnya, dia menghilang, ya.. dia menghilang begitu saja seperti saat dikuburan..

Kini Shilla ragu pada Alvin. Tapi dia juga tidak ingin mempercayai Cakka..

siapa sebenarnya yang benar? apa yang sebenarnya terjadi? dan ada apa dengan Alvin jika dia memang mombohongi Shilla

***





maaf ngaret
thanks for reading ({})

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template