Jumat, 24 Agustus 2012

Apakah di Langit Benar-Benar Ada Surga?

Siang itu –seperti biasa—si gadis kurus menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di sekitar kota, sekedar menghirup sedikit oksigen bebas yang mungkin tak ia dapatkan disekolahnya yang penuh sesak oleh tekanan sosial. Ia juga senang menatap segala hiruk-pikuk keriuhan manusia-manusia disekitarnya.
Langit begitu cemerlang, tapi tetap penuh misteri seperti biasanya. Gadis kurus itu sangat tertarik dengan langit, menurutnya langit itu tinggi dan tiada batas. Ia bahkan berkeinginan untuk terbang dan menjelajahinya. “apakah di langit benar-benar ada surga?” bibirnya selalu merekah saat memikirkan itu, entahlah..
***
Si gadis kurus tidak suka ketika hari berganti begitu cepat, bukan itu sebenarnya yang ia tidak sukai tapi ia tidak suka sekolah. Ia tidak punya teman, si gadis kurus adalah tipe orang yang kurang pandai bergaul, dan terlalu mengalah pada segala sesuatu yang menimpa dirinya. Saat dia meminta mamanya agar menyekolahkannya di rumah saja, dia bahkan tidak sanggup mengungkapkan alasan dan semua kepahitan yang selalu menimpanya disekolah.

“ma, Ify pengen home schooling aja”
“kenapa sayang?”
Gadis itu diam, kemudian menggeleng dan pergi.
Selalu begitu,
Mamanya ingin Ify –si gadis kurus—bersekolah biasa saja, karena menurutnya itu bagus untuk pembelajaran sosialisasi, namun gadis itu malah mendapatkan banyak tekanan yang ia tidak ketahui.
“eh Ify udah dateng, liat PR matem dong” tanpa basa-basi teman-temannya langsung membongkar isi tas si gadis kurus. Si gadis kurus hanya diam pasrah
“fy minjem pulpen dong” teman-temannya selalu meminjam apapun pada Ify dan tidak mengembalikannya
“siapa yang mau nulis di depan?” kebanyakan guru selalu bertanya seperti ini
“Ify pak!” atau “Ify buuu!” teman-temannya selalu menjawab kompak
Atau saat spidol di kelas mulai habis Ify selalu disuruh mengisinya walau pun dia bukan petugas piket hari itu.
Dan banyak lagi, termasuk bully dan penindasan oleh senior. Entahlah ada masalah apa senior dengan Ify. Intinya sebagian besar anak-anak disekolah tidak suka pada Ify.
Tapi Ify tidak penah memprotes apapun. Dia percaya teman-temannya akan sadar suatu saat nanti. Namun kadang-kadang dia lelah dan ingin menghentikan semuanya, tapi percuma. Ia kadang benci dirinya sendiri karena teman-temannya sering mengejeknya ceking atau apapun itu. Tapi pada akhirnya dia selalu sadar ini semua pemberian Tuhan yang harus di syukuri.
***
Langit tak secerah biasanya, awan kelabu mengintari angkasa saling berkejaran satu sama lain, tak menunjukan keindahan dan keramahan seperti biasa. Ify, si gadis kurus itu merasakan sedikit kecewa, ia menatap ke luar ruangan dan mendengus. Perlahan waktu merangkak, bel tanda berakhirnya pelajaran hari ini membuatnya senang tapi ia harus segera meninggalkan sekolah sebelum hujan besar datang.
“yah udah keburu hujan” tepat selangkah ia berlari menuju halaman depan. Dan byur!! Hujan mengguyurnya tanpa belas kasih. Si gadis kurus pun meringkik menuju koridor sambil menyiprat-nyipratkan air di tubuhnya ke segala arah.
“hey hati-hati dong” ternyata cipratan airnya mengenai Irva, teman sekelasnya yang gendut dan galak. Alisnya berkedut-kedut ketika menatap Ify
“maaf” Ify segera pergi, tidak ingin mendengarkan cacian dari Irva selanjutnya. Rasanya, melihat wajahnya saja dia sudah enggan dan ingin meloncat kesumur.
Ify berjalan di koridor menuju gerbang sekolahnya. Semua orang yang ada disana menatap Ify dengan tatapan yang memojokan, seakan-akan Ify adalah penjahat kelas kakap yang akan di adili di meja hijau, dan mereka adalah orang-orang yang ingin menjebloskannya ke penjara. Ify mengacuhkannya. Ia tidak bersalah sama sekali dan dia igin segera pulang
“udah terlanjur basah kok” dia mengulurkan tangan menyentuh hujan menggenggamnya dan dia tidak bisa merasakan sesuatu apapun ditelapak tangannya. Lalu si gadis kurus berlari dibawah rinai air itu dan tak terlihat lagi.
Hujan itu sama misteriusnya dengan langit, kadang-kadang menakutkan dan menenangkan. Namun kali ini beda, bagi si gadis kurus hujan itu menyenangkan. Untuk kali ini aja sih..
Berlari ditengah hujan itu asyik loh, dingin dan bebas. Kalo mama Ify tau anaknya hujan-hujannan pasti beliau bakal marah besar. Apalagi Ify hujan-hujannan sambil lari-larian dipinggir jalan. Apalagi sambil teriak-teriak sok ngalahin suara guntur.
“aku bebas! Aku bebas!” si gadis kurus terus-terusan berteriak dan berlari-lari, kakinya kadang-kadang dihentakan di genangan air, sampai seragamnya kecipratan dan kotor semua, dia tertawa puas lalu berlari lagi. Kadang juga dia bersenandung riang, melambaikan tangan pada orang-orang yang sedang berteduh dan menyapa hallo, orang-orang tentu menganggapnya sinting. Sampai akhirnya hujan mulai mereda dan waktu sudah senja, gadis itu tersadar udara mulai menusuk, dia menggigil dan berjalan dengan terseok-seok lalu berhenti disebuah gubuk yang sepertinya warung kopi. Ify duduk didepannya sekedar melepas lelah
“hey cewek manis kedinginan ya?” suara laki-laki tiba-tiba mengagetkannya, si gadis kurus menoleh dan melihat 3 pemuda dekil sudah di belakangnya, satu orang kurus dan berambut merah api, yang satu hitam dan tonggos, dan yang satunya gemuk dan keriting. Mereka terlihat seperti teller, tubuh Ify bergetar hebat saking kaget dan takutnya.
“abang temenin yuk!” kini wajah si gadis kurus langsung pucat pasi bak kertas hvs, mata-mata pemuda dekil itu berbinar-binar menjelajahi tubuh si gadis kurus.
“mau apa kalian?” Ify langsung berdiri, dan melangkah mundur menjauh
“cuma mau nemenin aja kok neng” si pemuda keriting mencolek pinggang Ify. Ify menepisnya dan langsung saja berlari, ketiga pemuda dekil itu mengejarnya. Dengan kekuatannya yang masih tersisa dia masih sanggup membelah angin, berlari secepat kilat. Ify tidak ingin menoleh kebelakang, sama sekali tidak mau.
Si gadis kurus terus berlari, melewati pasar, kios buah, air mancur, taman, lalu dia berbelok ke tikungan tajam jalan besar.
Ketiga pemuda dekil berhenti berlari, mengatur nafas lalu saling berpandangan.
“kita belum ngapa-ngapain die kan?” si rambut merah api menatap kosong kearah kerumunan didepannya, si tonggos dan si gendut menggeleng.
“oke ini bukan salah kita, ayo cabut” si rambut merah api lalu pergi mendahului kedua temannya, lalu keduanya mengikuti dengan mata diselimuti rasa takut dan bersalah.
***
kesenangan itu akhirnya berakhir petaka. Si gadis kurus terbaring tak berdaya dibalik ruangan berkaca, mulut dan hidungnya ditutupi oleh benda yang mengalirkan embusan oksigen keparu-parunya. Kepalanya dibalut oleh sesuatu yang tadinya berwarna putih, namun kini sudah menjadi merah semerah darah. Tangannya, kakinya, oh kalian tak bisa bayangkan betapa beruntungnya si gadis kurus masih di beri hidup. Tubuhnya yang ringkih nyaris remuk terlempar sejauh 50 meter.
Ibunda dan ayahandanya tak berhenti berucap doa, hanya ayah dan ibundanya.. tidak ada temannya sama sekali.
***
“apa di langit itu ada surga?” Ify bertanya pada seseorang cantik yang tengah menggandeng tangannya. Ify terlihat baik-baik saja, kulitnya tak tergores sama sekali bahkan ia terlihat sangat baik.
Si cantik tersenyum dan mengangguk, rambut dan gaunnya yang panjang berkibar-kibar anggun diterpa angin yang lembut, mahkota bunganya menyeruakan harum kembang setaman yang tak pernah Ify ciumi sebelumnya. 'siapa dia?' si gadis kurus menatap si cantik dengan penuh perhatian.
“ada, tentu saja. Kamu ingin melihatnya?” Ify mengangguk sangat antusias, senyum kebahagiaanpun tak bisa ia sembunyikan. Betapa bahagianya dia saat diajak menuju langit.
“baiklah ayo ikut aku” si cantik tenggadah menatap langit lalu udara menjadi sejuk, angin bertiup menderu dan tubuh keduanya melayang diudara.
“wah!!” Ify tekagum-kagum, ia terus saja tersenyum, dia menginjak-injak udara dan rasanya seperti menginjak tanah, seragam sekolahnya lalu berubah menjadi gaun putih yang sangat cantik. Dia terperangah lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi
“aku terbang!!!”
***
“maaf, putri bapak dan ibu sudah tiada” seketika, pekikan teriakan wanita setengah baya membahana di koridor rumah sakit.
***
esoknya, kabar duka itu sampai disekolah.
Teman-teman si gadis kurus terlihat merenung, entah bersedih entah menyesal. Irva si gendutpun terlihat merunduk dan diam, dalam hati dia menyesal tidak pernah berbuat baik pada Ify. Bahkan kini dia tengah berpikir. 'kenapa aku tidak menyukainya?'

0 komentar:

Posting Komentar

 

When You Close Your Eyes Copyright © 2009 Cookiez is Designed by Ipietoon | Sponsored by: Website Templates | Premium Wordpress Themes | consumer products. Distributed by: blogger template