Sabtu, 24 September 2011

MIRAGE (musim dingin yang tak kenal ampun : part 2)

Senja menjelang, matahari bersinar tidak begitu terik. Langit menampakan kecerahan yang alami, sungguh indah. Namun Shilla enggan mengangkat wajahnyanya menghadap langit. Dia masih menangis ditengah nisan-nisan yang terlihat seperti mengawasinya. Angin masih bergemuruh, merontokan daun-daun kering yang berjatuhan tidak beraturan. Shilla memeluk lututnya.

“Alvin~” dia berucap lirih, dia ingin meyakinkan diri bahwa Alvin masih hidup. Cakka berbohong! Ya Cakka berbohong. Dia hanya ingin membuat Shilla menyerah. Menyerah mencari Alvin atau menyerah mencintai Alvin.

Kini keyakinannya utuh. Alvin masih hidup! Shilla sangat yakin Alvin masih hidup, hanya saja Cakka tengah menyergapnya, atau apalah Shilla tidak tahu.

Shilla berdiri, kepalanya terasa pening. Sekelilingnya terasa berputar “aku harus mencari Alvin” dia berjalan dengan gontai menuju jalan besar, dengan susah payah Shilla sampai ditepi jalanan yang sepi, tidak ada siapapun. Dia hanya sendiri ditemani angin kencang yang menderu derai tidak mengenal ampun.

Langit dengan cepat berubah menjadi keabuan, awan hitam menyelimuti angkasa. Angin bertambah menderu dan bergemuruh. Suasana semakin menyeramkan. Keheningan mencekam sekitar kuburan dan jalanan.

“Alviiiinn!!” Shilla berteriak ditengah jalan. Percuma, tidak ada yang mendengar, tidak ada seorangpun yang bisa mendengarnya!

Angin berubah menjadi dingin, malah sangat dingin. Shilla memeluk tubuhnya sendiri, rambut panjangnya berkibar mengikuti gerak angin. Dia tidak menyerah, sampai akhirnya dia merasakan lelah yang teramat sangat.

Shilla menghentikan langkahnya dan duduk ditepi jalan aspal yang sepi itu “kenapa gue nyari Alvin? Alvin tentu bakal nyariin gue, gue tinggal nunggu dia disini. Alvin gak akan ngebiarin gue sendiri, gak akan ngebiarin gue sakit” dia memeluk lututnya, ini membuatnya lebih hangat.

Dia merasakan Alvin ada didekatnya, disampingnya. “Alvin, jangan pergi lagi, aku gak mau jauh dari kamu” Shilla menyandarkan kepalanya dipundak Alvin. Namun tiba-tiba Alvin mengguncang-guncangkan tubuhnya. Ada apa dengan Alvin? “Shilla bangun” ujar Alvin, dia tidak mengerti, pasti Alvin sudah mengetahui kalau Shilla sadar dan sudah bangun dari tadi. Kenapa Alvin menjadi aneh? “Shilla bangun” Alvin berujar lagi sambil terus mengguncang tubuhnya. Tatapan mata Alvin yang tajam memaksanya untuk berdiri..

“ayolah Shil bangun.. kita gak mungkin ngegendong lo” Shilla mengerjapkan matanya. Samar-samar dia melihat Ify tengah berusaha membuatnya bangkit.

“ngapain lo disini?”

“ngebantuin gue, nyariin lo” Pricilla gadis lain yang tegah berdiri diambang pintu mobil menatap Shilla kesal “Bagus ya lo, kabur dari sekolah dan malah pergi kekuburan. Ngapain sih?”

Seharusnya Pricill tau, Shilla mencari Alvin.

“lo nyari Alvin?” Shilla tidak menjawab.

Ify memapah Shilla yang agak berat melangkah, dengan tulus gadis itu membantu Shilla yang tengah kehilangan tenaga. Pricill membuka pintu mobil. Udara di dalam mobil terasa sedikit hangat, namun tentu juga terasa pengap.
Alvin? Shilla memijit-mijit dahinya yang terasa pusing mengingat lelaki itu. Ya dia mencarinya namun bukankah Alvin bersamanya tadi? Dan dia pergi setelah Ify dan Pricill datang. Atau dia hanya bermimpi bertemu Alvin?

“lo gak papa?” Shilla hanya menggeleng sambil tersenyum tipis pasa kedua sahabatnya. Dia ingin menunjukan kalau dia tidak apa-apa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Alvin tidak ada, dia tidak datang. Mungkin Shilla harus kembali mencari Alvin, mungkin benar, Alvin tengah disekap disuatu tempat yang tersembunyi dan Shilla tidak bisa menemuinya. Maka Shilla harus menemukan Alvin terlebih dahulu.

“Alviinn ...” hatinya terus memangil lelaki nama itu

---

Tante Lidya sudah menanti Shilla didepan pintu dia sudah mendapatkan kabar bahwa Shilla menghilang dari sekolah. Dia khawatir Shilla akan seperti Dea.

“aku gak papa tante” belum juga tante Lidya bertanya sesuatu, Shilla sudah menjawab. Namun dia tentu bisa menebak, tante Lidya akan menanyakan keadaanya.

Tante Lidya menatap Shilla sayu, Shilla sudah setengah beku, kulitnya pucat dan bibirnya biru. Semua orang sudah bisa menebak kalau Shilla mencari Alvin begitu juga tante Lidya. Dari dulu tante Lidya tidak suka pada Alvin dan tidak pernah setuju Shilla berpacaran dengan Alvin.

Cuaca semakin dingin, butiran-butiran putih berjatuhan dari langit. Musim dingin telah dimulai, musim yang tak kenal ampun akan segera dihadapi. Musim dimana sebuah kekuatan akan terbangkitkan. Kekuataan yang mana tidak sembarang orang yang dapat mengetahuinya, dan Shilla akan mengetahuinya.

“lo nyari Alvin?” lagi-lagi pertanyaan itu terlontar dari mulut Ify. Dia belum puas sebelum Shilla menyatakan dengan tegas.

Shilla hanya tersenyum dia berjalan kearah jendela dan menutupnya dengan rapat, sehingga angin tidak dapat memasuki kamarnya seperti tadi.

“iya” kali ini dia berbicara tegas, seperti mendapat kekuatan atau dia sudah pulih pada keadaan semula.

“lo gila, ngapain nyariin dia dikuburan?” Shilla hanya tersenyum, sesungguhnya dia mengetahuinya dari Ify. Entah bagaimana Ify seperti mempunyai kekuatan supernatural dan bisa meramalkan masa depan, atau apalah itu..

“yah, gue percaya kok, walau lo gak menuin dia kan?” Pricilla mencibir “btw bener ya Alvin yang ngebunuh Dea? Makanya dia ngilang?” tatapan Shilla tiba-tiba menjadi tajam, lebih tajam daripada pedang. Dia menatap Pricilla bak elang menatap mangsanya.

“nggak! Alvin gak ngebunuh siapapun. Dia sekarang diculik dan yang nyulik Alvin, dia itu yang ngebunuh Dea, dia cuma mau ngebuat Alvin seakan salah dimata orang-orang” Ify dan Pricill saling bertatapan, mungkin mereka setuju. Mereka selalu mempercayai sahabatnya itu.

“trus lo tau yang nyulik Alvin siapa?” Cakka! Namun Shilla tidak bisa menyebutkan nama itu. Tidak bisa!!

“siapa Shil?” Shilla diam, ini sulit. Dia belum punya bukti kalo Cakka bersalah, dia licik, namun bukankah Dea mati dengan tidak wajar? tapi tentu dia yakin Cakka pelakunya.

“sorry, gue belum bisa ngasih tau kalian. Gue belum punya bukti tapi gue yakin”

“it’s ok, gak papa. Toh nanti juga kita tau siapa yang salah” Pricill tersenyum datar lalu meneguk air dalam gelasnya.

---

Untuk beberapa saat mereka bertiga saling diam. Mungkin mereka tengah asyik mengobrol dengan diri mereka sendiri dibanding dengan orang lain. Ify dan Pricilla menginap dikediaman Shilla malam ini, tentu dengan alasan salju turun begitu ganas, dan mereka berdua tidak berani menantangnya. Walau Shilla tau ini ulah tante Lidya agar Ify dan Pricill menjaganya supaya dia tidak kabur.

“mm, kalian mau bantuin gue gak?” pandangan Ify bertemu dengan mata Pricilla. Lalu mereka mengalihkan pandangan pada Shilla.

“kita bisa bantu apa?”

“bantu gue nemuin Alvin, Cuma dia satu-satunya kunci yang tau siapa yang ngebunuh Dea, bukankah dia saksi mata satu-satunya”

Atau tersangka?

“tapi kita gak bisa ngapa-ngapain, lo gak liat salju ganas banget?, lagian kita gak punya satupun petunjuk tentang keberadaan Alvin” Shilla menarik nafas dalam, dia menggenggam tangan Ify

“lo bisa nemuin petunjuk itu” kedua alis Ify saling menyatu

“gimana caranya?”

“Fy, gue tau lo punya kekuatan supernatural, lo bisa ngeliat sesuatu tentang masa depan. Lo bisa temuin Alvin dengan kekuatan lo” Ify terdiam, Pricilla menatap Ify dan Shilla secara bergantian, mengapa dia tidak tahu? Atau dia kurang peka?

“gue kira lo gak percaya tentang kekuatan supernatural itu, gue pikir gue itu aneh, gue sendiri gak sadar” Ify tersenyum pahit, matanya yang agak kecokelatan terlihan sayu.dia memeluk lututnya sendiri

“gue percaya kok, menurut lo kenapa gue pergi kekuburan kalo gue gak percaya sama ramalan lo waktu pas di kantin, walau akhirnya gue gak nemuin Alvin dan lo uda ngeramalin Dea akan mati, bukannya begitu? Lagi pula gue bersedia mempercayai apapun jika memang itu bisa ngebantu gue nemuin Alvin. Kesempatan apapun tentu akan gue ambil”

“he hey hey.. kok gue baru sadar ya kalo Ify punya kekuatan kayak gitu? Oh ya lo juga yang ngasih tau kalo Shilla dikuburan kan?” sedari tadi Pricill bingung tentang apa yang dibicarakan kedua sahabatnya, dia tidak menyadari kalau Ify mempunyai kekuatan aneh, atau bisa dikatakan luar biasa.

Ify semakin meringkukan badannya yang mungil tanpa memperdulikan komentar Pricilla “Shill lo gak ngerti” ucapnya memelas. “gue gak terlatih, gue gak bisa ngendaliin kekuatan ini. dan~ dan Ini bukan permainan Shil, semakin lo menggunakan kekuatan ini, kekuatan itu semakin menggunakan lo. Pada akhirnya kekuatan ini akan menggunakan lo setiap saat, entah mau atau nggak. Kekuatan ini berbahaya”

Shilla berdiri dan berjalan menuju meja riasnya, pandangannya tertuju pada meja rias itu, walau dia tidak sungguh-sungguh memperhatikan meja tersebut. Dan pada akhirnya Shilla memutar badan “lo bener ini bukan permainan, dan gue ngerti ini bahaya. Tapi ini bukan permainan lagi buat Alvin. Gue yakin dia ada di suatu tempat di luar sana, kesakitan dan nggak ada yang membantunya, bahkan nggak ada yang mencarinya kecuali musuh-musuhnya. Bisa jadi dia sedang sekarat atau bahkan dia bisa jadi ...” tenggorokan Shilla tercekat. Shilla menundukan kepala dan menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri. Saat dia mengangkat wajah Shilla melihat Pricilla sedang menatap Ify.

Ify lalu meluruskan kakinya dan berdiri, mata cokelatnya terlihat suram saat bertemu mata Shilla. “kita butuh lilin” hanya itu yang diucapkan Ify.

Lalu korek api disulutkan diatas sumbu, percikan api berpendar di kegelapan, lalu lilin menyala dengan kuat dan terang. Saat Ify menundukan kepalanya kearah lilin itu, cahaya keemasan menerangi wajahnya yang pucat itu.

“gue butuh kalian buat ngebantu gue memusatkan perhatian” ucapnya “tatap api lilinnya dan pikirkan Alvin. Bayangkan dirinya di benak kalian. Tidak peduli apa yang terjadi terus tatap apinya, dan apapun yang kalian lakukan, jangan katakan apapun”

Shilla mengangguk, kini didalam ruangan itu tidak ada suara apapun kecuali suara nafas mereka. Api berpedar menari memancarkan cahaya ke arah tiga gadis yang tengah duduk bersila disekelilingnya. Dengan mata terpejam, Ify bernapas dengan perlahan dan dalam seperti seseorang yang sedan terlelap.

Alvin.. pikir Shilla, dia membayangkan Alvin dalam benaknya, berusaha memanggil Alvin dengan seluruh indranya. Kulitnya yang dingin matanya yang hijau, suaranya yang lembut, senyumnya yang menawan, walau Shilla tau ada sesuatu tersembunyi didalam senyum Alvin, sebuah kesedihan.. oh Alvin ...

Kelopak mata Ify bergerak-gerak dan nafasnya semakin cepat. Seperti seseorang yang tengah tertidur dan mengalami mimpi buruk. Shilla mencoba tenang dan semakin fokus menatap api dihadapannya. Namun Shilla benar-benar merinding saat Ify memecah keheningan.

Pertama-tama Ify mengeluarkan erangan seperti seorang yang sedang kesakitan. Lalu nafasnya tersengal-sengal dan dia mulai bicara. “sendirian...” ucap Ify, Shilla semakin lekat menatap api didepannya. “sendiran... didalam kegelapan...” suaranya terdengar jauh dan tersiksa.

Suasana hening kembali. Lalu, Ify mulai berbicara dengan cepat.

“gelap dan dingin... Dan aku sendirian.. ada sesuatu dibelakangku.. bergigi dan keras tadinya terasa sakit, tapi sekarang tidak lagi, sekarang aku mati rasa karena disini dingin, sangat dingin..” tubuh Ify berputar seperti sedang menghindari seseatu, lalu tiba-tiba dia tertawa, gelak tawanya menyeramkan hampir mirip dengan sebuah isak tangis, atau itu memang isak tangis “rasanya lucu, aku tidak pernah menyangka akan  bener-benar ingin melihat matahari, disini selalu gelap dan dingin. Tergenang air dingin sampai ke leher. Itu juga lucu, air dimana-mana namun aku kehausan .. begitu kehausan.. sakiit..”

Shilla merasakan sesuatu menghujam jantungnya. Ify berada di benak Alvin. Alvin, beritahu kami dimana kamu berada, pikir Shilla putus asa. Lihat sekelilingmu dan ceritakan apa yang kamu lihat.

“haus.. aku butuh kehidupaaan..”

***
apa yang terjadi pada Alvin?
dimanakah dia sekarang??
temukan jawabannya di part 3 -___-

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template