Minggu, 28 Agustus 2011

MIRAGE (siapa yang harus aku percaya : part 5)

Alvin diam sejenak, dia membalikan badan membelakangi Shilla. Berkali-kali lelaki itu menarik nafas dalam dan menghembuskannya cepat. seperti ada seseatu menghimpit dadanya.

“apa ini harus aku ceritakan Shilla?” Alvin duduk kembali. Dia tanpak gelisah dan bingung. Jika dia harus bercerita, dia tidak tau harus mulai dari mana

“tentu, aku pacar kamu Alvin.. aku berhak tau” Shilla membalikan badannya menghadap Alvin, namun laki-laki itu membelakanginya. Dia tidak bisa menatap mata Alvin. Lalu dia kembali menghadap jendela

“baiklah.. jika kamu memaksa, aku akan menceritakannya. Tapi jangan pernah membenci aku karena ini Shilla” Alvin lalu berjalan gontai menuju sofa dan duduk diatasnya. Dia tidak mengangkat wajah sama sekali.

Untuk kesekian kalinya dia menarik nafas, namun kali ini dia menarik nafas dengan cepat.. dia mulai berbicara “Sivia dulu pacarku.. dia sangat mencintaiku, akupun begitu. Namun kecintaannya padaku terlalu berlebihan dia meminta diubah untuk menjadi sepertiku..” Alvin menghela nafas dan Shilla mulai merasa tegang. Angin dari luar mengembus sampai kedalam ruangan. Tapi Shilla tidak tergerak.

“dan bodohnya aku, aku malah menyetujui keinginannya dan merubahnya menjadi vampire” senyum kepedihan itu mulai nampak diwajah Alvin, dia mulai mengangkat wajah dan menerawang dalam ingatannya  “dia kesakitan.. ya, kesakitan. seperti yang lainnya, namun aku kehilangan kontrol dan menjadi kasihan kepadanya. Aku menghentikan aksiku untuk merubahnya menjadi vampire. Dia kesakitan, aku tidak tega. Terlanjur, aku menyuntikan racun sudah terlalu banyak.. dia kejang... seharusnya aku tidak berhenti saat itu. Dan aku berhenti. Dia sekarat.. lalu pada akhirnya, aku gagal merubahnya menjadi vampire, dia meninggal..” suaranya semakin tinggi .. lalu pada akhirnya merendah, dan semakin rendah “aku benci pada diriku, aku benci pada Sivia, kenapa dia harus meninggalkan aku, kenapa dia ingin dirubah sepertiku, aku benci.. aku benci..” nafas Alvin tersengal, lalu tatapannya berubah menjadi tajam “aku pembunuh! Aku membunuh Sivia, lalu saat itu.. aku mulai membuh manusia dan mengisap darahnya.. sampai aku ketemu kamu.. aku berjanji pada diriku sendiri, aku..”

Shilla berlari menuju Alvin. Dia memeluk lelaki itu. Dan menangis disana “maaf...” Shilla tidak tau entah apa yang harus dia katakan, dia membenci pembunuh.. ya, dia membenci pembunuh. Dulu ayah dan ibunya mati dibunuh, dan dia sangaaaatt benci pada pembunuh.. tapi saat ini dia mencintai seorang pembunuh.

“ya, mungkin aku harus menyadari kalau aku bukan manusia.. aku vampire, dan vampire itu pembunuh” pipi Shilla sudah basah, dan sekarang dia tidak ingin mendengar apapun dari mulut Alvin. tidak ingin!

Tanpa membalas pelukan Shilla, Alvin kembali bercerita.. entah karena ingin, atau karena dia memang harus menceritakannya “aku juga tidak menyangka, Cakka menginginkan Sivia.. dia marah kepadaku karena membuatnya mati, dan tanpa aku ketahui Sivia juga diam-diam berhubungan dengan Cakka.. lalu saat itu aku merasa aku pantas membunuh Sivia” bibirnya tersenyum, namun dimatanya tergores sebuah kesedihan dan penyesalan.

Shilla melepaskan pelukannya, gadis itu menatap Alvin, tatapannya beda dari yang tadi..

“dan sekarang, dia menginginkan kamu Shilla. Aku tidak tahu apa aku akan membunuh kamu juga kalau kamu berpaling padanya.. dan aku akan menjadi seorang pembunuh lagi” Alvin tersenyum, dia menatap Shilla dalam. Gadis itu mengerutkan keningnya..

“kamu mau membunuh aku vin?” suara Shilla bergetar, hampir samar..

Alvin berdiri, berjalan menuju jendela, dia meanatap keluar, .. langit masih dihiasi butiran salju. Namun langit sangat cerah untuk ukuran musim dingin, dia tersenyum. “hahahahaha” Shilla tersentak, tawa Alvin hampir membuat jantungnya melompat. “hahaha ya nggaak lah, aku gak mau mengulang kesalahan yang kedua kalinya, kamu fikir aku bodoh? hahaha” Alvin masih tertawa.

“mm, gimana kalau aku seperti via? Gimana kalau aku juga selingkuh sama Cakka?”

Alvin tersenyum “mmm, gimana ya? hahaha.. aku percaya kamu ko, kamu gak mungkin kayak gitu”

---
Hari ini salju tak seganas kemarin, setelah menemui Alvin dia langsung bergegas menemui sahabatnya. Dia menyetir mobil menuju rumah Ify. Setibanya disana dia langsung disambut dengan gembira.

“hai Shill, lo sekolah gak tadi?” Shilla tidak menanggapi pertanyaan Ify, dia langsung masuk saja saat Ify menyilahkan.
“gue ngantuk banget, jadi gak sekolah deh” tambahnya lagi, sambil terus berjalan didepan Shilla. Dia memang seperti itu, kadang Shilla berfikir Ify punya kepribadian ganda gara-gara sikapnya yang suka berubah-ubah tiap waktu.

Seperti biasa Shilla sedang asyik melihat lukisan-lukisan disepanjang koridor rumah Ify. Dia selalu saja tertarik pada lukisan klasik tersebut walau sudah ratusan kali melihatnya. Sampai akhirnya dia harus berhenti memandangi lukisan-lukisan itu karena Ify sudah menghilang dan pasti dia sudah berada dikamarnya.

“fy, kemarin pas dirumah Alvin..” Shilla begitu saja melemparkan tubuhnya dikasur Ify.

“haha iya.. lo katanya ketiduran, tapi gue kira lo pingsan.. soalnya gabisa dibangunin sih.. ngapain sih lo sampe ketiduran gitu?”

Shilla diam, dia tidak mau menjawab pertanyaan Ify barusan. Itu sama saja dengan membuka rahasia Alvin. Dia juga tidak ingin berbohong, tapi ...  “trus yang ngeganti baju gue siapa?”

“pricill..” Shilla mengerutkan keningnya, ternyata dia datang ketempat yang salah.. “gue tidur, soalnya ngantuk banget sih hehe..”

“uda pingsan juga” Shilla memukul Ify dengan bantal..

Dan.. suara gagak tiba-tiba terdengar ditengah candaan mereka. Shilla lalu teringat pada gagak hitam yang dia lihat waktu dia berada dirumah Alvin. Shilla dan Ify saling pandang. Shilla berjalan kejendela dan melihat sekeliling. Gagak itu sedang bertengger di pohon cemara dan seperti yang dia lihat saat dirumah Alvin, dia seperti memperhatikan Shilla.Dan kenapa gagak itu mengikutinya.

“gagak!” Ify mengerutkan kening “itu... kematian?! Shill seseorang akan mati Shill”

“cuman gagak kok ah.. gausah aneh-aneh deh Fy” dia kembali menutup jendela dan berjalan menuju Ify.

“tapi gagak itu..”

“sttt udahlah gausah negative thinking”

---
Dalam hati sesungguhnya ada keyakinan bahwa burung gagak memang burung kematian. Setiap ada yang meninggal selalu terdengar suara gagak. Saat Dea akan meninggal gagak besar terlihat bertengger diatap gedung. Dia jadi takut, bagaimana kalau dia akan mati.. atau Ify.. atau ...

Gadis itu tiba-tiba membanting stir kekanan jalan, dan menginjak remnya kuat-kuat. “siaaall!!” dia bannya tergelincir karena jalanan amat licin.

Seseorang berdiri ditengah jalan, itu yang membuat Shilla membanting stir ketepi jalan. Shilla langsung turun dari mobil dan menghampiri orang yang menghentikan perjalanannya itu, dia berjalan cepat..

“lo gak tau ya, ini jalan umum?!” Shilla berteriak, tidak peduli siapa yang dihadapinya. Dia juga tidak peduli.

Angin tiba-tiba berhembus dengan kencang, seakan suatu kekuatan menariknya untuk datang. Orang itu membalikan badannya menghadap Shilla. Hampir saja caciannya akan dia lontarkan kembali, namun kata-katanya tertelan kembali, dia tidak menyangka siapa yang dia hadapi.

Orang itu tersenyum, kini segala marah Shilla berubah menjadi ketakutan.

“mau apa lo?” Shilla mundur dengan perlahan kala orang itu maju mendekatinya. Shilla memandang sekitar berharap dia bisa menemukan orang lain.

“kenapa takut Shilla?” dia terus menghampiri Shilla. Mulut Shilla seakan kaku.

“kamu tau aku itu apa?... Dan kamu fikir aku akan membunuhmu, iya kan?” Shilla menggeleng pelan.

“aku tau apa yang kamu fikirkan Shilla..” nada suaranya halus namun sangat menusuk, dia menghentikan langkahnya begitupun Shilla. Mereka saling diam mematung.

“apa yang lo tau tentang gue?.. hah?” dia tertawa, membuat Shilla merinding.. ditambah angin berhembus kencang menembus baju hangatnya

“aku tau segalanya, aku tau apa yang ada difikiranmu...” suaranya pelan dan hampir tidak terdengar “dan kamu juga tau aku ini apa? Iya kan? Aku vampire Dan aku bisa membunuhmu kapan saja..” Shilla memeluk tubuhnya, dia takut, dan angin berhembus sangat tidak bersahabat. Di sekitarnya hanya ada salju dan pepohonan. Dia ingin berteriak namun percuma. Dan ya, berteriak hanya membuatnya seakan takut pada Cakka.. dan dia memang takut. Dia ingin pergi dari sana sekarang juga.

“oh ya Shilla, kenapa kamu berpacaran dengan seorang pembunuh? Bukannya kamu benci pembunuh ya?” gigi Shilla bergemaretak, gadis itu diam dalam ketakutan dan emosi. Tapi bagaimanapun lelaki ini benar.

“gue memang benci pembunuh! Tapi Alvin bukan pembunuh lagi!” ucapnya tegas. Cakka tersenyum, mulutnya terlihat kejam dan matanya menatap Shilla dengan lekat.

“dan kamu percaya?.... Ya ya ya ..  sepetinya adiku itu sudah mencuci otakmu, hati-hati kamu korban selanjutnya lho.. hahaha” tawanya memecah keheningan. Shilla merinding, dia baru menyadari kalau Cakka itu bukan manusia. Dia itu vampire. Dia juga tidak tau vampire itu setan atau bukan.

Shilla mengerutkan kening “maksud lo?” tawa lelaki itu berhenti. Membuat suasana menjadi hening kembali. Seperti dikuburan. Ya seperti dikuburan, saat Shilla mencari Alvin.

“kamu tentu sudah tau tentang Sivia.. apa kamu fikir yang diceritakan Alvin itu benar?”

“tentu. Alvin gak akan ngebohongin gue!” namun, dalam hatinya yang terdalam dia menjadi ragu dengan apa yang Alvin katakan. Sebenarnya siapa yang benar? Apa maksud kata-kata Cakka?

“dia berbohong! Sivia tidak minta untuk dirubah menjadi vampire!” tatapannya menajam, seakan menusuk jantung Shilla yang sedari tadi berpacu dengan cepat. “dia juga berbohong tentang temanmu yang mati itu. Aku tidak membunuhnya Shilla.. Alvin membohongimu” Shilla diam sejenak, tidak langsung menanggapi pernyataan Cakka barusan. Dia bingung, entah dia harus percaya pada siapa.

“itu terserah kamu mau percaya atau nggak. Aku sudah kasih tau. O iya, sebaiknya kamu menjauhi adikku” Cakka tersenyum. Shilla merundukan kepalanya untuk befikir.

“jadi..” dia mengangkat wajah “Cakka!” Shilla menatap sekeliling, dia tidak menemukan Cakka di depannnya, dia menghilang, ya.. dia menghilang begitu saja seperti saat dikuburan..

Kini Shilla ragu pada Alvin. Tapi dia juga tidak ingin mempercayai Cakka..

siapa sebenarnya yang benar? apa yang sebenarnya terjadi? dan ada apa dengan Alvin jika dia memang mombohongi Shilla

***





maaf ngaret
thanks for reading ({})

Jumat, 26 Agustus 2011

Empat Perkara Aneh


Abu Laist as-Samarqandi adalah seorang asli fiqh yang masyur. Suatu ketika dia pernah berkata, ayahku menceritakan bahwa antara nabi-nabi yang bukan rosul ada yang menerima wahyu dalam bentuk mimpi dan ada yang hanya mendengar suara.
Maka dikisahkan seorang nabi pada suatu malam dia bermimpi, dalam mimpinya dia mendengar suara yang berbunyi : “esok kamu dikehendaki keluar dari rumah pada waktu pagi menghela ke barat. Dan kamu dikehendaki pula berbuat: Partama, apa yang kamu lihat (hadapi) maka makanlah!. Kedua, kamu sembunyikan. Ketiga, jangan kamu putuskan harapan. Keempat, larilah kamu daripadanya.”
Pada keesokan harinya, nabi itupun keluar dari rumahnya menuju ke barat dan kebetulan yang pertama dihadapinya adalah sebuah bukit besar berwarna hitam. Nabi itu kebingungan sambil berkata “aku diperintahkan untuk memakan sesuatu yang pertama aku hadapi, tapi sungguh aneh sesuatu yang mustahil yang tidak dapat dilaksanakan.”
Maka nabi itu terus berjalan menuju kebukit dengan hasrat akan memakannya. Ketika nabi menghampirinya, tiba-tiba bukit itu mengecilkan diri sehingga menjadi sebesar sepotong roti. Lalu nabi itupun mengambil bukit yang sudah mengecil itu kemudian segera memakannya. Bila ditelan rasanya sungguh manis bagaikan madu. “Alhamdulillah” diapun mengucap syukur pada Allah SWT.
Kemudian nabi itu meneruskan perjalannannya, lalu bertemu pula dengan mangkuk emas. Dia teringat akan arahan mimpinya supaya disembunyikan. Lantas nabi itu pun menggali sebuah lubang lalu ditanamkannya mangkuk emas itu. Kemudian ditinggalkannya tiba-tiba mangkuk emas itu terkular seperti semula. Nabi itupun menanamnya kembali seperti semula sampai tiga kali berturut-turut. Maka berkatalah nabi itu, “aku telah melaksanakan perintahmu” lalu dia pun meneruskan perjalanannya tanpa disadari, mangkuk itu terkular lagi seperti semula.
Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba dia melihat seekor burung elang sedang mengejar seekor burung kecil. Kemudian burung kecil itupun berkata “wahai nabi Allah, trolonglah aku” mendengar rayuan burung itu hatinyapun merasa simpati, lalu dia mengambil burung itu dan memasukannya kedalam baju. Melihat keadaan itu lantas burung elang itupun menghampiri nabi itu sambil berkata “wahai nabi Allah, aku sngat lapar, dan aku telah mengejar burung itu dari tadi pagi, oleh karena itu janganlah engkau  patahkan harapanku pada rezekiku”. Nabi itu teringatkan pesan dari mimpinya semalam dia tidak boleh putuskan harapan. Dia menjadi kebingungan untuk menyelesaikan perkara tersebut. Akhirnya dia putuskan untuk memotong sedikit daging pahanya dan diberikan kepada burung elang, dan burung kecilpun dia bebaskan.
Selepas kejadian itu nabi meneruskan perjalanannya, tidak lama kemudian dia menemui bangkai yang sudah sangat busuk baunya. Maka diapun bergegas lari dari situ karena tidak tahan mencium baunya. Setelah menemui kelima peristiwa tersebut, maka kembalilah nabi kerumahnya. Pada malam itu, nabi bedoa. Dalam doanya dia berkata “Ya Allah.. aku telah melaksanakan perintah-Mu sebagaimana telah diberitahukan dalam mimpiku, maka  jelaskanlah arti dari semua ini ya Allah..”
Dalam mimpi, beliau telah diberitahu oleh Allah SWT bahwa : “yang pertama, kamu makan itu adalah marah, pada mulanya terlihat besar seperti bukit, namun pada akhirnya jika bersabar dan dapat menahan serta mengendalikannya, maka marah itupun akan mengecil dan rasanya lebih manis daripada madu. Yang kedua, semua amal kebaikan (budi) walaupun disembunyikan, maka ia akan tetap nampak. Ketiga, jika orang meminta kepadamu, maka usahakanlah untuknya demi membantu kepadanya, meskipun kamu sendiri membutuhkan. Keempat yang busuk itu adalah ghibah (menceritakan kejelekan orang lain). Maka larilah dari orang-orang yang sedang berkumpul membuat ghibah.
---
Saudara-saudara sekalian, keempat kisah ini hendaknya kita semaikan dalam diri kita, sebab keempat-empatnya perkara ini senantiasa terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Perkara yang tidak dapat kita elakkan adalah membicarakan kejelekan orang lain, haruslah kita ingat bahwa membicarakan kejelekan orang lain akan menghilangkan pahala kita. Ada sebuah hadis mangatakan di akhiratnanti ada seorang hamba Allah yang tekejut melihat pahala yang tidak pernah dikerjakannya. Lalu dia bertanya kepada Allah SWT “wahai Allah, sesungguhnya pahala yang kamu berikan ini tidak pernah aku kerjakan didunia dulu”, maka berkatalah Allah SWT “ini adalah pahala orang-orang yang telah membicarakan kejelekanmu”. Dengan ini haruslah kita sadar bahwa walaupun apa yang dikatakakan oleh kita memang benar, tetapi membicarakanya kejelekan orang lain adalah merugikan diri sendiri. Maka janganlah kita membicarakan kejelekan orang lain walaupun itu benar.

Al-Qur’an Sebagai Pembela


Abu Umamah r.a berkata : “Rosulullah SAW telah menganjurkan supaya kami semua mempelajari Al-Qur’an, setelah itu Rosulullah SAW memberitahu tentang kelebihan Al-Qur’an”.
Telah bersabda Rosullullah SAW : “belajarlah kamu akan Al-Qur’an, di akhirat nanti dia akan datangkepada ahli-ahlinya, yang mana dikala ituorang sangat memerlukannya”
Ia akan datang dengan bentuk seindah-indahnya dan ia bertanya, “kenalkah kamu kepadaku?”
Maka orang yang suka membaca akan menjawab “siapakah kamu?”.
Maka berkatalah Al-Qur’an “akulah yang kamu cintai dan kamu sanjung, dan kamu juga telah bangun malam untukku dan kamu juga pernah membacaku disiang hari”
Kemudian, berkatalah orang yang suka membaca Al-Qur’an “Apakah kamu Al-Qur’an?”
Lalu Al-Qur’an mengakui dan menuntun orang yang suka membaca Al-Qur’an menghadap Allah SWT. Lalu orng itu diberi kerajaan di tangan kanan dan kekal ditangan kirinya, kemudian dia meletakan mahkota diatas kepalanya.
Pada kedua orang tuanya. Ayah dan Ibunya yang muslimpun diberi perhiasan yang tidak dapat ditukar dengan dunia walau berlipat-lipat ganda, lalu keduanya bertanya “dari manakah kami memperoleh ini semua? Padahal amal kami hanya sedikit..”
Lalu dijawablah pertanyaan itu “kalian diberi ini semua, karena anak kalian telah mempelajari Al-Qur’an”

Kamis, 25 Agustus 2011

MIRAGE (aku akan mencintaimu.. siapapun kamu.. apapun kamu. : part 4.)

Alvin menatap Shilla dalam, sambil digenggamnya tangan gadis itu. dia sudah sekarat, dia membutuhkan sesuatu yang membuatnya pulih .. pandangannya beralih keluar jendela, diluar sangat gelap dan dingin, dia menerawang jauh, entah bagaimana reaksi kekasihnya jika mengetahui dia yang sebenarnya.

Alvin lalu berpaling menatap mata indah itu lagi, dimana ketulusan cinta bisa dia lihat. Dia semakin tidak berani membongkar rahasianya. Dia takut kehilangan Shilla, dia takut kehilanan cintanya. Tapi dia sudah putuskan, apapun yang terjadi nanti itulah yang terbaik, dan jalan itu yang akhirnya akan dia ambil.

“Shilla ..” suara Alvin terdengar ragu, “bagaimana kalau aku itu bukan manusia?” kedua alis Shilla saling bertemu, dia menatap Alvin aneh.

“jadi menurut kamu, kamu itu bukan manusia? Kamu setan... atau malaikat?? Kamu bercanda? hahaha” Shilla tertawa, gelak tawanya hampir terdengar seperti tangisan. Shilla tau Alvin tidak bercanda.

“aku serius, aku bukan manusia..” Shilla menatap Alvin memelas, dia menggigit bibir menahan tangisan, dia tidak ingin percaya, tapi dia harus percaya.

“aku vampire, Shilla..” dan akhirnya Alvin membongkar rahasia terbesarnya, dia mengalihkan pandangannya dari Shilla, dia tidak sanggup menatap gadis itu. tangisan Shilla pecah, dia menangis didepan Alvin. Dan Alvin tidak mau melihat air mata Shilla.

“maafin aku..” entah apa yang Shilla rasakan hanya dia yang tau, yang pasti dia sungguh menyesali Alvin itu apa.. dia tidak menyangka Alvin itu apa. Bagaimana bisa? Shilla tidak mengerti.

Shilla menangis sejadi-jadinya perasaannya kacau, rasanya dia ingin berteriak dan protes kepada Tuhan tentang Alvin. Kenapa Tuhan menjadikan dia dan Alvin itu berbeda? Kenapa?

Alvin tidak berani melakukan apa-apa dia hanya menatap Shilla kasihan, sesungguhnya kalau dia bisa, dia ingin memeluk gadis itu.

“jadi gimana? Apa kita putus aja Shill? Kamu terlalu berharga buat aku” Shilla menggelengkan kepalanya, dia tidak ingin kehilangan Alvin. Setelah apa yang terjadi, dia tidak ingin melepaskan Alvin.. tidak akan! Dan setelah dia tau Alvin itu apa, seakan janji pada dirinya luntur.. dia ingin pergi dari Alvin, namun tidak bisa, tidak bisa!!

“ya, dan pada akhirnya kamu akan ninggalin aku... aku tau Shill, kamu gak usah khawatir aku akan tersinggung. Aku akan menerima keputusan kamu, seperti kamu bisa menerima kejujuran aku” Alvin tersenyum pahit, Shilla menggeleng pelan sambil menangis.

“Alviiinn... aku mencintai kamu... siapapun kamu..apapun kamu.. aku akan selalu mencintai kamu” dan akhirnya Shilla sudah memutuskan. Dia akan terus bersama Alvin, siapapun Alvin.. apapun Alvin..

Alvin tersenyum, bibirnya kaku dan semakin sulit untuk tergerak, dia sudah semakin sekarat.. dia butuh sesuatu yang membuatnya bertahan.. dia butuh darah..

“aku percaya.. dan sekarang aku sekarat Shilla, aku hampir mati..”

Shilla mulai panik, dia tau yang bisa membuat seorang vampire bertahan hanyalah darah.. namun dimana dia harus mencarinya.. bagaimana kalau tiba-tiba Alvin jadi ganas dan membunuh Shilla.. seperti Dea, dan ya.. apa Alvin yang membunuh Dea saat itu, bukankah Dea mati dengan luka gigitan di leher? Tentu itu ulah vampire ... Shilla mulai ketakutan, tidak pernah terbayang di benaknya kalau dia akan berpacaran dengan seorang vampire atau ini hanya kebetulan saja.. dan suatu saat dia akan lepas dari Alvin... tapi dia itu sangat sempurna .. dia tidak ingin melepaskannya..

“apa yang bisa aku lakukan?” Shilla mulai panik saat Alvin mulai kejang

“tidak ada Shilla, aku akan mati” alvin berkata lirih dan bergetar

Shilla menatap Alvin tajam “nggak, kamu gak boleh mati. Bukankah vampire hanya butuh darah? Aku rela memberikan darahku untuk kamu”

Alvin sudah semakin sekarat, dia menatap Shilla dalam.. tubuhnya mengejang “nggak.. kamu gak tau rasanya kayak apa Shill.. aku gak mau kamu menderita..”

Shilla menangis lagi “aku juga, aku gak mau ngheliat kamu menderita, ayo.. aku rela vin. Aku gak mau kehilangan kamu lagi.. jangan membuatku menangis lebih lama vin..” suaranya parau.. dia sudah tidak sanggup melihat Alvin seperti itu
“baiklah.. aku janji Shilla hanya untuk kali ini..” Shilla tersenyum dan menyeka air matanya “kemarilah...” Shilla mendekatkan wajahnya ke depan Alvin. Alvinpun berusaha untuk bangkit dari perbaringan. Jantung Shilla berpacu dengan cepat, seakan yang didepannya bukan Alvin melainkan seekor monster yang siap memangsanya... Lalu Shilla menyibakan rambut panjangnya yang terurai. Dan Alvin mulai menyentuh lehernya. Mentapnya seperti bayi didepan susu ibunya. Shilla menggigit bibir bawahnya, ketakutan diapun menutup mata. Dan dia mulai merasakan benda tajam menancap di lehernya. “argghhhh..” Shilla mengerang. Sakit luar biasa turut dia rasakan di sekujur tubuhnya dia meremas baju Alvin.. dan dia benar-benar ingin pergi saat itu juga. Namun perlahan rasa sakit itu pudar..  dan semakin menghilang. yang ada hanya sebuah kenikmatan.. dia benar-benar merasa rileks dan damai, lalu Alvin melepaskan gigitnnya dan itu juga sakit, kenikmatan dan kedamaianpun semakin meghilang dan pada akhirnya Shilla merasakan sekelilingnya seakan berputar dan Shilla rasa dia akan mati..

---
Shilla mengerjapkan matanya pelan, dia menatap kesekeliling. Dia sedang berbaring dikamarnya, sendiri. Tanpa Pricill maupun Ify. dan... apa tadi itu mimpi? Dia meraba lehernya dan luka gigitan itu masih ada. Sisa-sisa kesakitannyapun masih dia rasakan. Tapi bukankah tadi dia memakai baju hangat dan sekarang dia memakai baju tidur.. ini aneh, lalu kemana Alvin?

Dia lalu memutuskan untuk menanyakan hal ini pada kedua sahabatnya nanti disekolah. Namun saat dia melihat jam, ternyata waktu sudah menunjukan pukul 10 pagi, tentu saja ini sudah sangat terlambat.

“tan, semalem Ify sama Pricill nginep gak?” tante Lidya menatap Shilla aneh, kedua alis tebalnya menyatu.

“lho emang kamu gak tau? Bukannya semalam kalian ngobrol-ngobrol dikamar kamu, kamu gak ngerasa tidur sama mereka?” tante Lidya menyodorkn roti dengan selai cokelat pada Shilla. Dan dengan sigap Shilla mengambilnya.

“mm.. iya sih, yah mungkin aku lupa. Atau karena aku tidur paling cepet dan bangun paling lambat.... O iya tante aku pergi dulu ya..” Shilla langsung bergegas, dia hendak pergi kerumah Alvin. Dia ingin memastikan sesuatu yang mengganjal hatinya.

“mau kemana?” tante Lidya berteriak, namun Shilla tak menyahut sama sekali “hati-hati” dan pada akhirnya itu yang tante Lidya ucapkan pada Shilla. Shilla hanya melambaikan tangan dibalik jendela mobilnya.
---

Shilla mengetuk pintu rumah Alvin, rumah itu tampak sepi. Berkali-kali dia mengetuk pintu kayu tersebut namun tidak ada yang menyahut. Apa Alvin sekolah? Atau tadi itu mimpi dan Alvin belum ketemu? Tapi luka dilehernya...?? Shilla bertanya pada hatinya sendiri, hatinya mulai gelisah.

Saat dia hendak kembali, pintu itu terbuka. Seorang wanita paruh baya berdiri diambang pintu, dia menatap Shilla tajam. Dia Zevana, wanita yang diberi kepercayaan oleh Alvin untuk menjaga rumahnya. Shillapun tidak mengerti setiap ia bertemu pandang dengan wanita itu, dia selalu menatapnya tajam dan seakan penuh dendam. Entahlah, Shilla hanya bisa mencoba untuk mengabaikan tatapan wanita itu dan bersikap biasa.

“Alvin lagi keluar, tapi dia menyuruh kamu menunggu” Shilla mengangkat satu alisnya, jadi Alvin tau Shilla akan datang? Dan ya, seharusnya dia tau Alvin itu aneh dan kemarin dia mengakui kalo dirinya vampire..

Sudah hampir 20 menit Shilla menunggu, namun Alvin tidak kunjung datang, dia hanya ditemani rasa bosan dan Zeva.. ya ya Zeva.. wanita itu menghilang begitu saja.

Shilla menatap keluar jendela, dia melihat seekor burung gagak besar bertengger didahan pohon ek, burung itu seperti memperhatikan Shilla dan burung gagak itu tidak seperti burung gagak biasa. Tanpa Shilla sadari Alvin sudah ada diambang pintu dan burung itupun pergi.

“Alvin..” dengan refleks Shilla berdiri

“ada apa? Kamu liat apa?” Alvin mengikuti arah pandangan Shilla, dan tentu Alvin tidak menemukan apa-apa, karena gagak itu telah pergi.

“oh bukan apa-apa ko..” Shilla tersenyum

Shilla menatap Alvin, antara rasa ragu, takut dan penasaran. Dia ingin menanyakan perihal semalam tapi.. ya, Shilla menyadari dengan siapa dia berhadapan, sekarang dia tengah berhadapan dengan Vampire

“maaf semalam pasti sakit” Alvin menyodorkan softdrink pada Shilla, hanya satu softdrink, dan itu untuk Shilla.

“ya, rasanya aneh banget, haha.. dan apa? Kamu benar-benar vampire ya? Aku fikir semalam itu mimpi” dengan terburu-buru Shilla meneguk softdrinknya, dia gugup ya.. mungkin seharusnya dia tidak mengatakan itu barusan
Alvin menyandarkan punggungnya di sofa, dia hanya tersenyum masam menanggapi Shilla.

“jadi.. kamu berfikiran aku yang membunuh Dea? Iya kan?” Shilla menundukan kepala. Ya dia memang berfikiran demikian, Dea meninggal dengan luka robek dilehernya, dan dia di temukan tanpa sedikitpun darah ditubuhnya. Tentu saja hanya seorang vampire yang bisa melakukan hal itu. Menyedot darah hingga tidak tersisa..

“kamu berfikiran hanya aku vampire di kota ini?” Shilla mengangkat wajahnya dan menatap Alvin.

“apa kamu tidak pernah berfikiran kalau kakaku itu vampire juga?” Cakka? Shilla mengerutkan dahi, dan ya Shilla pernah berfikiran kalau dia memang bukan manusia.

“jadi.. Cakka..???”

“ya, dia yang membunuh Dea.. dia juga yang membunuh orang-orang kota lainnya. Dia itu pembunuh besar Shilla”

“dan kamu juga..” Shilla bangkit dari duduknya dan berjalan menuju jendela. Dia menerawang menatap langit “kamu juga membunuh gadis yang bernama  Sivia.. Siapa gadis itu Alvin? Kenapa kamu membunuhnya?”

Kening Alvin berkerut, dia langsung bangun dari duduknya dan menghampiri Shilla.

“kamu..”

“iya aku tau! Dan yang belum aku tau siapa Sivia itu dan kenapa kamu membunuhnya?”

Alvin diam, sebenarnya dia tidak ingin membuka lembar masa lalunya dan sekarang dia harus.. harus mengingat segala rasa yang membuatnya gila

“Sivia itu.....” Alvin menarik nafas panjang dan dia mulai memutar otaknya, dan kembali mengingat masa lalunya

***



yaaahhh bersambung lagi (y)
maaf ya ngaret, thanks for reading ({})

MIRAGE (akhirnya Alvin... : part 3)

Jantung Shilla berpacu dengan cepat, dia tentu tengah memikirkan keadaan Alvin, dia tengah kehausan, tengah kesakitan.. Alviiinn..

“aku lemah, dia selalu mengatakan aku yang lemah.. dia pembunuh!, tapi aku juga pembunuh.. aku membunuh Sivia, mungkin aku pantas mati.. ya, kenapa aku tidak mati saja?”

“nggaaakk!!” ucap Shilla memekik, dalam sekejap dia menghentikan semuanya. Kecuali derita yang Alvin rasakan.

“Shilla!!”jerit Pricilla dengan tajam pada saat yang bersamaan. Namun, kepala Ify terkulai kedepan dan kata-katanyapun terhenti. Ketakutan, Shillapun menyadari apa yang telah dilakukannya.

“Ify, lo gak papa? Lo bisa nemuin dia lagi kan Fy? Please jawab gue! Tadi gue gak maksud...”

Kepala Ify terangkat, kali ini matanya terbuka. Namun tidak tertuju kelilin maupun Shilla. Matanya memandang lurus kedepan tanpa ekspresi. Saat berbicara suaranya berbeda, tentu itu bukan suara Ify, jantung Shilla berdegup kencang. Dia pernah mendengar suara itu sebelum di kuburan.

“Shilla” suara itu berkata “jangan pergi kemanapun, jangan pergi keluar sana, jangan pergi ke jembatan. itu kematian.. kematianmu menunggu disana..” Lalu tubuh Ifypun terkulai lagi.

“Ify!” Shilla mengguncang tubuh Ify “Ify!!” Shilla hampir menjerit dan Ify tak kunjung terbangun “Ify!!!”

“erghhh.. apa? Aduh lepasin.. sakit tauk!” suara Ify terdengar lemah, tapi sepertinya dia baik-baik saja.

“lo gak papa?”

“ya, sepertinya.. tapi rasanya kok aneh banget yak” Ify mendongkak keatas, dan memijit-mijit keningnya “apa itu tadi Shilla? Soal pembunuhan itu?”

“lo inget soal itu?”

“iya gue inget semuanya, gue gak bisa lepas dari sana, rasanya terbelenggu dan buruk banget. Tapi apa artinya?”

“bukan berarti apa-apa” ucap Shilla “mungkin Alvin lagi berhalusinasi, itu aja” Shilla juga tidak mengerti, menurutnya Alvin tidak berhalusinasi, dia benar-benar membunuh gadis bernama Sivia itu. Tapi siapa gadis bernama Sivia itu? Ada hubungan apa dengan Alvin? Mengapa Alvin sampai membunuh gadis itu

Pricilla menyela “Alvin? Jadi menurut loe Ify benar-benar menjadi Alvin tadi?”

Shilla mengangguk, kepalanya terasa pening saat dia berpaling. “ya, gue rasa itu memang Alvin, itu pasti dia. Dan gue rasa Ify bahkan ngasih tau dimana Alvin berada, dibawah jembatan, didalam air” Shilla bergegas menuju lemari pakaiannya, dan mengambil tiga buah baju hangat, lalu dua dari tiga baju tersebut dilemparkan ke atas kasur.

“kita pergi sekarang?” mata Pricilla membesar, tangannya menggenggam baju hangat yang dilempar Shilla tadi. Shilla hanya mengangguk sambil memakai baju hangatnya.

“lo gila, ini uda malem.. lagian saljunya deres banget Shil” Shilla menatap Pricill tajam.

“Cill, Alvin sekarat! Gue gak bisa biarin dia kesakitan..” wajah Shilla memelas “ kalo lo gak mau ikut juga gak papa, gue bisa sendiri” lalu mata Shilla memancarkan amarah, dia menatap Pricilla sedemikian. Shilla juga melirik ke arah Ify yang masih terdiam dan tidak mengatakan apapun juga tidak melakukan apapun.

“Shill, tapi gimana sama omongan Ify tadi? Kematian lo Shill.. kematian lo nunggu diluar sana..” suara Pricill melemah, dia menatap Shilla kasihan.

“gue gak peduli!” Shilla lalu pergi.. Pricill menatap Ify yang sedari tadi diam. Ify hanya mengangkat bahunya.

“okelah.. kita turutin kemauan dia” mereka berdua lalu menguntit Shilla.

---
Dimobil, mereka tidak mengobrol banyak. Kini Pricilla dan Ify merasa sangat bersalah pada tante Lidya karena tidak bisa menjaga Shilla agar tidak keluar mencari Alvin. Malah mereka ikut serta mencari Alvin bersama Shilla. Ini sangat konyol.
Mobil Shilla berhenti di dekat sebuah jembatan, tadak jauh dari kuburan yang tadi siang dia kunjungi. Tanpa ragu, gadis itu langsung turun dari mobilnya dan langsung menuju tujuannya. Diikuti Pricilla dan Ify dibelakang Shilla.

Suasana dijembatan sangat mencekam. Jembatan itu sangat sepi dan tidak pernah dilalui orang lagi. Mungkin karena sudah tua dan tidak layak pakai. Jembatan itu menghubungkan kesebuah desa, namun desa itu hanya tinggal sejarah.. beberapa tahun lalu entah bagaimana desa itu porak poranda dan seluruh penghuninya menghilang..

Dengan penerangan sekedar lampu mobil, mereka tetap melanjutkan misi mencari Alvin.

“Alvin!!” Shilla berteriak ke air sungai, suara Shilla bergema. Salju turun tidak begitu deras hanya saja Angin berhembus begitu kencang hingga menembus baju hangat mereka bertiga. Pricilla dan Ify memeluk tubuhnya sendiri sangat erat. Tidak untuk Shilla dia berjalan kesamping jembatan.

Shilla menatap kedua sahabatnya, tidak ada sahutan sama sekali. Hanya sebuah tatapan kelelahan dan kedinginan yang menyelimuti mata-mata indah itu. Lalu tanpa basa-basi Shilla turun kebawah jembatan melalui sebuah tangga yang terbuat dari beton tepat disisi jembatan tua tersebut.

“Shill..” suara Pricill terdengar parau, matanya berkaca-kaca dia benar-benar mempercayai ramalan Ify tadi. Shilla menoleh, “gue ikut” ucap Pricilla.

Shilla hanya tersenyum “gak usah, lo berdua tunggu disini aja, gue gak lama kok”

“tapi Shil...” dua alis Shilla bertemu satu sama lain, dia menatap Pricill seakan berkata ‘ada apa lagi?’ ... “hati-hati ya..” Shilla mengangguk seraya tersenyum, kali ini dia terus menuruni tangga disamping jembatan untuk menggapai air sungai. Keadaan disana sangat licin oleh es yang mengerak, Shilla menuruninya dengan sangat hati-hati..

“Alvin!!... kamu denger aku gak?.. Alvin.. katakan sesuatu jika kamu ada dibawah sana.. viinnn..” sudah keseluruh pelosok jembatan mata Shilla memandang, namun sosok yang dia cari tidak ada disana. Dia menghembuskan nafas kecewa. “mungkin bukan dijembatan ini” dia berbalik menaiki tangga.

Sedangkan Pricill sedang gelisah menunggu kembalinya Shilla. Ify tak mengatakan apapun sedari tadi. Dia hanya diam dengan tatapan kosong.

“Pricilla..” suara itu, Pricilla tentu mengenali suara itu suara lain yang keluar dari mulut Ify, suara yang mengatakan bahwa kematian Shilla menanti dijembatan “sesuatu yang buruk itu akan tiba..” Pricilla mengerutkan keningnya “sesuatu yang buruk itu akan menimpamu” Pricill semaklin tidak mengerti, perasaannya mulai kacau, dia takut, dia takut hal buruk itu benar-benar akan terjadi. Dia benar-benar mempercayai ramalan.

Shilla muncul bersamaan dengan pingsannya Ify “Ify!!” Shilla langsung berlari kearahnya, Pricilla hanya diam. “Cill ada apa?” Pricilla hanya diam, menatap Ify dengan ketakutan. Bibirnya kaku tak bisa mengucap apapun.

“Shill, gue takut..” Pricilla masih diam mematung suaranya bergetar, entah karena takut atau karena kedinginan.

“tadi.. suara itu balik lagi..”

Shilla mengangkat satu alisnya “suara apa?”

“suara yang ngomong kalo kematian lo menanti di jembatan..” .... “suara itu bilang sesuatu yang buruk akan menimpa gue Shil, gue takut” mata Pricilla melirik kesegala penjuru, memastikan bahwa tidak ada monster atau sejenisnya yang sedang mengawasi dia disana.

“lo percaya?”

Pricilla diam, dan diam itu tentu berarti YA!!

Shilla tertawa, suaranya memekik.. terdengar menyeramkan ditelinga Pricilla dia lalu menutup telinganya dan matanya rapat “lo percaya? Mana?.. katanya kematian gue menanti? Gak ada kan? Dan lo percaya sama suara itu sekarang? Ckck Pricill, Pricill itu cuma sugesti, kalo lo percaya, hal itu bisa aja terjadi, mau lo?” Pricill menggeleng, namun bagaimanapun dia mempercayai ramalan sejak Dea diramalkan meninggal dan Dea benar-benar meninggal. Dan sekarang dia harus menerima ramalan yang buruk.

---
Lagi-lagi Shilla gagal menemukan Alvin, dia semakin gelisah. Sedangkan Ify belum sadarkan diri sedari tadi dan Pricilla masih terlihat ketakutan. Tiba-tiba di tengah jalan terparkir sebuah mobil dengan keadaan lampu menyala. Dan menghasilkan sebuah bayangan seluit hitam berbentuk sesosok manusia atau ...

“siapa itu Shil?” Pricill terlihat semakin ketakutan, dia meringkukan badannya diatas jok mobil. Sedangkan Ify belum sadar dan terlihat mulai membeku karena udara begitu dingin.

Shilla tidak menyahut, jantungnya berpacu dengan keras.. apa itu Cakka? Hatinya tambah gelisah. Seluit itu lalu berjalan menghampiri mobil Shilla. Shilla diam, tak tergerak untuk menghindar atau apapun itu. Sosok itu semakin terlihat jelas diterpa cahaya mobil Shilla.. sosok itu laki-laki, dan Shilla semakin mengenali sosok itu dia ...

“Gabriel?!” huh.. baru saja Shilla ingin mencabik-cabik lelaki itu kalau memang dia Cakka, dan ternyata dia Gabriel, teman satu sekolah Shilla yang sangat perhatian padanya.

“lo ngapain? Bikin jantungan tau gak!?” Gabriel tersenyum, Pricilla yang duduk di jok belakangpun terlihat lebih rileks.

“tentu nguntit kalian.. lo pikir gue bakal ngebiarin cewek-cewek kayak kalian, keluar malem-malem gini tanpa pengawasan. Hmm no no no ...” Shilla mengangkat alis kirinya lebih tinggi dari alis kanan. ‘Tentu dengan perintah tante Lidya’, Shilla bergumam sendiri.

“kalian ngapain malem-malem gini ke jembatan itu”

“kita nyariin Alvin, menurut petunjuk dia ada di suatu tempat yang gelap dan dingin, nggak pernah mendapat sinar matahari dan dia berada di genangan air sampai ke leher. Dan pastinya tempat itu tersembunyi banget. Lo tau tempat itu dimana?”

Gabriel diam sejenak, dia mengerutkan alis dan terlihat sedang berfikir keras “menurut gue sih di sumur ya, mungkin sumur tua yang gak satu orangpun mau ngambil air disana...” lalu dia terlihat berfikir lagi “gue tau.. ayo ikut gue”

Gabriel dan Shilla meninggalkan mobil mereka, juga Ify dan Pricilla. Ify belum sadar dan Pricilla terlihat sangat kelelahan. Mereka berjalan melewati jembatan tua yang tadi Shilla datangi dan menuju mantan pemukiman yang sudah tinggal sejarah.

Gabriel dan Shilla berjalan dengan saling berpegangan tangan karena suasana disana begitu gelap. Tidak ada cahaya yang menerangi langkah mereka, hanya cahaya bulan yang terlihat sangat samar.. binatang-binatang malam saling bersahutan, membuat malam semakin mencekam.

Mereka berhenti disebuah sumur tua, sumur itu ditutup oleh kayu yang sudah berlumut, dan diatasnya terdapat dua batu besar yang berguna penyangga kayu agar tidak goyah dari posisinya. Gabriel dan Shilla lalu menyingkirkan batu tersebut dan mulai membuka penutup sumur. Perasaan Shilla mulai tidak tentu, dia harap dia bisa menemukan Alvin disini.. bisa segera memeluk tubuhnya, dia sudah lelah mencari kekasihnya itu.

“Alviinn!!” Shilla berteriak kedalam sumur “Alvin.. ini aku Shilla..”

“Shilla?” suara dari dalam sumur menyahut

Shilla hampir melonjak dari posisinya, dia sangat senang mendengar suara itu lagi.. “iya Vin ini Shilla, kamu baik-baik aja kan?”

“ya, tapi gimana kamu ..”

“kamu sabar ya, aku pasti akan ngeluarin kamu dari sana” tanpa menanggapi pertanyaan Alvin, Shilla langsung melemparkan seutas tali yang sudah dia persiapkan. “kamu tangkep talinya ya..”

“ya..” suara Alvin terdengar begitu lemah dan pasrah

Dengan sekuat tenaga Shilla dan Gabriel mengangkat tubuh Alvin.

“Vin lo baik-baik aja kan?”

“ya.. suara siapa disana?”

“Gabriel..”

Dan akhirnya tubuh Alvin berhasil dikeluarkan dari sumur, keadaan Alvin sungguh mengenaskan, dia sudah seperti mayat hidup. Kulitnya sangat pucat dan dingin, bibirnya biru, seluruh tubuhnya basah kuyup, dan banyak luka lebam di sekujur tubuhnya. Dia ambruk dilangkahnya yang pertama, tentu Shilla dan Gabriel harus menggendongnya sampai ke mobil, tidak sedikit pula luka yang didapat Shilla dan Gabriel. Tangan mereka lecet, karena menarik tali tadi..

Shilla langsung membawa Alvin ke rumahnya. Rumah Alvin sangat jauh dari keramaian. Jadi kedatangannya tidak akan menghebohkan masyarakat. Jam sudah menunjukan pukul 2 pagi sejauh ini usaha Shilla tidak sia-sia. Alvin digotong Gabriel menuju kamarnya lalu dia meletakannya di atas kasur. Kamar Alvin sangat berantakan, pecahan kaca berserakan dimana-mana. Kenapa Zeva penjaga rumah Alvin tidak membereskannya? Dan dimana dia sekarang?

Ify sudah sadar dan Pricilla sudah agak tenang.

“huftt.. akhirnya Alvin ketemu juga” Pricilla berdiri disamping Ify

“tapi, gimana dia bisa bertahan? Manusia biasa tentu gak bisa bertahan di sumur dalam kurun waktu seharian atau bahkan 2 jam saja” Ify menanggapi, dia mengerutkan kening, menandakan bahwa dia sedang berfikir keras.

“jadi lo pengen Alvin mati?” Shilla menatap Ify tajam

“nggaak, tapi ya aneh aja.. ya kecuali dia bukan manusia sih ya?” Shilla tidak memperdulikan ucapan Ify barusan, pandangan Shilla beralih ke Alvin, bajunya yang basah harus segera diganti. Dan dia meminta tolong pada Gabriel agar mengganti pakaian Alvin.

“dia sekarat, kenapa kita gak manggil dokter?”

“Alvin phobia dokter, atau segala jenis yang berhubungan dengan medis”

“aneh banget cowok lo” Shilla hanya mengangkat bahu, dia juga sebenarnya tidak tega melihat Alvin seperi itu tapi ya bagaimana dia tidak ingin Alvin marah kalau Shilla memanggil dokter untuk memeriksa keadaannya.

Gabriel keluar dari kamar Alvin..

“dia siuman, dan pengen ngomong berdua sama lo..” Pricilla dan Ify saling bertatapan sambil tersenyum “dan gak ada yang boleh nguping.. kita tunggu di mobil aja” Gabriel menyeret Pricilla sekaligus Ify..

“Iel apa-apaan sih...” dan mereka berdua sudah hampir menuruni tangga terakhir.

Shilla memasuki kamar Alvin. Alvin menyambut Shilla dengan seulas senyuman. Shilla lalu duduk ditepi tempat tidur Alvin.

“Shilla..” suara Alvin bergetar dan pelan “aku ingin memberi tahumu sebuah rahasia besar.... Aku tidak bisa menyembunyikan rahasia ini lebih lama dari kamu, aku harap nanti kamu bisa menerima semua kenyataan ini. aku tidak mau membohongi kamu...aku sangat menyayangi kamu.. walau nantinya kamu akan ninggalin aku, aku siap. aku tidak ingin kebohongan ini tersimpan lebih lama” Shilla tersenyum, lalu gadis itu meraih tangan Alvin dan menggenggamnya erat.

“aku akan menerimanya .. apapun itu aku akan tetap mencintai kamu ..."
***




apaya rahasianya?
next part akan terungkap :)

MIRAGE (kuburan yang sunyi : part 1)

“Cakka...!!!” Shilla berdiri ditengah kuburan yang sepi, tangannya mengepal dan matanya menatap kesemua penjuru. Angin menderu kencang mengibarkan rambut gadis itu yang panjang dan berkali-kali menyambuk wajahnya.. pohon-pohon bergerak dengan hebohnya.. daun-daun kering berjatuhan ketanah dengan cepatnya.


Tidak ada jawaban dari manusia manapun.. disini sangat sepi dan hening. Mungkin dia salah mencari Cakka kesini, hanya ada angin yang menderu dan pohon-pohon kering yang sedang bercengkrama. “Cakka keluar lo!! Brengsek..” lagi-lagi dia rasa percuma berteriak sekuat apapun. Cakka tidak disini.


Shilla merasakan amarah dan frustasi yang teramat sangat, dadanya terasa sesak dan tenggorokannya mulai terasa menggelegak. Tubuhnyapun terkulai lemas. Cakka benar-benar tidak ada disini.


Dia memutar badannya, Lalu nafasnya tercekat.


Cakka berada begitu dekat dibelakangnya, sampai-sampai saat Shilla memutar badannya pakaiannya mampu menyapu tubuh Cakka. Seharusnya Shilla bisa merasakan kehadiran manusia lainnya dengan jarak sedekat itu, bisa merasakan kehangatan dan hembusan nafasnya. Namun entahlah, apakah Cakka itu manusia atau bukan.


Cakka mengenakan celana jeans hitam, sepatu hitam bertali, kaos hitam, dibalut dengan jaket kulit yang berwarna hitam. Pesis seperti Cakka yang baru ditemui Shilla waktu pertama kali.


Shilla mundur beberapa langkah. Dia mengepalkan tangannya dan menatap tajam kearah Cakka “dimana Alvin?”


Alvin adalah kekasih Shilla, dia menghilang sejak sehari yang lalu  saat berbagai kasus pembunuhan dikotanya merajalela. Dan tepat saat Dea terbunuh.


Cakka hanya tersenyum. Lalu angin berhenti bergemuruh dan pohon-pohon menjadi diam “gue gak tau”. Suasana begitu hening seakan hanya ada dia dan Cakka tidak ada suara lain selain suara mereka berdua.


 Shilla semakin geram, giginya bergemeretak menahan segala amarah pada dirinya. “lo tau! Lo yang nyulik Alvin lo juga uda ngebunuh Dea kemarin, hah?”


 senyuman Cakka terhenti, namun senyuman licik itu masih terlihat jelas dimatanya yang berwarna hitam. Shilla memang harus mengakui Cakka mempunyai pesona yang kuat, tampan adalah kata yang terlalu datar untuk mencerminkan seorang Cakka.


“gue gak ngebunuh Dea, mungkin Alvin. Bukannya saat kejadian dia ada disana? Dan sekarang dia menghilang”


“itu lo yang lakuin! Lo yang ngebunuh Dea, lo juga nyulik Alvin” Shilla sedikit berteriak “awas ya lo, jangan sakiti Alvin!”


Cakka tersenyum sekejap


“Siapa takut, memangnya lo bisa apa?”


Shilla terdiam untuk beberapa saat. “gue gak tau..” Shilla berbisik “tapi gue pasti bisa ngelakuin sesuatu”


Cakka tertawa, jantung Shilla tersentak dan mulai berdebar kencang. Ya Tuhan dia begitu Indah, sangat sulit untuk menjabarkan keindahannya. Dia itu lebih dari tampan.


 “gue percaya kok, dan apa menurut lo gue nyulik adik gue sendiri?”


Shilla mengerutkan dahi, pertanyaan ini begitu aneh ditelinganya. “lo gila? Lo sama Alvin itu musuh. Saudara? Gue kira lo uda gak nganggep Alvin sebagai saudara lo lagi”


Cakka mengalihkan pandangannya kearah nisan-nisan yang berjejer rapi disekitarnya. Lalu dia menatap Shilla kembali “lo berfikiran gue? Bukannya Alvin ya? Alvin yang mulai duluan”


Shilla diam, dia tidak tau apa yang dikatakannya tadi. Juga tidak mengerti ucapan Cakka barusan. Tidak mengerti ucapannya sendiri. Cakka dan Alvin adalah laki-laki yang aneh, mereka saudara tapi mereka bermusuhan entah karena apa.


Cakka berbalik badan dan mengulurkan tangannya pada Shilla. Shilla ingin menepisnya tapi Shilla tidak mau menyentuh lelaki itu lagi. Dia sudah muak pada Cakka. Bagaimanapun dia telah memisahkannya dengan lelaki yang dia cintai.


“ayolah Shill, lo terlalu baik buat ade gue”


“dan menurut lo, lo itu baik buat gue?”


Cakka memutar badannya lagi, dan menatap Shilla lekat. Mereka saling berhadap-hadapan dan jaraknya sungguh dekat, hanya beberapa senti saja. Shilla bisa merasakan hembusan nafas Cakka dengan jelas. Hembusan nafasnya terasa dingin. Ini sungguh aneh.


“gue gak ngomong gitu, tapi yaaaa mungkin begitu” Cakka tersenyum


Dengan jarak sedekat ini... Shilla tidak bisa atau tidak mau menepisnya. Matanya menatap lurus kearah mata Cakka. Dia sungguh indah, Ya Tuhaaann dia ingin waktu berhenti untuk kali ini saja.


Tatapan Cakka tiba-tiba terpaku pada sebuah cicin perak berlapis permata biru yang melingkar dijari manis Shilla, Cakka mundur beberapa langkah “Alvin itu bodoh, dia fikir lo kayak Sivia yang mudah dibodoh-bodohi.. gue tau lo cewek yang cerdas dan baik. Lo gak pantes buat Alvin! Lo bisa pergi dari dia sekarang juga.”


Shilla mengerutkan keningnya “Sivia?” nama itu sepertinya sudah tidak asing lagi ditelinga Shilla, Alvin suka salah menyebutkan nama, dan malah memanggilnya Sivia. Siapa gadis bernama Sivia itu?


“Alvin tentu belum menceritakannya.. dia sungguh naif” Cakka tersenyum licik


Tiba-tiba Shilla merasa tambah marah pada Cakka, mungkin karena dia telah menjelek-jelekan kekasihnya atau karena dia percaya dan tidak ingin mendengar tentang Alvin lagi. “stop! Gue percaya Alvin, dan gue gak percaya sama lo!”


“okelah.. ternyata yang gue omongin barusan itu salah” Shilla tersenyum puas, sedangkan Cakka belum selesai berbicara “lo sama bodohnya sama Sivia!”Cakka berbicara seakan tidak ada beban, matanya yang tajam tidak tergerak untuk mengalihkan pandangannya dari wajah Shilla.


Dan saat itu juga, tangan Shilla mendarat tepat dipipi kiri Cakka, entahlah dia juga tidak pernah berfikiran kalau dia akan menampar Cakka. Tangan Shilla terasa sakit, Cakkapun pasti bisa merasakan seberapa keras dan kuatnya tamparan Shilla, sampai-sampai wajahnya berubah posisi menghadap kesamping kanan. Cakka memutar kepalanya menghadap Shilla. Dia menatapnya lekat lebih dari yang tadi, matanya mulai terlihat licik.


“okelah, terserah lo aja. Oh iya, lo nyari Alvin kan? Gue uda bunuh dia semalam. Jadi gak usah repot-repot nyariin dia” Shilla terbelalalak, ini sulit dipercaya, namun Shilla tau Cakka tidak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi dia ingin meyakinkan dirinya bahwa Cakka sedang bercanda.


Shilla tiba-tiba ambruk, kakinya lemas. Tapi dia masih tersadar. Dia menangis sesegukan dan menatap cincin pemberian Alvin dijari manisnya. “Alvin” dia berkata lirih lalu menciumi cincin itu.


“lo bohooooong!!” Shilla berteriak, namun percuma Cakka sudah menghilang entah kemana. Dia menghilang begitu cepat. Dia memang aneh.


 Angin kembali bergemuruh. Namun suasana lebih hening dari tadi, suasana semakin mencekam dan semuanya seakan tidak peduli pada Shilla yang tengah didera kesedihan yang teramat dalam.


Dimana Alvin sesungguhnya?
Sudah matikah dia?
***








temukan jawabannya di part selanjutnya ..

Kamis, 18 Agustus 2011

AKHIRNYA KAU MENGECEWAKANKU


Kadang sahabat adalah seseorang yang menyebalkan. Kadang juga sangat berarti. Aku gak tau apa aku punya sahabat atau nggak. atau temen-temenku, tanpa aku sadari adalah sahabatku. Benarkah begitu? Atau Alvinkah? Temenku dari kecil yang selalu ada buat aku? Apa dia sahabatku? Tapi dia itu nyebelin, pembuat onar, tukang rusuh, jail, pokoknya dia tuh nggak banget... NGGAK BANGET!!
***
“hei ngelamun aja lu, ngelamunin gue ya?”aku menyipitkan kedua bola mataku dan menatapnya sangar
“ngapain gue ngelamunin lo, kayak gak ada kerjaan lain aja” aku kembali menatap kedepan, menerawang jauh kearah langit yang biru.
“haha, maca ciiiihh :D” Alvin mencubit pipiku dan kabur, tentu saja aku kejar
“ALVIIIIINNN!!”
Nah tuh kan, dibilangin juga apa? Dia itu nyebelin, narsis gilaaaa... PD-nya selangit -_-
***
“Areeeennn!!!” Suara Alvin uda menggema ke seluruh komplek, aku harus cepat-cepat menemuinya. Takutnya nanti gempa mendadak lagi
“ih, lo ya kebiasaan, gue pan gak budeg”
“haha.. tapi kan lo lelet, kalo gak ditreakin bisa-bisa lo dandan 2 jam lagi”
“gue gak dandan!”
“lo dandan, tuh buktinya bedak lo blepotan”
“iihh gue gak pake bedaaaaaakkk!!”
Akhirnya aku mengejar dia, soalnya dia nyebelin sih.. emang aku gak pake bedak kok, dianya aja yang mau becanda –_-
Alvin emang kayak gitu, maklum aja ya?
***
“kenapa lo berdua?”
tarik nafasss, rileks!
“tadi kita dikejar anjing” jawabku akhirnya
“iya nih, gara-gara si Aren lari-lari. Jadi anjingnya ikut ngejar” kok aku sih?
“kok gue? Lo tuh.. ngapain coba ngatain gue segala?”
Alvin manyun, entah karena alasan apa
“itu kan fakta” eh ini anak nyebelin banget sih, ngajak berantem kali yak? -_-
“ihhh, ALVIIINN!!”
Lagi-lagi dia kabur, dan tentu saja aku kejar, sampe ujung duniapun akan aku kejar. Awas ya! >,<
***
Tapi gak selamanya Alvin nyebelin lho, kadang dia malah dewasa banget. Tu anak emeng punya kepribadian ganda kali yak? Aku gak ngerti deh ..
“Alviiiinnn L” aku begitu saja nyelonos kekamarnya. Aku dan Alvin emang uda deket banget, uda kayak sodara. Jadi kalo apa-apa kita gak sungkan
“kenapa lo?” tuh kan expresinya beda banget, gak ada tatapan jail atau usil
“bonyok gue berantem lagi L” yah, setidaknya kalian harus tau, aku korban dari broken home, mama-papaku berantem terus tiap hari.. dan kalo uda kayak gini aku bakal pergi dari rumah. Entah kerumah Alvin, ke taman, ke mall, atau kemanapun asal jangan dirumahku
Alvin diam, mungkin dia takut kata-katanya nanti akan menyinggungku. Dia menghampiriku yang masih diambang pintu. Dia merangkulku dan aku hanya diam. Aku tau yang dia lakukan ini lebih dari apa yang aku mau. Alvin memang selalu tau apa yang aku mau. Dia memang sahabat sejatiku. Selalu ada untuku kapan saja. Kapan saja aku butuh, kapan saja aku ingin bersamanya, kapan saja, ya kapan saja..
“uda lo, gak usah sedih. Mending main PS” akhirnya memeng selalu gitu. Kalo uda kelamaan diem, pasti deh dia ngajak main PS -,-
***
Punya sahabat cowok kayak Alvin emang enak. Tapi gak semua pembicaraan aku omongin ke Alvin dong.. kalo masalah cewek aku sering curhat ke Sivia. Dia temen cewekku yang termanis, juga terbaik. Dia juga sering curhat sama aku. Tapi masa ya dia suka sama Alvin? Sivia kan cantik -_-
“Alvin!” aku berteriak dari pintu gerbang
“masuk!” nah hari ini aku kerumah Alvin gak sendiri, aku ditemenin sama Sivia. Awalnya dia gak mau, tapi aku paksa. Orang katanya suka kok gak berani PDKT
“eh, ada Sivia juga” Alvin tersenyum ramah, aku fikir dia juga suka sama Sivia. Gampang deh bikin mereka jadian.
Sivia tersipu, pipinya yang tembem berubah warna jadi merah merona. Ihh gemes deh, pengen nyubit -_-
Alvin menyilahkan masuk, dia emang tuan rumah yang baik..
“mau minum apa?” hih, tuh kan.. biasanya kalo aku kesini gak ditawarin minum -_-
“biar gue aja vin, lo temenin via ya?” aku segera menuju dapur, aku harap mereka bisa ngobrol dan sivia gak salting. Dan ternyata, mereka malah diem-dieman. Bah.... kok gini -_-
***
“vin, lo gak romantis ah” Alvin menatapku heran
“romantis apanya?” eh, aku belum bilang yak?
“sivia suka sama lo dodol” akhirnya aku membongkar rahasia Sivia. Sumpah deh, gondok banget ngeliat si Alvin yang dari tadi nyuekin Sivia
“trus? Gue emang ganteng kok, wajar kalo cewek-cewek suka sama gue”
-_____-!
***
“Ren, Alvin sebenernya suka nggak sih sama gue?” eh?
“gatau, tapi kata gue sihh ....”
“nggak ya L” iya kali -_-
“eh bukan, malah menurut gue dia suka sama lo” tuh kan aku bohong
“nggaaakk buktinya dia nyuekin gue kemaren”
“dia jaim kalii viii ..” kali yak
Dari jawaban Alvin kemarin, bisa dipastikan Alvin gak suka Sivia. Nah lho, sukanya sama siapa? Dia jarang deket sama cewek, deketnya sama aku terus, dari kecil dia gak pernah cerita kalo dia punya pacar. Tapi dia bukan gay kok, tapi temen-temen ngatain dia gay, karena gak punya cewek ampe sekarang -_-
Kalo aku sih ya, pernah punya pacar, eh ternyata dia bejat. Masa ya, dia mau nyosor-nyosor gitu, waktu itu kan aku masih smp gak pantes banget. Dan super heroku tentu saja datang dan menolongku tepat waktu u,u .. super heronya Alvin lho -_- dia langsung nonjok tuh cowok bejat. Emang sih aku pernah dibilangin Alvin kalo cowok itu gak baik, tapi akunya gak nurut.. jadi gini deh ...
Yah itu masa lalu, saat ini aku gak mau menghabiskan waktu dengan orang lain yang gak jelas, cukup dengan sahabatku saja. Aku menyayanginya lebih dari apapun. Tapi gak lebih dari Tuhan sama orang tuaku ya.
***
“ren, kenapa sih lu ngotot banget ngejodohin gue sama Sivia?”
“ya karena Sivia baik, cantik, pokoknya cocok sama lo”
“trus?”
“trus apa? Gue tuh kasian sama lo, lo dikatain terus sama temen-temen. Gue tau lo tuh gak gay”
“gue gak peduli ren gue mau dikatain apa sama temen-temen. Gue gak suka lo ngelakuin ini!”
“kenapa?”
“karena gue gak suka sama Sivia”
“trus lo sukanya sama siapa? Biar gue yang ngomong sama cewek itu”
“lo gak perlu tau!”
“gue berhak tau, gue sahabat lo!”
Nafasku ngos-ngosan, gak biasanya Alvin marah-marah kayak gini. Hanya karena cewek! Kenapa sih dia gak bilang sama aku siapa cewek itu!? >,<
“arrghhh udah lah, jangan ngomongin soal cewek!”
***
Sejak saat itu Alvin gak mau ketemu aku, kenapa? ini Cuma masalah spele kok.. kenapa dia bisa semarah ini dan gak mau ngomong sama aku akhir-akhir ini? apa aku terlalu memaksanya? Nggak ah, aku biasa aja kok, dianya aja yang sensi -,-
Hari-hariku kini terasa membosankan tanpa Alvin. Dia memang nyebelin, tapi bagaimanapun dialah yang senantiasa memberi warna dihari-hariku. Aku harus bicara pada Alvin!
***
Aku memesuki rumahnya dengan mengendap-endap. Aku intip kamarnya
“woy, ngapain lo disitu?” eh.. aduh hampir aja aku jatuh tengkurep -,-
“hheehee..” aku cengengesan
“kangen sama gue yak?” idihhh narsisnya keluar
“ha.. lo tuh ya. Bikin gue panik, gue kira lo udah sekarat pengen ketemu gue”
“ihh, sorry ya. Gue gak kangen tuh sama lo” APA? Nyelekit sumpah! “gue kan udah punya cewek” segitunya ya? L
“ihh, jahat lo kok gak cerita?”
“buat apa?” Alviiiiiinnnn :”((((
“gue sahabat lo vin” jangan nangis! Pleaseeee..
“ini kan yang lo mau?” gak gini... 
“lo jahaaatttt!”
“Aren!” Alvin mengejarku, tapi aku gak peduli
aku berlari meninggalkan rumah Alvin, aku benar-benar kecewa, bukan ini yang aku maksud, bukan ini yang aku mau. Aku cuman pengen Alvin punya cewek, biar dia gak dikatain, dia gak seharusnya lupain aku. Ngga seharusnya!!
***
Kepalaku terasa sakit, sekelilingku seakan berputar. Dimana aku?
“Aren kamu udah sadar?” aku lihat samar-samar wajah mama dan papa, matanya terlihat berkabut
“aku dimana?” aku masih linglung, aku gak tau apa yang terjadi pada diriku
“dirumah sakit sayang, susteeerrr!!” papa menjawab sembari memenggil seorang suster
***
Aku masih tidak menyadari, apa yang terjadi hingga bisa-bisanya aku terkapar tak berdaya di dalam rumah sakit. Yang aku ingat hanya kejadian di rumah Alvin. Lantas kemana perginya mahluk itu, aku belum melihat batang hidungnya sedari tadi. Aku menginginkannya hadir disini..
“Alvin mana ma? Dia gak jenguk aku?” mama tersenyum simpul.
“tadi seharian dia jagain kamu. Tapi uda mama suruh pulang, kasian kayaknya dia capek banget”
Benarkah? Atau jangan-jangan mama berbohong karena gak mau liat aku sedih?
Alviiiinn :(
***
Sudah 3 hari aku dirawat inap di rumah sakit, tapi aku gak perah mendapati Alvin menjengukku sama sekali. Namun mama bilang, Alvin selalu ngejenguk aku, setiap aku tidur dia datang dan nemenin aku. Kenapa? ini aneh banget, ada apa sama Alvin?
“ma, aku pengen ketemu Alvin” lagi-lagi mama hanya tersenyum
“iya sayang, tapi Alvin mau ketemu kamu kalo kamu uda sembuh total”
“kenapa?”
“mama juga gak tau sayang. Makanya Aren cepet sembuh ya sayang biar bisa ketemu Alvin”
Alvin jahat banget sih, segitunya sama aku irhh, aneh banget -,-
***
Dan, aku sudah cukup sehat, walaupun perban masih melilit dikepalaku. Aku sudah ok kok, aku pengen cepet-cepet ketemu Alvin dan memarahinya.. soalnya dia jahat banget sih -,- masa aku sakit gak ditengok!
“Alvinnya mana ma? Aku udah sembuh nih”
“nanti ya sayang, biar tante yang anterin kamu nemuin Alvin” aku menatap tante Amanda heran, tentu saja dia itu mamanya Alvin dan Alvin gak lagi disini. Dia kemana sihh?
“tante, Alvin marah sama aku ya?”
“nggak sayang, Alvin sayang banget sama kamu, malah waktu kecil dia pernah bilang dia mau nikahin kamu” ha? Serius ini.. tapi kok mimik tante Amanda gitu banget..
“eh, tante bisa aja” aku sedikit tersipu sih, masa ya Alvin mau nikahin aku? Ih geli ah ngebayanginnya :P
***
“sebelum ketemu Alvin, kamu mau kan nemenin tante dulu?” aku mengangguk, apapun.. asal aku bisa ketemu Alvin
Tante Amanda memarkirkan mobilnya ditepi jalan. TPU?
Hatiku mulai bertanya-tanya, perasaabku mulai tidak enak. Tapi aku sih positive thinking aja ya..
Hush.. hushhh... pikiran Aren jelek!
***
Tante Amanda, dan mama menghentikan langkahnya di depan kuburan baru yang masih basah. Akupun begitu. Perlahan aku baca tulisan yang terukir di atas nisan
ALVIN JONATHAN SINDUNATA
Deg! Jantungku seakan berhenti berdetak! Tubuhku lemas ..
Ini gak mungkin! Gak mungkiiiiinnnn!!!
“Alviiiiiiiinnnnnn!!!!” aku terlarut dalam tangis, ada apa? Bagaimana? Kenapaaa??? Ini tidak dapat dipercaya, lebih baik aku dijauhi Alvin daripada aku kehilangannya. Ini benar-benar menyakitkan!
Hatiku berkecamuk, ini benar-benar tidak adil! Apa aku orang terakhir yang mengetahui Alvin meninggal.. tapi kenapa? kok bisa? Ada apa???
Sahabatku... Jawab akuuu!!!
“Aren, kamu yang sabar ya”
“Alvin dan kamu mengalami kecelakaan, kamu hampir ketabrak mobil. Dan Alvin menarik kamu ketepi jalan.. tapi akhirnya dia yang tertabrak”
tante Amanda masih bisa tersenyum, begitukah mama yang baik? Apa aku harus tersenyum juga agar dunia tau kalo aku sahabat yang baik??
“Alvin sayang kamu Aren, dia mencintai kamu.. dia tidak pernah mencintai perempuan lain kecuali kamu, dia berbohong tentang pacarnya itu.. dia gak mau ngeliat kamu kecewa..”
Aku tau, Alvin menyayangiku. Tapi mencintai? Aku gak kepikiran.. dia gak pernah ngedeketin cewek karena cewek yang dia suka hanya aku? Alvin, kenapa lo gak bilang
Dan akhirnya Alvin mengecewakanku. Dia pergi dan takan pernah kembali lagi :(

###
 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template