Sabtu, 03 September 2011

MIRAGE (dia pembunuhnya : part 6)

Salju kini lebih deras dari kemarin, dan ya hal itu membuat Shilla harus menggunakan baju hangat yang sangat tebal. Dia begitu saja meninggalkan rumahnya menuju mobil Alvin.

“maaf ya lama” Alvin hanya tersenyum, lelaki itu tidak berbicara saat bersama Shilla.

Setelah sampai disekolah, Alvin hanya diam di dalam mobilnya. Dia bahkan tidak membukakan pintu mobil untuk Shilla seperti biasanya. ‘ada apa?’

“kamu...” kalimat Shilla begitu saja terpotong oleh ucapan Alvin

“aku ada urusan dulu, kamu duluan aja yah” Shilla memandangnya aneh, hari ini Alvin sangat berbeda

“oke, hati-hati ya Vin” Shilla melambaikan tanggannya hingga mobil Alvin benar-benar menghilang

---
Hampir semua orang yang bertemu Shilla hari ini tampak aneh, bisanya anak-anak satu sekolahnya tersenyum ramah dan menyapa jika bertemu. Namun sekarang mereka malah saling mengalihkan pandangan saat Shilla memergoki mereka yang sedang menatap Shilla dengan tatapan sinis.

“ada apa? kenapa rasanya semua orang ngeliat gue kayak gitu?” Shilla meletakan tasnya begitu saja diatas meja, Ify menatapnya penuh belas kasih

“lo belum tau?” kening Shilla berkerut, Ify dan Peicilla saling berpandangan.

“tau apa? apa yang gue gak tau?”

“semua anak-anak udah kemakan omongannya si Febby, mereka fikir Alvin pembunuh, atau kalo gak lo yang pembunuh, atau lo berdua pembunuh” Ify menjelaskan. Shilla terdiam.

“atau ya.. reputasi lo ancur karena lo pacaran  sama pembunuh”

Shilla melotot, biji matanya hampir keluar semua. Dia menatap Pricilla dengan tajam “jadi menurut lo Alvin pembunuh gitu?”

“trus menurut lo siapa yang ngebunuh Dea? Lo tau, tapi gak pernah cerita sama kita”

Tiba-tiba dada Shilla terasa sesak, entah kenapa kata-kata Pricill berhasil menusuknya. Pricilla heran dengan Shilla yang terlihat begitu sulit bernafas.

“Shill lo kenapa?” Pricilla dan Ify mulai panik

“eeu.. gu..ee gapapa. Okeh okeh.. hh..” dia menarik nafas mencoba merilekskan saluran pernafasannya.

“yang ngbunuh Dea itu ...” Shilla tidak melanjutkan kata-katanya, dia teringat ucapan Cakka bahwa bukan dia yang membunuh Dea tapi Alvin.. dan Shilla menjdi tidak yakin apa yang harus dia katakan.

“gue.. gue gak tau” Shilla menaruh tangannya diatas meja, dia merundukan kepala “yah mungkin memang Alvin”

“ada apa Shilla? Kenapa lo kayak gini sih? Lo ada masalah?”

“kenapa? gue gapapa” Shilla mengangkat wajahnya, dan mencoba menggoreskan senyum dibibirnya.

“apa menurut kalian Alvin yang ngebunuh Dea?”

“iya, dia juga hampir ngebunuh lo kan?” Shilla dan Ify menatap Pricilla secara bersamaan.

“gausah ngeliatin gue kayak gitu napa? Hahaha.. iya Alvin itu penghisap darah, dia bukan manusia biasa, iya kan?. Gue pernah mergokin dia ngisep darah lo waktu ..”

“stop!” Alvin memang bukan manusia, batin Shilla

“sorry Shil, gue Cuma..” Pricilla mencoba menenangkan Shilla yang terlihat stres

“tunggu, maksud lo Alvin vampire?” Ify memekik. Pricilla menatapnya seakan memberikan peringatan, Ify langsung terdiam

Dada Shilla terasa sesak lagi, harusnya Shilla tau, harusnya dia tau kalau pricilla ...

“Shill, lo gapapa Shil, Shil, jawab gue!”

---

Shilla membuka matanya perlahan, dia tidak menemui Pricilla ataupun Ify. Dia menatap sekeliling dan dia tengah berada ditempat yang sudah tidak asing lagi baginya.

“kamu sudah sadar sayang?” Alvin? Suara hati Shilla memekik. ya ini memang rumah Alvin. dan Alvin kini tengah menghampiri Shilla, dia tampak.. tampak menyeramkan. Tatapannya beda dengan biasanya, tampak licik dan kejam.

“kenapa aku ada disini vin? Pricilla dan Ify mana?” dia menatap sekeliling mencoba menerawang seisi rumah untuk menemukan kedua sahabatnya.

“apa kamu tidak berfikir aku telah membunuh mereka?” kening Shilla berkerut

“kamu membunuh mereka vin?”

“ya, bukankah kamu fikir aku itu pembunuh” Shilla terkejut dengn apa yang lvin bicarakan barusan. ini seperti sosok gelap Alvin. dia terlihat sangat kejam

Shilla diam.

“kamu lebih percaya omongan laki-laki keparat itu daripada aku" .. "dan teman-temanmu itu sudah tau kalau aku itu vampire. Terpaksa deh aku ngebunuh mereka”

“vin!” Shilla melotot, Alvin malah menghiraukan Shilla yang terlihat sangat marah.

“oh iya, seluruh isi sekolah sepertinya sudah berasumsi aku pembunuhnya, dan kamu pasti kena dampaknya. Maaf ya sayang” Alvin menyentuh leher Shilla perlahan, menatapnya dengan penuh nafsu.

“kamu mau membunuh aku juga vin?” mimik Shilla berubah menjadi memelas, ia berharap bisa melarikn diri walau itu tidak mungkin. Alvin yang dia kenal sudah berubah menjadi monster

“kenapa tidak?aku sudah membunuh Sivia, Dea, Ify, Pricilla, dan kenpa aku tidak berani membunuh kamu Shilla, kamu itu .. lebih manis dari yang aku kira”

“vin!”

“oh iya.. ada kata terakhir sayang?” Shilla diam mematung. Entah kenapa dia tidak bisa melawan.. walau sebenarnmya dia ingin berontak dengan apa yang Alvin lakukan.

“ok tidak ada. Baiklah..” Alvin dengan cepat menjadi ganas, dia membuat Shilla merasakan sakit lebih dari yang pernah dia rasakan..

“arghhh.. Alvin lo .. bajingan..” Shilla mengerang, seluruh tubuhnya mengejang. Kali ini dia benar-benar merasakan dia akan mati.

Tiba-tiba, seseorang menarik tubuh Alvin menjuh dari Shilla. Shilla sendiri tidak tau itu siapa.

“bajingan!” Cakka meninju rahang Alvin. Ya dia Cakka!

Alvin lalu membalas pukulan Cakka, mereka lalu berlari cepat menuju halaman Alvin dan bertarung disana. Lalu Ify dan Pricilla muncul saat Shilla mengejang hebat.

“Shill, lo tahan ya” Ify lalu menyedot luka bekas gigitan Alvin, dan mencoba menarik kembali racunnya..

“Shill, lo harus kuat!, lo harus bertahan” Pricill menggenggam tangan Shilla erat, dia sungguh berharap Shilla berhenti mengejang

Sedangkan Pricilla dan Ify tengah berusaha menyelamatkan Shilla, Alvin dan Cakka masih bertarung dengan hebatnya.

“vin, apa lo masih pengen hidup” tanya Cakka saat dia selangkah lagi menuju kemenangan atas pertarunganya dengan Alvin.

“lo tau jawabannya”

“vin, lo udah keterlaluan, mungkin kali ini gue bakal jadi pembunuh lagi. Demi nyegah lo!”

“lakukan Cakka! Lakukan kalau lo emang bisa ngebunuh satu-satunya keluarga yang lo punya. Ayo, bunuh gue!” Cakka menarik nafas dan tamppak bimbang, sedangkan Alvin masih diam dalam senyumannya yang licik

“berjanjilah hal ini tidak akan terulang lagi”

“gue gak janji"

“baiklah..” seketika Cakka langsung membunuh Alvin dengan memutar leher Alvin dengan cepat hingga lehernya patah.. dan seketika tubuhnya remuk menjadi kepingan-kepingan kecil mirip kaca

“maafkan aku..”

---
Setelah Alvin tiada, mereka lalu langsung membawa Shilla ke rumah sakit. mereka tidak mau memberitahu tante Lidya dulu sampe Shilla sadar.

“Cakka, makasih ya” cakka menoleh kearah Pricilla dan Ify

“untuk apa?” Pricilla dan Ify tersenyum secara bersamaan

“untuk semuanya, kalau gak ada lo kita berdua gak bakal bebas dan Shilla mungkin gak selamat”

“maafin ade gue ya, harusnya gue ngebunuh dia dari dulu.

“it’s ok. Yang penting dia uda mampus”

Tangan Shilla bergerak-gerak, Ify, Pricilla, dan Cakka langsung melonjak dan langsung mengelilingi gadis itu.

“Shill, lo bisa denger gue kan Shill? Lo baik-baik aja kan? Shilla..” Shilla tidak menyahut, dia mencoba membuka matanya lebih lebar dan melihat siapa yang telah memanggil namanya.

“Pricilla..” dia melihat wajah Pricill samar, lalu mengalihkan pandangan kearah yang lain “Ify..” gadis itu hanya tersenyum, dan .. “Cakka!”

“kalian masih hidup?” Shilla tampak menahan tangis, sungguh sulit mengungkapkan perasaannya yang sempat hancur saat Alvin mengatakan mereka sudah mati, dan sekarang mereka ada bersama Shilla.

“ia Shill, kita masih hidup.. dan cowok brengsek itu udah mampus”

“Alvin mati?” ruangan menjadi hening seketika. Pricilla jadi salah tingkah mengatakan bahwa Alvin sudah tiada

“ia, dia memang pantes mati kok, kenapa Shill jangan bilang lo..”

“siapa yang udah ngebunuh Alvin?” Shilla seakan tidak terima, dia bangkit dari perbaringannya dan menatap Ify, Pricilla, Cakka secara bergantian dengan tatapan tajam.

“jawab!” teriak Shilla

...
Mereka bertiga hanya saling berpandangan dan bingung harus berkta apa


***






Part selnjutnya episode terakhir, harus tetep menunggu ;)
thanks for reading ({})

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template